Mempersoalkan hak azasi

Penulis

Sabtu, 28 Agustus 1982 00:00 WIB

PROF. Soepomo pastilah orang yang luhur. Ahli hukum yang mendapat gelar sarjana lengkapnya di Leiden di tahun 1927 ini luhur bukan karena bergelar "Raden" dan sekaligus "Doktor", tapi karena ia nampak selalu punya sangka baik, ketika orang lain tidak. Ia misalnya tak hendak mencaci-maki pemerintah kolonial Belanda. Ia jadi hakim di masa itu. Ia juga tak mencurigai pemerintahan Jepang. Ia bersedia jadi penasihat pada departemen kehakiman. Bukan karena Soepomo seorang oportunis. Ia bukan tipe pembangkang. Ia seorang priayi, kelahiran Sukoharjo, Surakarta. Seorang priayi punya sejarah lain yang tak dimiliki seorang petani desa, wong cilik itu. Sang priayi tak terbiasa mengalami pahitnya penindasan. Itu semua agaknya ada hubungannya dengan pandangan Soepomo tentang negara. Seperti ternyata dari pidato-pidatonya yang berpengaruh dalam sejumlah rapat menyusun konstitusi kita di pertengahan 1945, ia nampak yakin akan cita-citanya yang satu ini: untuk melihat kehidupan bernegara sebagai kehidupan suatu keluarga besar yang rukun. Cobalah kita baca catatan yang terkumpul dalam buku Muh. Yamin hampir seperempat abad yang lalu, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945. Di sana Soepomo nampak yakin, bahwa menurut "sifat tatanegara Indonesia asli," para pejabat negara adalah "pemimpin yang bersatujiwa dengan rakyat." Para pejabat negara, kata Prof. Soepomo, "senantiasa berwajib memegang teguh persatuan dan keseimbangan dalam masyarakatnya." Soepomo tak membedakan, apakah persatuan jiwa antara rakyat dan pemimpin itu suatu kenyataan yang umumnya telah terjadi, ataukah cuma harapan dan basa-basi. Pokoknya: semangat gotong-royong, semangat kekeluargaan -- itulah Inti pandangannya. Karena itulah ia menolak dicantumkannya pasal tentang hak asasi manusia dan hak warganegara dalam rancangan konstitusi. Hal itu, bagi Soepomo, akan bertentangan dengan dasar kekeluargaan. Mempersoalkan hak adalah individualisme. Maka Prof. Soepomo pun, bertabrakan dengan Bung Hatta -- yang bukan priayi Jawa dan yang pernah ditangkap pemerintah Belanda. Bung Hatta, dalam diskusi persiapan konstitusi itu bertanya, bagaimana halnya kalau hak seseorang dilanggar oleh pemerintah. Tidakkah perlu hak itu dijamin dengan pasal-pasal yang jelas? Jawab Soepomo: pertanyaan semacam itu berdasar "atas kecurigaan terhadap negara." Dengan kata lain, "itu suatu pertanyaan yang individualistis." Sebab bagi Soepomo yang penting bukanlah bertanya soal hak. Melainkan soal kewajiban. Betapa luhurnya Prof. Soepomo dan cita-citanya. Tapi, serentak dengan itu, betapa perlunya pandangan itu diberi catatan tambahan. Memang kita layak gentar akan individualisme. Kita terbiasa hidup di sebuah masyarakat yang tak biasa dengan kaum entrepreneur yang suka bikin gelombang, seperti yang tumbuh di kelas menengah Eropa. Sejarah Barat maju, tapi memang bukan sejarah yang tenteram. Soepomo baik untuk mencari alternatif. Namun benarkah dugaan, bahwa dalam "tatanegara Indonesia asli" para penguasa adalah "pemimpin yang bersatu jiwa dengan rakyat"? DENGAI "bersatu jiwa" mungkin yang terjadi justru penyedotan jiwa habis-habisan. Sejarah Melayu dan Babad Tanah Jawi cuma sibuk dengan kisah para raja. Rakyat di sana-sini dikisahkan menderita, tapi tak pernah ditampilkan. Amangkurat I mengunci Mataram dengan kekuasaan yang mencengkam total. Ia pasti tak melihat rakyat sebagai "anggota keluarga". Mungkin Soepomo tak dengan baik membaca sejarah. Atau mungkin belum sempat. Ia bicara di pertengahan 1945. Ia masih memuji sifat totaliter Nazi Jerman dan Dai Nippon yang punya "Yang Maha Mulia Tennoo Heika" sebagai "pusat rokhani". Ia merasa Indonesia cocok dengan itu. Aneh memang. Tapi bukankah keluhuran pun punya keanehan dan kekhilafan sendiri?

