Rasa cemburu

Penulis

Sabtu, 7 Maret 1981 00:00 WIB

SEORANG asing yang bekerja di Indonesia pada suatu hari pulang. Tapi di hari terakhir ia sempat memberikan kesannya. "Saya takjub melihat kuatnya rasa cemburu di masyarakat ini," bisiknya. Cemburu? Betul, jawab orang asing itu. "Di sini kalau ada tokoh bisnis yang jadi kaya, ia pasti didesas-desuskan ada main. Kalau ada penyair yang banyak dapat aplaus, segera ia dituduh tukang cari publisitas. Kalau ada pemimpin yang lagi populer, langsung ia dicurigai merancang politik. Kalau ada pejabat yang dipuji bersih, pasti dibilang munafik . . .". Betulkah bangsa kita bangsa yang sirik, menurut orang asing ini? "Pohon yang tinggi di Indonesia bukan cuma terkena angin yang paling besar, tapi juga pohon yang harus dikapak!" Dahsyat. "Orang di sini bilang mau maju tapi bagaimana? Mereka berpikir dalam mentalitas gilda Eropa Abad Pertengahan. Gilda, suatu terjemahan serampangan untuk guild, berarti persatuan usaha sejenis. Ada gilda para pedagang, ada gilda tukang kayu, ada gilda pandai besi, penjahit, dan lain-lain. Tak masuk ke dalam persatuan ini berarti tak bisa bekerja. Tapi begitu masuk jadi anggota gilda, orang harus tunduk kepada organisasi, termasuk tunduk untuk tak boleh maju . . ." Tak boleh maju? Tak boleb? "Tahukah kamu, dalam gilda kuno itu persaingan sangat dibatasi? Laba juga harus ditekan sampai ke batas yang diizinkan. Iklan tentu saja dilarang. Dalam gilda bahan sandang di Florence abad ke-14, misalnya, saudagar tak boleh mengundang seorang calon pembeli masuk ke tokonya. Dia bahkan tak boleh memproses bahan sandang yang diproduksikannya dengan cara lain. Memanfaatkan kemajuan teknis, melebihi warga gilda yang lain, bisa dianggap khianat. Semuanya diatur untuk ketertiban dan stabilitas. Nah, bagaimana mau maju?" Tapi itu 'kan suatu masa yang indah: tidak liberalistis, tidak kapitalistis, penuh harmoni dan pemerataan? "Pemerataan? Saya tak tahu apa yang kau maksud. Jika pemerataan berarti menyamakan kekayaan yang diperoleh tiap-tiap orang, itu bukan keadilan. Seorang yang bekerja keras dan punya manajemen baik tentulah berhak memperoleh lebih banyak, ketimbang seorang yang malas dan acak-acakan." Lalu orang asing itu pun menambahkan, "Lucunya, di sini pun orang yang bekerja keras dicemburui." Orang asing itu memang keterlaluan! Tapi barangkali ia tak salah. Atau adakah yang salah? Mungkin rasa cemburu ada fungsinya. Ia telah jadi semacam kontrol sosial yang diam. Amat tidak sehat, tapi efektif. Ia telah meratakan jalan bagi semangat egalitarian, dengan cara yang pahit. Ia telah secara tak kentara memaksa semangat bourgeois untuk memakai kata-kata pemikir revolusi Prancis Rousseau -- menjadi semangat citoyen: seorang yang mengejar kepentingan sendiri didesak jadi warga yang mengabdi masyarakat. Betapa pun, rasa cemburu, untuk jadi suatu daya penggerak masyarakat, tidaklah mudah. Di Republik Rakyat Cina di bawah Mao semangat bourgeois dibasmi, dan tiap individu harus citoyen. Hasilnya bukan saja totalitarisanisme. Hasilnya juga suatu jaring kekuasaan yang mengawasi dan mengatur perilaku -- di atas manusia yang tak boleh bersendiri. Sebab terlampau berbahaya bila semangat bourgeois-nya timbul lagi. Sebab seperti dalam gilda kuno, si warga harus patuh. Ia tak boleh tumbuh jadi bisnis besar. Big business adalah bahaya bagi kemerdekaan. Tapi yang merepotkan di zaman ini adalah kenyataan, bahwa untuk melawan bisnis besar telah lahir birokrasi besar, yang mengangkang. Sosialime dibangun, dan ternyata kehilangan kerakyatannya.

