TEMPO.CO, Jakarta - Purnawan Andra, Peminat kajian sosial budaya masyarakat
Monumen Nasional (Monas) adalah sebuah lanskap monumental, bukan hanya bagi Kota Jakarta, tapi juga menjadi representasi perjalanan bangsa. Ia simbolisasi filosofi, visi, dan gagasan besar di baliknya.
Monas menjadi referensi untuk mengidentifikasi diri sebagai "manusia" dan atau sebagai "bangsa Indonesia". Di sekujur tubuhnya, diorama, bentuk dasar, sampai dengan ukuran teknisnya, memuat simbol perjalanan bangsa dari, menjadi, dan menuju "Indonesia". Memahami Monas diharapkan menumbuhkan semangat nasionalisme yang kuat, tegak, dan terus menyala seperti wujudnya.
Pembuatannya pernah ditentang keras karena dianggap hanya menjadi politik mercusuar daripada kebijakan pro-rakyat. Emas 38 kilogram dan uang Rp 5,8 miliar pada masanya dianggap lebih baik digunakan untuk menata ekonomi rakyat yang sedang kritis daripada membangun monumen narsis atas nama jati diri bangsa. Monas menjadi penanda pembentukan identitas dogmatik, tapi juga menyimpan luka-luka sejarah dan sosial.
Monas bukan hanya romantisme dan heroisme. Ia juga menjadi penanda pergumulan identitas dan spiritualitas dalam jejaring simbolik kosmologis hingga filosofisnya. Wujudnya yang meruncing ke langit merupakan simbol lingga, turunan bentuk obelisk, yang menjadi bentuk universal di seluruh bangsa di dunia. Dengan dasar berbentuk yoni, Monas menggambarkan aktivitas perangkat utama kemaskulinan yang bertemu dengan pertanda feminimitas, simbolisasi dominasi kekuasaan dan kekuatan lelaki atas perempuan.
Radhar Panca Dahana (2012) memaknainya sebagai pemahaman peradaban maskulin, di mana perempuan secara fitrahi menjadi subordinat di dalamnya. Model seperti ini merupakan sebuah pengejawantahan dari spiritualisme dan religiusitas atau agama dari peradaban daratan. Peradaban ini menempatkan langit dan matahari sebagai entitas pemilik kekuatan tertinggi, di mana kekuatan manusia tidak dapat menjangkaunya. Mesir, contohnya, menempatkan Dewa Ra (matahari) sebagai puncak dari segala dewa, di mana piramida dibuat sebagai tanda bakti padanya. Begitu juga adab daratan di Cina, India, sampai dengan agama samawi di Timur Tengah hingga pedalaman Indonesia, kemudian mengadopsinya dalam kepercayaan kultural dalam bentuk ritus-ritus spiritual hingga pada praktek-praktek politik kenegaraan dan kemasyarakatannya. Kita pun bertanya-tanya kenapa Sukarno memilih bentuk lingga bagi Monas, tentu bukan sekadar lantaran ia ditahbiskan oleh khalayak sebagai "putra sang fajar", titisan dari (dewa) matahari.
Monas adalah jejaring logika simbolis yang menyusun sejarah bangsa. Ia adalah medan identitas sosial, kultural, ataupun politis yang kompleks. Ia perlu diurai, dibaca, dan dimengerti dalam rangka memformulasikan langkah kontekstual untuk menghadapi dinamika sosial masyarakat agar tidak terjadi reduktivitas pemahaman atas jejak historis dan proses transformasi identitas komunal.
Monas adalah ruang pembacaan yang lebih kritikal tentang identitas, dinamika politik, serta logika kekuasaan seorang pemimpin dan sejarah bangsa Indonesia itu sendiri. Ia mengajarkan inti dari politik kekuasaan yang terbaik dan paling bijaksana yang seyogianya berwujud strategi kebudayaan yang melayani rakyatnya, bukan mencipta simbolisme diri yang narsis untuk membangun sebuah rezim kekuasaan.
Berita terkait
Satu Hari Bersama Joko Pinurbo di Seminari Mertoyudan
2 menit lalu
Berikut perjalanan Tempo dengan penyair Joko Pinurbo di Seminari Mertoyudan, sebelas tahun lalu.
Baca SelengkapnyaBandara Internasional Dipangkas, INACA: Semua Bandara Dapat Hidup, Terjadi Pemerataan Pembangunan
9 menit lalu
Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja angkat bicara soal pengurangan jumlah bandara internasional di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg Hari Ini
11 menit lalu
MK menggelar sidang perdana sengketa pileg DPR RI, DPRD provinsi, DPRD kabupaten atau kota, dan DPD RI hari ini.
Baca SelengkapnyaTanah Bergerak Lalu Diguncang Gempa, Garut Tetapkan Tanggap Darurat
12 menit lalu
Dampak gempa M6,2 di Garut tersebar di 24 kecamatan. Kerugian lebih dari Rp 2 miliar.
Baca Selengkapnya5 Fakta Manuver Partai Politik Pasca Putusan MK: Dukung Pemerintahan Prabowo hingga Masih Mengambang
15 menit lalu
Pasca Putusan MK, Sekjen PKS menyebut, PKS ingin berbuat sesuatu bagi bangsa Indonesia setelah dua periode atau 10 tahun berada di luar pemerintahan.
Baca SelengkapnyaJokowi Percaya Bahlil Pimpin Satgas Gula dan Bioetanol, Ini 7 Tugas Pokoknya
18 menit lalu
Presiden Jokowi tunjuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Satgas Gula dan bioetanol. Apa saja tugas-tugasnya?
Baca SelengkapnyaTimnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Witan Sulaeman: Kami Akan Berjuang Lebih Keras
19 menit lalu
Timnas U-23 Indonesia, Witan Sulaeman, merasa percaya diri untuk menghadapi Uzbekistan U-23 pada semifinal Piala Asia U-23 2024.
Baca SelengkapnyaKapolri Diminta Usut Kematian Brigadir RA, Teman Merasa Ada yang Janggal, Teringat Kasus Ferdy Sambo
36 menit lalu
Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi atau Brigadir RA menjadi perhatian. Sahabatnya teringat kasus kematian Brigadir J yang dibunuh Ferdy Sambo
Baca SelengkapnyaKemenag Luncurkan Gerakan Senam Haji Jaga Ketahanan Fisik Jemaah
39 menit lalu
Gerakan Senam Haji dikemas untuk menjaga kebugaran dan ketahanan fisik jemaah.
Baca SelengkapnyaSekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas
40 menit lalu
Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.
Baca Selengkapnya