TEMPO.CO, Jakarta - Bagja Hidayat,@hidayatbagdja
Anak-anak adalah tempat bergantungnya kecemasan dan ketakutan para orang tua. Tuhan mengedutkan rabu tiap janin sebagai sebuah pesan. Ia belum jera dengan manusia. Tapi di titik itulah beban pada setiap bayi dimulai. Ia akan menempuh takdir, membuat pilihan, sekaligus menanggung harapan dari luar dirinya sendiri. Dan ini "bulan anak-anak" di abad ke-21, sebuah masa yang kian rumit dan tak terduga-masa depan tak cukup hanya direncanakan.
Gandhi sekalipun menentang seorang anaknya menikah di usia 18 tahun, meski ia sendiri kawin lebih muda dari itu. Sang Mahatma cemas anaknya menempuh pergulatan batin yang akan memelencengkannya jadi orang suci. Tak aneh jika istrinya menolak cara Gandhi mendidik anak-anaknya: jangan paksa mereka menjadi orang zuhud sebelum waktunya.
Anak-anak melihat pertentangan-pertentangan yang diciptakan para orang tua. Mereka melihat bagaimana orang tua-orang tua membentuk dunia yang mereka inginkan. Orang-orang dewasa menciptakan mainan, seolah anak-anak adalah bentuk orang dewasa yang lebih kecil. Mereka membuat miniatur traktor, mobil truk, pesawat, dengan harapan anak-anak berimajinasi tentang dunia orang dewasa. Anak-anak tak didorong mencipta mainan-mainan sesuai dengan imajinasinya.
Pilihan, harapan, kebutuhan yang diciptakan, itulah yang membuat hidup kian sempit. Para cerdik-cendikia membuat pepatah: hiduplah dengan mimpi karena mimpi adalah sebermula hidup yang dahsyat. Betapa ganjil kalimat ini. Mimpi itu bukankah justru akan membatasi kita membuat hidup menjadi dahsyat? Tapi itulah tabiat para orang tua, seperti Daedalus.
Ia khawatir Ikarus, anaknya, celaka karena keinginannya terbang menembus langit dan melihat dunia yang tak bisa ia jangkau dengan dua kaki. Daedalus cemas oleh keinginan anaknya yang mustahil, meski ia toh ikut membantu juga membuat sayap untuk anaknya. Berhari-hari mereka mengumpulkan bulu angsa, lalu merakitnya. Dengan gagal dan coba-coba, sayap itu jadi juga.
Ikarus pun terbang. Ia memuaskan keingintahuannya, sekaligus menentang kecemasan ayahnya. Lalu ia terbuai. Anak tampan yang selalu ingin tahu ini terus terbang hingga lupa akan ketinggian. Panas matahari membakar lilin-lilin itu hingga sayap angsanya merotol satu per satu. Ikarus jatuh dan tak tahu jalan pulang. Maka, dalam mitos ini, kecemasan orang tua terbukti. Ketakutan para orang tua mengalahkan imajinasi anak-anak.
Di titik itulah konflik dimulai: setiap anak yang ingin bebas itu terbatasi oleh ketakutan di luar dirinya. Ia akan menyerap ketakutan itu menjadi ketakutan dirinya sendiri, menjadi logikanya sendiri. Saat jatuh itu Ikarus menemukan kebenaran atas kecemasan dan ketakutan Daedalus. Sejarah logika manusia pun turun-temurun dengan cara itu. Logika Daedalus telah menjadi logika Ikarus. Dan, barangkali, mitos ini juga diciptakan oleh-dan memakai kacamata-Daedalus, para orang tua.
Karena itu, sejarah sering kali terasa berulang. Manusia menempuh kesalahan-kesalahan yang sama, mencari kebenaran-kebenaran yang itu juga. Pertanyaan paling purba yang terus-menerus bergaung adalah manakah yang benar: sejarah yang menuntun manusia atau manusia yang menciptakan sejarah? Jawabannya mungkin datang dari anak-anak, mereka yang menanggung kecemasan dan ketakutan para orang tua.
Berita terkait
Hari Anak Sedunia, 7 Cara Melatih Mental Anak untuk Hadapi Tantangan
20 November 2023
Menyambut Hari Anak Sedunia pada 20 November, bagaimana melatih mental anak yang kokoh di tengah tantangan dunia sekarang?
Baca SelengkapnyakumparanMOM Festival Hari Anak 2023 Ajak Anak-anak Bermain dan Belajar
2 Agustus 2023
kumparanMOM Festival Hari Anak dengan tema #BanyakMainBanyakBelajar sukses diselenggarakan pada 29-30 Juli di Taman Anggrek, Gelora Bung Karno, Jakart
Baca SelengkapnyaDeretan Artis Korea Selatan yang Berdonasi untuk Rayakan Hari Anak
6 Mei 2023
Para artis Korea Selatan kompak melakukan donasi ke rumah sakit dan anak-anak yang membutuhkan.
Baca SelengkapnyaPesan Kak Seto di Hari Anak Sedunia
20 November 2022
Kak Seto mengatakan peringatan Hari Anak Sedunia mengingatkan pentingnya pemenuhan hak-hak anak.
Baca SelengkapnyaApa Perbedaan Hari Anak Universal dan Hari Anak Internasional?
20 November 2022
Walaupun berbeda waktu peringatan Hari Anak Universal dan Hari Anak Internasional, nilai tujuan utamanya tetap sama
Baca SelengkapnyaAsal-usul Hari Anak Universal Setiap 20 November
20 November 2022
Asal-usul peringatan Hari Anak Universal telah mengalami perjalanan panjang hingga akhirnya diresmikan pada 1959
Baca SelengkapnyaHari Anak Nasional, Kemendikbud Gelar Lomba Cipta Lagu Anak
23 Juli 2022
Memperingati hari anak nasional, Kementerian Pendidikan menggelar lomba cipta lagu anak. Ini dilakukan untuk menyosialisasikan lagu anak Indonesia.
Baca Selengkapnya1.028 Anak Terima Remisi di Peringatan Hari Anak Nasional 2022
23 Juli 2022
Dari jumlah tersebut, 998 anak mendapatkan Remisi Hari Anak Nasional (RAN) I atau pengurangan sebagian hukuman.
Baca SelengkapnyaJokowi Atraksi Tiga Sulap di Hari Anak Nasional: Bimsalabim
23 Juli 2022
Jokowi melakukan sulap mengambil bola dan roti dari kantong kosong. Saat akan memulai sulapnya, Jokowi terlihat kebingungan dengan alatnya itu.
Baca SelengkapnyaRagam Aktivitas yang Bisa Dilakukan Bersama di Hari Anak Nasional
22 Juli 2022
Berikut lima inspirasi aktivitas orang tua dan anak yang bisa dilakukan untuk merayakan Hari Anak Nasional.
Baca Selengkapnya