Berita terkait

Sejarah Kue Keranjang yang Jadi Ciri Khas Tahun Baru Imlek

10 Februari 2024

Sejarah Kue Keranjang yang Jadi Ciri Khas Tahun Baru Imlek

Kue keranjang adalah salah satu makanan yang identik dengan Tahun Baru Imlek. Kue dari ketan yang manis ini ternyata sudah aja sejak 2.500 tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Makna Sosial Kue Keranjang yang Jadi Ciri Khas Perayaan Imlek

10 Februari 2024

Makna Sosial Kue Keranjang yang Jadi Ciri Khas Perayaan Imlek

Kue keranjang, salah satu makanan khas Imlek, merupakan wujud nyata kerekatan warga lokal dan juga masyarakat Tionghoa.

Baca Selengkapnya

Asal usul Ritual Bakar Uang Arwah, Tradisi Etnis Tionghoa Saat Cheng Beng

4 April 2023

Asal usul Ritual Bakar Uang Arwah, Tradisi Etnis Tionghoa Saat Cheng Beng

Tradisi bakar uang arwah dipercaya dilakukan sejak zaman Dinasti Tang.

Baca Selengkapnya

Dirjen Kemendagri Apresiasi Peran PHIS dukung Pemerintah

7 November 2022

Dirjen Kemendagri Apresiasi Peran PHIS dukung Pemerintah

PHIS dan masyarakat Tionghoa diharapkan terus membantu pemerintah di bidang Ekonomi, Sosial Pendidikan.

Baca Selengkapnya

Masih Pandemi Covid-19, Ini Imbauan Merayakan Tahun Baru Imlek 2572

3 Februari 2021

Masih Pandemi Covid-19, Ini Imbauan Merayakan Tahun Baru Imlek 2572

Karena masih situasi pandemi Covid-19, masyarakat Tionghoa disarankan untuk merayakan Tahun Baru Imlek di rumah.

Baca Selengkapnya

Malam Ini, Prabowo Bertemu Pengusaha Tionghoa di Medan

22 Februari 2019

Malam Ini, Prabowo Bertemu Pengusaha Tionghoa di Medan

Prabowo akan bertemu dengan pengusaha dan warga tionghoa di Medan.

Baca Selengkapnya

Jokowi ke Masyarakat Tionghoa: Jangan Sampai ada yang Tak ke TPS

7 Februari 2019

Jokowi ke Masyarakat Tionghoa: Jangan Sampai ada yang Tak ke TPS

Jokowi meminta masyarakat Tionghoa menggunakan hak pilih.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Masyarakat Tionghoa Gunakan Hak Pilih di Pemilu 2019

7 Februari 2019

Jokowi Minta Masyarakat Tionghoa Gunakan Hak Pilih di Pemilu 2019

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum 17 April 2019.

Baca Selengkapnya

Suasana Hari Raya Imlek di Wihara Lalitavistara Cilincing

5 Februari 2019

Suasana Hari Raya Imlek di Wihara Lalitavistara Cilincing

Turis mancanegara datang ke Wihara Lalitavistara untuk berwisata sekaligus menikmati semarak Imlek.

Baca Selengkapnya

Pengamanan Imlek 2019, Polda Metro Jaya Kerahkan 5.000 Personel

5 Februari 2019

Pengamanan Imlek 2019, Polda Metro Jaya Kerahkan 5.000 Personel

Pada perayaan tahun baru Imlek 2019, Polda Metro Jaya mengerahkan 5.000 personel untuk menjaga keamanan kegiatan pada hari ini.

Baca Selengkapnya