Bagja Hidayat,
@hidayatbagdja
Manakah yang lebih mengerikan: sebuah novel horor atau tayangan berita kriminal di televisi? Barangkali kita sulit membedakan mana yang lebih mengejutkan di tengah zaman ketika cerita yang seharusnya hanya ada dalam prosa meruyak dalam kehidupan nyata, mengisi halaman-halaman berita.
Seorang guru di Wates, Jawa Tengah, menusuk guru lain yang sedang mengajar di depan kelas, di depan puluhan murid-muridnya. Pembunuhan itu berlangsung cukup lama karena korbannya melawan dan terjadi perkelahian, darah membanjir, guru itu meregang nyawa dengan 25 tusukan, disaksikan murid-muridnya sendiri! Sukar dibayangkan, berapa lama adegan horor ini akan melekat dalam ingatan dan menghantui siswa-siswa itu.
Dunia adalah mahaprosa yang tak tepermanai. Dunia dan manusia telah melampaui imajinasi para penulis prosa, dengan lebih banal. Dunia seperti sedang membangkitkan kembali Nikolai Chernyshevsky yang meyakini realitas jauh lebih mengejutkan, jauh lebih mengagumkan, ketimbang karya seni. Gagasan abad ke-19 itu kini menemukan muaranya lewat televisi, Internet, dan telepon pintar.
Betapa kini realitas telah merebut apa yang dulu diimajinasikan orang-karena dulu kabar-kabar kriminal tak menyebar melalui media massa. Sebuah peristiwa pembunuhan kini lebih mencengangkan dibanding sebuah cerita pendek di halaman koran pada hari Minggu. Di halaman prosa, kita tak mendapat kejutan pada pagi hari seraya menyesap kopi di beranda. Cerita-cerita berhamburan tak membekas dan nama-nama berseliweran tanpa berhenti menjadi "tokoh".
Para "tokoh" telah diambil alih oleh pelaku nyata di luar beranda rumah kita, di luar halaman-halaman fiksi. Di Wates, guru itu membunuh karena tersinggung dimaki temannya yang ia bunuh itu, dan ia melakukannya di sekolah-tempat anak-anak membekali diri dengan imajinasi dan kearifan, tempat mereka berlindung pada sosok yang layak digugu dan ditiru. Di Jakarta, ada sekolah yang menjadi sarang predator seks yang bertahun-tahun pelakunya tak tersentuh oleh hukum. Di Sukabumi, seorang remaja menyodomi anak empat tahun hingga tewas, dan korbannya mencapai lebih dari 100 orang.
Daftar itu bisa diperpanjang hingga kita akrab lalu melupakan kengerian-kengerian itu, karena sebuah kebrutalan akan tertindih oleh kebrutalan lain. Paralisis itu akan menumbuhkan frustrasi karena kita seolah tak punya andalan terakhir menghentikan kesakitan massal itu. Kita dipaksa siap menerima kesakitan dan kengerian yang sedang terjadi di tempat lain dan di waktu yang lain.
Peristiwa-peristiwa itu hanya menunggu giliran diberitakan karena Internet dan telepon pintar memungkinkan sebuah peristiwa tersiar tanpa melalui pena wartawan. Pada akhirnya, dan mungkin ini yang sedang terjadi, kita akan menjadi bebal bersama.
Toh, berita-berita kekerasan itu kita lihat dan baca sambil bergelantungan di kereta malam, minum cappucino yang hangat di kafe yang gemerlap, lalu membagi dan memberi komentar kengerian itu melalui media sosial, kemudian beralih membaca atau menonton berita lain tentang kuliner yang lezat atau menganalisis langkah elite-elite partai memperdagangkan perolehan suara dalam pemilihan umum.
Berita terkait
Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?
19 Februari 2024
Pelaksanaan pemilu dalam era reformasi telah dilakukan enam kali, yaitu Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009, Pemilu 2014, Pemilu 2019 dan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSelama 3 Periode Pemilu, 3 Partai Politik Ini Peringkat Atas Pemilihan Legislatif
18 Februari 2024
Sejak Pemilu 2014 sampai Pemilu 2024, terdapat tiga besar partai politik yang selalu memuncaki pemilihan legislatif (Pileg). Apa saja?
Baca SelengkapnyaPolitik Makan Siang Jokowi Bersama Capres, SBY Pernah Buka Puasa Bersama Capres-Cawapres Pemilu 2014
1 November 2023
Jokowi mengundang makan siang 3 capres. Langkah yang sebelumnya pernah dilakukan SBY pada 2014, mengundang buka puasa bersama capres-cawapres.
Baca SelengkapnyaRelawan Jokowi se Jatim Dukung Prabowo Dinilai Hanya Manuver Murahan
7 Agustus 2023
Relawan Jokowi yang mendukung Prabowo di Jatim dianggap tak memiliki jejak rekam mendukung Jokowi di Pemilu 2019.
Baca SelengkapnyaPPP Menilai Andika Perkasa Penuhi Kualifikasi Jadi Ketua Tim Pemenangan Ganjar Pranowo
27 Juni 2023
Ketua DPP PPP Ahmad Baidowi alias Awiek menilai kualifikasi diri mantan Panglima TNI Andika Perkasa cocok sebagai ketua pemenangan Ganjar Pranowo
Baca SelengkapnyaKilas Balik Perjanjian Batu Tulis Megawati dan Prabowo, Begini 7 Poin Janji Belum Ditepati Itu
24 April 2023
Megawati punya janji terhadap Prabowo sejak 2009, perjanjian Batu Tulis namanya. Begini isi 7 poin perjanjian tersebut.
Baca Selengkapnya4 Petinggi NasDem Bakal Dampingi Surya Paloh dalam Pertemuan dengan Prabowo di Hambalang
5 Maret 2023
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pagi ini akan bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Kabupaten Bogor
Baca SelengkapnyaMenjelang 7 Tahun, Pakar Sebut Jokowi Dibayangi Janji-janji Politik
18 Oktober 2021
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan ada kompleksitas luar biasa yang dihadapi Presiden Jokowi di periode kedua ini.
Baca SelengkapnyaBeda Dana Kampanye Jokowi dengan Prabowo di Pemilu 2014 dan 2019
3 Mei 2019
Dari data laporan ke KPU, dana kampanye yang digunakan Jokowi - Ma'ruf tercatat lebih banyak 2,8 kali lipat dibandingkan Prabowo - Sandiaga.
Baca SelengkapnyaRumah Sakit Jiwa Grogol Siap Tampung Caleg Tak Siap Gagal
13 April 2019
Kesiapan merujuk kepada pengalaman sebagian caleg saat pemilu 2014 lalu
Baca Selengkapnya