Berita terkait

Kemenpora Gelar Nobar Timnas U-23 Indonesia vs Irak, Kawal Perburuan Tiket Olimpiade 2024

2 menit lalu

Kemenpora Gelar Nobar Timnas U-23 Indonesia vs Irak, Kawal Perburuan Tiket Olimpiade 2024

Kemenpora kembali menggelar acara nonton bareng (nobar) laga Timnas U-23 Indonesia melawan Irak di perebutan tempat ketiga Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

6 menit lalu

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

TPNPB mengaku bertanggung jawab atas pembakaran sebuah gedung SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

Jelang Kontra Irak, Timnas Indonesia U-23 Pernah Dibantai 0-6 di Asian Games 2006

8 menit lalu

Jelang Kontra Irak, Timnas Indonesia U-23 Pernah Dibantai 0-6 di Asian Games 2006

Timnas Indonesia U-23 pernah dibantai Irak 0-6 dalam pertandingan melawan Irak U-23 dalam Asian Games 2006.

Baca Selengkapnya

Tim Hukum PDIP: Gugatan ke PTUN Bukan untuk Batalkan Pencalonan Gibran

10 menit lalu

Tim Hukum PDIP: Gugatan ke PTUN Bukan untuk Batalkan Pencalonan Gibran

Apa yang ingin dibuktikan PDIP di PTUN adalah apakah KPU terbukti melakukan perbuatan melawan hukum oleh penguasa dalam Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Chipset MediaTek Dimensity 9300 Plus akan Diluncurkan pada 7 Mei, Ini Detailnya

12 menit lalu

Chipset MediaTek Dimensity 9300 Plus akan Diluncurkan pada 7 Mei, Ini Detailnya

MediaTek belum mengungkapkan sesuatu yang signifikan mengenai spesifikasi Dimensity 9300 Plus.

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Indonesia vs Irak Digelar Malam Ini, Jokowi: Menang, Insyaallah

15 menit lalu

Timnas U-23 Indonesia vs Irak Digelar Malam Ini, Jokowi: Menang, Insyaallah

Jokowi optimistis Timnas U-23 Indonesia bisa mengalahkan Irak dalam laga perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024 Kamis malam ini.

Baca Selengkapnya

Tinjau Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Seketeng Sumbawa, Jokowi: Cenderung Turun

17 menit lalu

Tinjau Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Seketeng Sumbawa, Jokowi: Cenderung Turun

Presiden Joko Widodo alias Jokowi menuturkan harga bawang merah dan bawang putih dipatok Rp 40 ribu per kilogram.

Baca Selengkapnya

Coach Justin: Sepak Bola Indonesia Berkembang Sangat Pesat

29 menit lalu

Coach Justin: Sepak Bola Indonesia Berkembang Sangat Pesat

Justinus Lhaksana alias Coach Justin mengatakan sepak bola Indonesia berkembang sangat pesat.

Baca Selengkapnya

Pertamina Indonesian GM Tournament 2024: Pecatur Aditya Bagus Arfan dan Novendra Priasmoro Juara

30 menit lalu

Pertamina Indonesian GM Tournament 2024: Pecatur Aditya Bagus Arfan dan Novendra Priasmoro Juara

IM Aditya Bagus Arfan dan GM Novendra Priasmoro juara di pertandingan catur Pertamina Indonesian GM Tournament 2024.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia yang Ditawarkan Luhut?

32 menit lalu

Apa Itu Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia yang Ditawarkan Luhut?

Luhut menawarkan kewarganegaraan ganda bagi diaspora Indonesia. Apa maksudnya?

Baca Selengkapnya