Husein Ja'far Al Hadar,
Peminat Masalah Agama
Pemimpin adalah wakil Allah (khalifatullah) di bumi atau suatu negara. Jika disadari dalam kerangka itu, kepemimpinan tak akan dipahami, dihayati, dan dijalankan sebagai yang profan-imanen, melainkan sakral-transenden. Pemimpin adalah gelar profetik, sehingga tak ada bedanya antara pemimpin negara dan imam salat atau khatib Jumat.
Sebab, pada dasarnya, kepemimpinan adalah sebuah tugas suci, meski itu dilakoni di negeri sekuler sekalipun. Apalagi pemimpin Indonesia, negeri berdasarkan Pancasila yang sangat religius ini. Sebagaimana seorang imam atau khatib, ia bukan hanya mengemban amanat rakyat atau umat, tapi juga amanat Tuhan. Karena itu, ia harus pribadi yang paling memiliki sifat-sifat ketuhanan: adil, bijaksana, rahman (pengasih), rahim (penyayang), dan sebagainya. Inilah (seharusnya) visi-misi dasar seorang pemimpin (politik).
Visi-misi profetik itulah yang kerap absen dalam kontestasi kepemimpinan (politik) di negeri ini. Maka, penulis kerap menemui sebagian kita yang sering merasa tak pantas dan saling dorong saat diminta menjadi imam salat atau khatib Jumat, tapi begitu bernafsu dan saling berebut menjadi pemimpin negara. Bahkan, memperebutkannya dengan menghalalkan segala cara. Maka, nilai profetik kepemimpinan pun menjadi sirna. Kepemimpinan hanya dipahami sebagai jabatan, rakyat sebatas komoditas, dan koalisi dijalankan dalam kerangka "dagang sapi". Padahal, sebagaimana kata Sayidina Ali bin Abu Thalib dalam salah satu wasiatnya sebagai khalifah pada Malik Asytar, pola pandang seorang pemimpin pada rakyatnya harus berbasis subyek-subyek, bukan subyek-obyek.
Jadi, pemimpin akan benar-benar merasakan perasaan, keluhan, dan harapan rakyatnya. Dengan begitu, para pemimpin menyadari, tidak bisa tidak, mereka harus merangkul rakyat dalam kepemimpinannya sebagai urusan bersama (res publica). Mereka juga selalu menyadari bahwa kekuasaan sejati selamanya milik rakyat.
Maka, dalam konteks kepemimpinan yang profetik, sebagaimana menjadi isi doa Emha Ainun Nadjib (2012), para bakal calon pemimpin justru harus berharap bisa menjadi "pemimpin boneka". Namun, tentu bukan "boneka manusia", tapi "boneka Allah". Dengan begitu, pemimpin kita benar-benar seorang khalifatullah di Indonesia.
Akhirnya, seperti didendangkan Iwan Fals, pemimpin memang sepatutnya "manusia setengah dewa". Seorang manusia yang memiliki sifat-sifat ketuhanan atau para dewa. Namun, seperti dikemukakan Sayyid Fadlullah (ulama Libanon), visi-misi pemimpin profetik itu bukan berarti untuk membentuk "negara agama" (daulah diniyah) atau mau menyesatkan agama, keyakinan, atau mazhab lain atas nama kemurnian. Tapi, untuk membentuk "negara kemanusiaan" (daulah insaniyah). Sebab, ketika nilai-nilai kemanusiaan tegak (keadilan, perdamaian, kesejahteraan, toleransi, dll), di sanalah visi agama dan nilai-nilai ketuhanan bersemi.
Berita terkait
Mahfud Md Tegaskan Indonesia Bukan Negara Agama, tapi Negara Beragama
7 hari lalu
Mahfud Md, mengatakan relasi agama dan negara bagi Indonesia sebenarnya sudah selesai secara tuntas. Dia menegaskan bahwa Indonesia bukan negara agama, tapi negara beragama.
Baca SelengkapnyaPrabowo-Gibran Dilantik Oktober 2024, Ini Sosok yang Pertama Kali Menggagas Sumpah Jabatan
13 hari lalu
Ritual sumpah jabatan, yang akan dilakukan Prabowo dan Gibran pertama kali dilakukan pada ribuan tahun lalu. Ini sosok yang mencetuskannya
Baca SelengkapnyaMengenal Narsisis Spiritual yang Selalu Sok Paling Benar soal Agama
48 hari lalu
Narsisis spiritual akan menggunakan ajaran agama dengan maksud membuat orang memenuhi keinginannya atau menyalahkan tindakan orang lain.
Baca SelengkapnyaIni Respons Berbagai Pihak soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama
27 Februari 2024
Rencana Yaqut Cholil Qoumas menjadikan KUA sebagai sentral pelayanan keagamaan mendapat berbagai respons.
Baca SelengkapnyaSoal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama, Apa Kata SETARA Institute?
27 Februari 2024
Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan, mengatakan rencana KUA jadi tempat pernikah semua agama harus dituangkan dalam PP atau Perpres.
Baca SelengkapnyaApa Saja Agama Tertua di Dunia? Ini Daftar dan Sejarahnya
29 Januari 2024
Ada beberapa agama tertua di dunia, di antaranya adalah Buddha dan Hindu. Agama ini sudah muncul sekitar 1.500 SM. Berikut sejarahnya.
Baca SelengkapnyaKetua Fraksi PAN Ungkap Video Zulhas yang Bilang Orang-orang Tak Lagi Ucap Amin saat Salat Disalahartikan
20 Desember 2023
Ketua Fraksi PAN menyatakan tak ada sedikit pun niat Zulhas melecehkan agama.
Baca Selengkapnya10 Agama Terbesar di Dunia 2023 Berdasarkan Jumlah Pemeluknya , Islam Ke Berapa?
10 November 2023
Berikut daftar 10 agama terbesar di dunia 2022 berdasarkan jumlah pengikutnya, pertama Kristen
Baca SelengkapnyaUIN Jakarta Undang 64 Peneliti Dalam & Luar Negeri Bicara Agama, Sains & Teknologi
6 November 2023
Forum ICONIST 2023 kumpulkan penelitia dalam dan luar negeri bahas relevansi agama menghadapi kecanggihan teknologi dan perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaSemua Kalangan Diundang ke Aksi Bela Palestina Besok, MUI: Tidak Usah Pikir Agama
4 November 2023
Aksi Bela Palestina untuk menyuarakan kepada dunia bahwa masyarakat Indonesia menolak dan mengecam segala bentuk penjajahan oleh Israel.
Baca Selengkapnya