Putu Setia,
@mpujayaprema
Akhirnya, sudah resmi ada dua pasang calon presiden dan wakil presiden yang bertarung pada 9 Juli nanti. Artinya, ini pemilihan presiden (pilpres) yang irit. Ini penting disebutkan karena pilpres akan berlangsung satu putaran. Partai yang ada mampu berkoalisi dengan dahsyat.
Poros PDIP yang mengusung Joko Widodo dan Jusuf Kalla berkoalisi dengan Partai NasDem, PKB, dan Hanura. Poros Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa berkoalisi dengan PAN, PKS, PPP, PBB, dan Golkar. Adapun Demokrat memilih netral, sampai batas akhir tak punya teman koalisi dan sibuk mengurusi konvensi yang sudah jelas tak ada manfaatnya. Satu partai kecil lagi, PKPI, tak ada kabar beritanya.
Proses koalisi menarik. PPP sempat pecah, namun belakangan mantap ke poros Gerindra. PPP dan PKS sempat mengancam saat Hatta Rajasa, Ketua Umum PAN, menjadi cawapres Prabowo. Tapi akhirnya bisa menerima. Golkar, pemenang kedua, paling seru, ngebet betul ke poros PDIP. Tapi, karena permintaannya banyak, sedangkan Jokowi mengisyaratkan koalisi tanpa syarat, Aburizal Bakrie lari ke Gerindra. Prabowo menjanjikan Aburizal jabatan menteri utama yang bertugas mengkoordinasi sejumlah menteri di bidang ekonomi. Golkar pun bergabung.
Apa artinya? Koalisi itu memang untuk membagi kekuasaan. Koalisi di poros Jokowi pun tak akan seratus persen tanpa syarat, itu hanya kata-kata indah. Kata indah lainnya adalah koalisi terbentuk karena kesamaan platform partai. Bagaimana menjelaskan hal ini kalau bertahun-tahun partai itu bersaing?
Pelajaran dari hiruk-pikuk koalisi ini, jumlah partai terlalu banyak, ada 12. Dua saja sudah cukup. Atau, kalau ditambah, satu lagi. Caranya, resmikan koalisi saat ini sebagai partai baru. Dengan dua atau tiga partai, kita lebih siap menyongsong Pemilu 2019 yang sudah ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi sebagai pemilu serentak. Artinya, tak ada lagi pemilu legislatif dan pemilu presiden. Yang ada satu pemilu untuk memilih DPR, DPRD, DPD, dan Presiden. Pasangan capres dan cawapres pun diusung oleh "partai atau gabungan partai peserta pemilu" sesuai dengan bunyi konstitusi. Dengan dua atau tiga partai, jumlah pasangan capres dan cawapres ada dua atau tiga pula. Bayangkan kalau partai itu tetap 12, berarti ada kemungkinan pasangan capres dan cawapres juga 12, karena memang dibolehkan konstitusi. Tak ada urusan lagi dengan jumlah kursi atau perolehan suara karena kursi atau suara itu justru dicari pada saat yang bersamaan.
Memang koalisi boleh karena konstitusi menyebutkan pasangan capres dan cawapres bisa diusung "gabungan partai". Tapi, kalau partai masih banyak, bagaimana caranya koalisi sementara memilih DPR dan DPRD masing-masing partai bersaing. Tentu rumit, partai berjuang untuk meraih kursi, sedangkan ada pasangan capres-cawapres yang diusung dengan cara bergabung.
Pelajaran dari pemilihan presiden 2014 ini bisa dijadikan tonggak penyederhanaan partai. Toh, koalisi saat ini juga banyak mengecewakan rakyat karena suara mereka seenaknya digabung. Orang mencoblos partai A karena tak suka partai B, tiba-tiba A dan B koalisi, suara rakyat dipermainkan. Mari ciutkan jumlah partai, hanya dua atau paling banyak tiga. Ini bisa mengurangi hiruk-pikuk politik. *
Berita terkait
Kata 7 Pengamat Soal Koalisi Prabowo yang Bakal Gemuk
2 hari lalu
Berikut tanggapan para pengamat politik dan peneliti soal koalisi Prabowo ke depan yang hampir pasti bakal gemuk.
Baca SelengkapnyaBamsoet Dorong Seluruh Partai Politik Rekonsiliasi dalam Koalisi Pemerintahan Prabowo
20 hari lalu
Bamsoet memberikan apresiasi atas pertemuan Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar -Mahfud, Arsjad Rasjid dengan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, saat open house di kediaman Rosan Roeslani.
Baca SelengkapnyaSoal Waktu Penentuan Arah Koalisi, Golkar Tunggu Momentum Demi Kepentingan Terbaiknya
21 Juli 2023
Erwin Aksa memastikan bahwa arah politik Golkar akan selalu berada di pemerintahan.
Baca SelengkapnyaKata Anas Urbaningrum dan Gede Pasek soal PKN yang Belum Tentukan Arah Koalisi
15 Juli 2023
Anas Urbaningrum dan Gede Pasek sebut Partai Kebangkitan Nusantara atau PKN belum tentukan arah koalisi untuk Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaAirlangga Bilang KIB Belum Bubar Meski PAN Beri Sinyal Merapat ke PDIP
5 Juni 2023
Airlangga menyebut dirinya bahkan baru bertemu dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau Zulhas pada Sabtu malam kemarin.
Baca SelengkapnyaPKB Sebut Golkar Sepakat Gabung KIR, Begini Respons Airlangga
5 Mei 2023
Airlangga menjelaskan, Golkar sedianya sudah membentuk tim teknis untuk koalisi inti.
Baca SelengkapnyaDua Jam Lebih Bertemu di Istana, Ini yang Dibahas Jokowi dan 6 Ketum Parpol Koalisi
2 Mei 2023
Menurut Airlangga, pertemuan dengan Jokowi ini lebih banyak membahas kondisi perekonomian ke depan. Adakah bahas politik?
Baca SelengkapnyaPolitikus PKB Bilang Cak Imin dan Airlangga Bertemu Rabu Besok
2 Mei 2023
Halalbihalal DPP PKB dan DPP Golkar itu digelar di Resto Plataran Senayan.
Baca SelengkapnyaPAN Yakin Diajak Berkoalisi Partai Lain karena Merepresentasikan Muhammadiyah
30 April 2023
Bukan hanya jemput bola, Eddy menyebut pihak lain juga berupaya menjangkau PAN untuk berkomunikasi.
Baca SelengkapnyaJokowi Disebut Bakal Kumpulkan Lagi Ketua Umum Partai Koalisi
26 April 2023
Sebelumnya pada 2 April 2023, Jokowi juga sudah bertemu dengan lima ketua umum partai koalisi. Tak mengundang Surya Paloh.
Baca Selengkapnya