Strata masyarakat

Penulis

Sabtu, 19 Juni 1982 00:00 WIB

DI tahun 1990, berapakah IQ anda? Di atas 125? Jika demikian, kata sebuah cerita, anda akan tergabung dalam mereka yang berkuasa. Suatu kepemimpinan yang tidak ditentukan oleh darah ningrat, juga tak ditentukan oleh kekayaan, akan terbentuk. Tiap orang ditentukan posisinya berdasarkan "IQ + Ikhtiar"-nya. Yang direken tinggi berada di atas, yang rendah dipijit ke bawah. Itulah "meritokrasi". Tapi ini cuma dongeng ahli sosiologi Inggris Michael Young. Dan menurut buku yang terbit di tahun 1958 itu, suatu perlawanan kemudian akan terjadi. Sebab dulu, tiap kelas dan kelompok sosial punya pemimpinnya sendiri. Dan betapa menekannya kini ketika semua orang yang berbakat dijadikan suatu elite bersama. Tak ada maaf bagi yang gagal. Yang tak memenuhi syarat ditolak. Maka demikianlah di tahun 2034 kaum Populis berontak. Hidup, kata para pelawan, tak boleh diatur oleh "ukuran matematis". Tiap orang seharusnya mengembangkan kapasitasnya sendiri, yang berbeda-beda, dalam hidupnya. Dan kaum Populis menang. Meritokrasi rontok, meskipun buku itu disebut Tbe Rise of the Meritocrace Michael Young nampaknya bukan seorang penganjur jenis kekuasaan yang digambarkannya. Tapi benarkah kaum Populis akan berontak bila dongeng itu benar-benar terjadi? Mungkin itulah yang sadar atau tak sadar, dengan atau tanpa Michael Young, jadi thema pemikiran sebagian besar orang tua hari-hari ini, ketika mereka berdiri antre di depan loket sekolah untuk anak mereka. Toh sebagian besar anak adalah anak dengan kecerdasan dan prestasi rata-rata. Mereka memang disebut "rata-rata" karena mereka merupakan mayoritas. Yang istimewa, yang ekstrim cerdasnya-, yang di atas ratarata senantiasa sedikit. Yang sedikit ini mungkin akan dengan lebih mudah memasuki universitas lalu keluar selamat dari sana. Mereka barangkali akan lebih gampang pula dapat posisi bagus di kemudian hari. Tapi bukan itu yang jadi soal sebenarnya. Sebab siapa pun tahu, dunia akan selalu menyaksikan kelangkaan. Ada posisi-posisi yang tak banyak tersedia. Ada kenikmatan-kenikmatan yang tak akan terjangkau semua orang. Dalam kondisi itu masyarakat manusia berkembang dalam sebuah struktur kesempatan yang berbentuk piramida yang langka itu selalu ada, dan yang langka itu -- karena langka -- akan cuma dimiliki sedikit orang. Mereka yang "orang kebanyakan", akan menyebar di bawah. Kita memang maklum. Pada akhirnya pendidikan sekolah pun bukan suatu tangga berjalan yang akan dengan mudah membawa seorang anak ke pucuk piramida itu. Pendidikan, kata ahli ekonomi Amerika, Lester Thurow, telah jadi "suatu keharusan defensif". Orang-orang harus memperbaiki tingkat pendidikan mereka "sekedar untuk memperuhankan posisi penghasilan mereka yang sekarang. MAKA kecemasan kita bukanlah bahwa anak kita tidak akan jadi orang-orang yang berada di pucuk hierarki sosial. Kecemasan kita lebih bersahaja: bahwa dalam persaingan sengit itu anak-anak kita akan tenggelam bahkan dari tingkat "manusia rata-rata" sekalipun, dan hilang harga diri. Bisakah itu dielakkan? Ada seorang pandai yang membedakan rasa hormat dari pujian. Ia bermimpi bahwa manusia mungkin dapat menciptakan suatu masyarakat tempat semua orang berhak atas rasa hormat, dan harga diri, meskipun tak semuanya berhak atas pujian. Mungkin untuk itulah kaum Populis dalam dongeng Michael Young berontak. Bukan untuk mencipukan masyarakat tanpa cemburu. Tapi membebaskan diri dari suatu status sampah dalam got yang kekal.

Berita terkait

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa itu Pelat Khusus ZZ?

35 detik lalu

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa itu Pelat Khusus ZZ?

Apa itu pelat khusus ZZ yang disebut tak kebal aturan ganjil-genap di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Benarkah Belahan Jiwa Sudah Terdeteksi dari Pandangan Pertama?

7 menit lalu

Benarkah Belahan Jiwa Sudah Terdeteksi dari Pandangan Pertama?

Jika sudah menjalin hubungan dengan seseorang dan sangat ingin tahu apakah dia adalah belahan jiwa, berikut beberapa tandanya.

Baca Selengkapnya

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

17 menit lalu

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

Solo Great Sale 2024 (SGS 2024) diharapkan menjadi sarana para pelaku UMKM memasarkan produknya.

Baca Selengkapnya

Sule: Mahalini akan Pindah Agama dan Menikah dengan Rizky Febian secara Islam

20 menit lalu

Sule: Mahalini akan Pindah Agama dan Menikah dengan Rizky Febian secara Islam

Sule menjelaskan bahwa Mahalini akan menjadi mualaf sebelum menikah dengan Rizky Febian secara Islam di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Chelsea Kalahkan West Ham United 5-0, Nicolas Jackson Bikin Brace

21 menit lalu

Hasil Liga Inggris: Chelsea Kalahkan West Ham United 5-0, Nicolas Jackson Bikin Brace

Chelsea berpesta gol di gawang West Ham United dan mengalahkan lawannya itu dengan skor 5-0 dalam pertandingan Liga Inggris.

Baca Selengkapnya

Kado Hari Pendidikan Nasional: UKT Naik di Berbagai Kampus Negeri

29 menit lalu

Kado Hari Pendidikan Nasional: UKT Naik di Berbagai Kampus Negeri

UKT naik di berbagai kampus, buah dari penerapan Keputusan Mendikbudristek

Baca Selengkapnya

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

31 menit lalu

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

Gejolak demo mahasiswa Pro-Palestina merembet ke Australia dan Prancis, apa yang terjadi?

Baca Selengkapnya

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

38 menit lalu

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

Tiga karyawan PT Wanatiara Persada, perusahaan tambang nikel di Halmahera Selatan dipecat usai melakukan aksi Hari Buruh.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

50 menit lalu

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.

Baca Selengkapnya

Delay 5 Jam, Penumpang Lion Air SUB-BDJ Desak Kompensasi Rp 300 Ribu

50 menit lalu

Delay 5 Jam, Penumpang Lion Air SUB-BDJ Desak Kompensasi Rp 300 Ribu

Pesawat Lion Air JT 316 rute Surabaya-Banjarmasin delay selama lima jam karena menunggu kedatangan pesawat Lion Air dari Batam.

Baca Selengkapnya