Masih menjadi pertanyaan

Penulis

Sabtu, 9 Oktober 1982 00:00 WIB

MEREKA menamakan Sutan Syahrir "perdana meoteri atom". Suatu kekaguman, memang toko kaum sosialis Indonesia di awal kemerdekaan ini berpotongan kecil, tapi diantara dari masa modern di Asia. Betapapun julukan itu tak teramat tepat. Si "atom" itu tak pernah meledak. Ia tak pernah mengalahkan. Ia bahkan tak teramat mengejutkan. Dan bila anda baca buah pikirannya yang Agustus 1982 yang lalu diterbitkan-dengan judul Sosialisme Pembangunan Indonesia -- anda akan merasakan: Syahrir menyerang, mengkritik, tapi pukulannya bukanlah smash. Dia seorang pemain rally yang pelan, cermat. Hanya kurang efektif. Seorang tokoh sosialis dari jenis yang suka diejek musuh-musuhnya sebagai "Soska" -- alias sosialis kanan--Syahrir menyerang komunisme dengan argumen-argumen panjang yang mendasar. Ia juga mengurai kelemahan-kelemahan "Demokrasi Terpimpin" Bung Karno. Tokoh ini, yang biasanya diberi cap "Barat" dalam sikapnya, nampaknya memang alot dan gigih dalam satu hal: sosialismenya adalah sosialisme yang, dalam kata-katanya "percaya atas martabat manusia". Itulah baginya inti "sosialisme kerakyatan". Tapi tidakkah itu cuma harapan dan, sekedar semboyan? Bagi Syahrir pasti tidak. Tapi tokoh Partai Sosialis Indonesia ini toh pada dasarnya satu dari sejumlah pemikir Asia y ang dalam kesulitan. Dia merasakan ketidaksabaran untuk mengubah keadaan, tapi dia tahu bahwa hanya dengan kesabaran - martabat manusia dapat dijaga. "Kaum sosial (is) kerakyatan di Asia menyadari bahua mereka mempunyai ketidak-sabaran revolusioner yang sama dengan kaum komunis," kata Syahrir dalam ceramahnya di Kongres Sosialis di Bombay 6 November 1956, "tetapi mereka melihat dengan sangat jelas bahwa kaum komunis telah menempuh sesuatu jalan yang salah". Dituntun oleh Lenin dan Stalin, kata Syahrir pula, kaum komunis "telah menghancurkan dalam diri mereka sendiri jiwa serta semangat sosialisme, yaitu kemampuan untuk menghargai kemanusiaan dan martabat manusia". Syahrir, kita tahu, bukan sekedar mengigau. Di bawah Stalin kaum Bolshewik membasmi- bukan saja para pengisap, tapi menyikat kaum Bolshewik lain yang tak segaris. Orang kini pun masih bicara dengan hati bergetar pembersihan tahun 1930-an --dengan atau tanpa membaca kesaksian Solzhenitsyn. Dan kemudian datanglah Pol Pot. Tapi persoalan yang mungkin dapat dikedepankan setelah membaca Syahrir ialah: apakah hasilnya menghargai kemanusiaan, apa pula arti martabat manusia, di tengah penindasan? Suatu khotbah budipekerti? Suatu sikap heroik-tapi juga tragik? Hak-hak asasi, seperti yang hendak dikatakan Bung Karno dalam perdebatan sewaktu menyusun konstitusi di bulan Juli 1945, tak akan menolong mereka yang paling butuh, yang paling lapar. Jelas, bagi mereka yang benar-benar punya "ketidak-sabaran revolusioner", Syahrir adalah suara tanpa tindakan . TAPI soalnya memang tak mudah adakah satu alternatif lain, ketika sosialisme Syahrir ditolak dan sekah.us juga komunisme? Pemikiran Syahrir, akhirnya, seperti halnya pemikiran Bung Karno, kini terasa sebagai jawaban yang belum selesai bagi beberapa soal dasar di Indonesia. Dan Marxisme-Leninisme? Ia telah buntu di sebuah gang yang mengerikan. Tapi inilah aman yang teramat banyak menuntut. Syahrir dan Soekarno --dan yang lain-lain--tiba-tiba menemukan diri mereka dalam posisi tak lagi sebagai pemikir. Mereka penggerak yang harus memihak, dalam konflik politik di tanah air mereka, Lalu sejumlah pertanyaan ditelan kembali. Hidup memang kadang menunda pertanyaan.

Berita terkait

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.

Baca Selengkapnya

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

28 September 2023

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

Menjelang meletusnya G30S 1965, situasi politik sangat tegang. PKI dan TNI bersitegang soal angkatan kelima.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

5 Mei 2023

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

Pemikiran Karl Marx dituangkan pada sejumlah buku, dua di antaranya adalah Das Kapital dan Communist Manifesto.

Baca Selengkapnya

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

26 Februari 2023

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

Tan Malaka salah satu pahlawan nasional, dengan banyak nama. Pemikirannya tentang konsep bangsa Indonesia diserap Sukarno - Hatta.

Baca Selengkapnya

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

7 Januari 2023

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

PM Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan tak akan menerima LGBT, sekularisme, dan komunisme di pemerintahannya. Ia mengatakan telah difitnah.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

29 November 2022

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

Juru Bicara Tim Sosialisasi RKUHP, Albert Aries mengatakan pasal 188 tidak akan mencederai kebebasan berpikir dan berpendapat.

Baca Selengkapnya

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

29 November 2022

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

Anggota DPR Komisi Hukum Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari, menilai perlu ada tafsir ketat terhadap pasal 188 RKUHP.

Baca Selengkapnya

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

26 September 2022

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

G30S menjadi salah satu peristiwa kelam perjalanan bangsa ini. Berikut situasi-situasi menjadi penyebab peristiwa itu, termasuk dampak setelah G30S.

Baca Selengkapnya

Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

11 Juli 2022

Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

RKUHP juga menyebut penyebaran ideologi komunisme atau marxisme-leninisme juga diancam penjara, kecuali belajar untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Hari Lahir Pancasila Jadi Hari Libur Nasional?

1 Juni 2022

Sejak Kapan Hari Lahir Pancasila Jadi Hari Libur Nasional?

Pemerintah belakangan menetapkan Hari Lahir Pancasila sebagai hari libur nasional. Sejak kapan hal tersebut berlaku?

Baca Selengkapnya