Flo. K. Sapto W.,
Praktisi Pemasaran
Di tengah kemeriahan koalisi parpol, baik yang sudah mengerucut dalam dua poros maupun kemungkinan adanya poros tambahan, sebetulnya hampir semuanya terlihat melakukan hal yang standar. Masing-masing sekadar melakukan lobi sana-sini dan berkunjung ke sana-kemari. Sangat normatif.
Meski demikian, jika diamati dengan jeli, ada satu ormas yang terlihat cukup sistematis mengusung sebuah strategi cerdas. Nahdlatul Ulama (NU) tidak lagi hendak terjebak dalam sebuah rumah sempit bernama ormas maupun parpol. Pernyataan "NU tidak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana" seolah telah menemukan aktualisasinya. Apa esensi sosial-politis dari ungkapan itu?
Di dalam kajian pemasaran, fenomena ini kurang-lebih bisa disamakan dengan keberadaan relasional antara manufaktur dan trader. Manufaktur adalah institusi yang menghasilkan produk (kader). Sedangkan trader (parpol, ormas) adalah institusi yang menjadi saluran distribusi/pemasaran produk ke end user.
NU sebagai manufaktur tidak perlu lagi selalu melabeli output-nya. Ormas yang bisa dirunut sejarah berdirinya sejak 1916 (Nadhatul Wathan) ini bahkan menyediakan produknya untuk diberi label apa saja oleh sejumlah trader. Di dalam fase inilah, NU justru menunjukkan sebuah strategi pemasaran andal. Sebab, produknya bisa "dijual" oleh trader mana saja dan "dibeli" oleh konsumen mana pun.
Hal terpenting adalah di dalam produk nahdliyin itu telah tersemat fitur-fitur paham dan ajaran NU. Fitur-fitur tersebut adalah manifestasi dari paham Ahlussunah Wal Jama'ah (nu.or.id). Lalu, apa saja keuntungan dari strategi pemasaran ini? Pertama, produk NU menjadi sangat fleksibel di pasar. Kedua, produk NU menjadi kompetitif, karena tidak harus menanggung biaya distribusi. Dua keuntungan tersebut kolaboratif telah menjadi keunggulan tersendiri.
Pada dasarnya NU sudah bertransformasi. Religiositas ke-NU-an tidak lagi terletak dalam simbol-simbol identitas fisikal, melainkan lebih pada konsepsi pemikiran, tata perilaku, dan arah tujuan imani. Lalu, bagaimana kaitannya dengan PKB? Sebagai ormas muslim terbesar, dengan keberagaman pemahaman dan kedewasaan berpolitik warganya, NU tetap membutuhkan sebuah "rumah" politik, baik sebagai persinggahan maupun pelatihan politik praktis. PKB dengan demikian juga berfungsi sebagai pemberi identitas orisinal atas produk-produknya. Dengan kata lain, NU-baik melalui PKB maupun tidak-tetap memiliki produk berlabel dan produk tidak berlabel.
Saat ini memang PKB bersama NasDem sudah memutuskan untuk berkoalisi dengan PDIP. Namun sebenarnya NU tidak hanya merujuk pada PDIP. Aktualisasi NU melalui para nahdliyinnya bisa ke parpol apa pun. Secara taktis, NU telah membuka jendela-jendelanya, sehingga roh NU bisa menyebar keluar dari pesantren dan musala-musalanya menuju ke segala arah. Sangat cair dan fleksibel. Sungguh hal ini sebuah perwujudan iman mendalam dalam kerendahan hati sejati. *
Berita terkait
Bamsoet Dorong Seluruh Partai Politik Rekonsiliasi dalam Koalisi Pemerintahan Prabowo
17 hari lalu
Bamsoet memberikan apresiasi atas pertemuan Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar -Mahfud, Arsjad Rasjid dengan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, saat open house di kediaman Rosan Roeslani.
Baca SelengkapnyaSoal Waktu Penentuan Arah Koalisi, Golkar Tunggu Momentum Demi Kepentingan Terbaiknya
21 Juli 2023
Erwin Aksa memastikan bahwa arah politik Golkar akan selalu berada di pemerintahan.
Baca SelengkapnyaKata Anas Urbaningrum dan Gede Pasek soal PKN yang Belum Tentukan Arah Koalisi
15 Juli 2023
Anas Urbaningrum dan Gede Pasek sebut Partai Kebangkitan Nusantara atau PKN belum tentukan arah koalisi untuk Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaAirlangga Bilang KIB Belum Bubar Meski PAN Beri Sinyal Merapat ke PDIP
5 Juni 2023
Airlangga menyebut dirinya bahkan baru bertemu dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau Zulhas pada Sabtu malam kemarin.
Baca SelengkapnyaPKB Sebut Golkar Sepakat Gabung KIR, Begini Respons Airlangga
5 Mei 2023
Airlangga menjelaskan, Golkar sedianya sudah membentuk tim teknis untuk koalisi inti.
Baca SelengkapnyaDua Jam Lebih Bertemu di Istana, Ini yang Dibahas Jokowi dan 6 Ketum Parpol Koalisi
2 Mei 2023
Menurut Airlangga, pertemuan dengan Jokowi ini lebih banyak membahas kondisi perekonomian ke depan. Adakah bahas politik?
Baca SelengkapnyaPolitikus PKB Bilang Cak Imin dan Airlangga Bertemu Rabu Besok
2 Mei 2023
Halalbihalal DPP PKB dan DPP Golkar itu digelar di Resto Plataran Senayan.
Baca SelengkapnyaPAN Yakin Diajak Berkoalisi Partai Lain karena Merepresentasikan Muhammadiyah
30 April 2023
Bukan hanya jemput bola, Eddy menyebut pihak lain juga berupaya menjangkau PAN untuk berkomunikasi.
Baca SelengkapnyaJokowi Disebut Bakal Kumpulkan Lagi Ketua Umum Partai Koalisi
26 April 2023
Sebelumnya pada 2 April 2023, Jokowi juga sudah bertemu dengan lima ketua umum partai koalisi. Tak mengundang Surya Paloh.
Baca SelengkapnyaHasto: Megawati dan Jokowi Berperan Tentukan Capres 2024
16 April 2023
Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menilai Presiden Jokowi dan Megawati akan menjadi penentu Capres 2024 yang akan diusung Koalisi Besar.
Baca Selengkapnya