Kecaman Untuk Inggris Dan AS

Penulis

Sabtu, 20 Juni 1981 00:00 WIB

IA pernah berkata, "Kita harus terus berusaha. Kita tak boleh mengabaikan kapasitas orang untuk tergerak oleh argumen kebaikan." la adalah Barbara Ward, lahir Mei 1914, meninggal Mei 1981. Ia bukan seorang santa. Memang, ia seorang yang religius, meskipun ia pernah meninggalkan iman Katoliknya waktu bersekolah di Oxford dan menemukannya kembali lama kemudian (dengan kesalihan baru, tentu). Toh ia tahu ia lebih "mendunia" dibanding Bunda Teresa. Salah sebuah leluconnya ialah bahwa Bunda Teresa lebih bagus berpidato, karena "Tuhan kita membungkuk ke dekat bahunya membisiki apa yang harus diucapkan." Barbara Ward memang bukan tipe biarawati yang hidup bersama dan untuk mereka yang jembel. Barbara seorang baroness. Tentu saja harus dicatat: aristokrasinya tak cuma sekedar dalam gelar, tapi juga dalam sikap dan pikiran. Dia istri diplomat, teman Presiden Kennedy dan sahabat Presiden Johnson. Tapi harus pula dicatat: bukan cuma itu kelebihannya. Ia juga sarjana tamu di Harvard dan guru besar di Columbia. Dengan kata lain, ia berada di tingkat inggi. Tapi di sana ia bukan hanya sekedar orang yang berkata, "Kita minoritas yang beruntung, kita tak berani melupakan mereka yang benar-benar miskin." Bukunya, tentang negeri-negeri kaya dan melarat, mengilhami banyak cendekiawan di dunia sejak hampir seperempat abad yang silam. Tak boleh dilupakan ialah pengaruhnya kepada tokoh-tokoh Bank Dunia. Ketika realisasi "dasawarsa pembangunan" seret, Barbara Ward memulai desakan baru untuk menarik bantuan dari negeri-negeri kaya. Komisi Pearson lahir. Lalu, beberapa tahun yang lalu, muncul pula Komisi Brandt. Robert McNamara, bekas Presiden Bank Dunia yang konon sering menunjukkan lebih dulu rancangan pidatonya kepada Barbara Ward, (dengan agak malu-malu), agaknya tak akan sering berbicara tentang kemiskinan, seandainya wanita penulis The Rich Nations and The Poor Nations itu tak begitu kuat sebagai inspirator. Setidaknya sebagai perumus yang gemilang. Bekas asisten editor The Economist ini memang pandai menyusun kata, -- meskipun semasa baru jadi penulis, ia kadang harus mengulang komposisinya 10 kali. Wanita yang di masa gadis pernah berlatih jadi penyanyi opera ini (dan kemudian jadi orang BBC) memang enak didengarkan pidatonya -- meskipun karena itu orang melihatnya "hanya" sebagai seorang komunikator. Tapi apa salahnya? The Economist menulis tentang bekas wartawannya ini 6 Juni yang lalu dalam sebuah obituari panjang yang membentang 5 halaman. Di sana dikutip satu komentar tentang Barbara Ward: ia adalah "a great simplifier," seorang yang sangat pandai merumuskan soal-soal pelik menjadi sesuatu yang sederhana. Memang, di situ pula kelemahannya. Sebab argumen yang dikemukakannya, yang diulanginya berkali-kali, dengan cara elegan, gamblang dan memikat, tak memberikan peluang untuk didebat. Khususnya dari segi: bagaimana cita-cita membantu si miskin dapat dihubungkan dengan realitas dunia yang berantakan? Itu pertanyaan yang sangat berat, memang. Barbara Ward meninggal (karena kanker) akhir Mei. Komisi Brandt yang mencoba merumuskan jalan kerjasama "Utara-Selatan" bersidang di Berlin sekitar hari itu. Dan 15 Juni yang lalu, Anthony Sampson dalam Newsweek menulis tentang "jingoisme ekonomi yang baru". Dengan kata lain: suatu kecaman terhadap kecenderungan Inggris (di bawah Thatcher) dan Amerika (di bawah Reagan) yang tak hendak peduli akan Dunia Ketiga. Pemerintahan-pemerintahan di Barat, tulis Sampson, "menekankan bahwa mereka memecahkan kesulitan dalam negeri mereka lebih dulu sebelum mereka dapat memalingkan perhatian ke bagian dunia lain." Apa yang akan dikatakan Barbaa Ward tentang ini? Dalam Hany Satu Bzmi (yang telah diterjemahkan dengan bagus ke dalam bahasa kita), ia berbicara tentang "kesetiaan yang tertinggi pada planet Bumi kita yang satu, yang indah, tapi yang mudah cidera". Ia tak berbicara tentang cara menumbuhkan kesetiaan itu. Tapi mungkin seperti katanya pula: "Kita tak boleh mengabaikan kapasitas orang untuk tergerak oleh argumen kebaikan."

Berita terkait

Istri Kepala Staf Presiden Moeldoko Meninggal

12 Maret 2023

Istri Kepala Staf Presiden Moeldoko Meninggal

Almarhum istri Moeldoko itu akan dimakamkan usai salat Dzuhur di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Tangerang Selatan.

Baca Selengkapnya

Miliarder AS Thomas H Lee Ditemukan Tewas di Kantornya

24 Februari 2023

Miliarder AS Thomas H Lee Ditemukan Tewas di Kantornya

Miliarder Amerika Serikat, Thomas H Lee, yang dianggap sebagai pelopor investasi ekuitas swasta dan pembelian dengan leverage, meninggal pada usia 78

Baca Selengkapnya

Raquel Welch, Aktris Top Hollywood 1970-an Meninggal

16 Februari 2023

Raquel Welch, Aktris Top Hollywood 1970-an Meninggal

Raquel Welch, aktris top Hollywood tahun 1960-1970-an, meninggal dalam usia 82 tahun, Rabu, 15 Februari 2023.

Baca Selengkapnya

Inoki, Politisi dan Pegulat Jepang yang Pernah Tantang Ali, Meninggal

1 Oktober 2022

Inoki, Politisi dan Pegulat Jepang yang Pernah Tantang Ali, Meninggal

Antonio Inoki, bintang gulat Jepang, politisi, dikenal luas karena melawan petinju legendaris Muhammad Ali, meninggal karena sakit langka

Baca Selengkapnya

SBY Kenang Jasa Hermanto Dardak Bangun Infrastruktur Negeri

21 Agustus 2022

SBY Kenang Jasa Hermanto Dardak Bangun Infrastruktur Negeri

SBY menyampaikan dukacita mendalam terhadap wafatnya Hermanto Dardak.

Baca Selengkapnya

Penyanyi Top 1980-an Olivia Newton-John Meninggal

9 Agustus 2022

Penyanyi Top 1980-an Olivia Newton-John Meninggal

Penyanyi Olivia Newton-John, yang melejit ke puncak tangga lagu pop dunia pada 1970-an dan 1980-an meninggal dalam usia 73 tahun

Baca Selengkapnya

Presiden Parlemen Eropa David Sassoli Meninggal

11 Januari 2022

Presiden Parlemen Eropa David Sassoli Meninggal

Presiden Parlemen Eropa David Sassoli meninggal pada Selasa karena sakit,

Baca Selengkapnya

Kenang Rachmawati Soekarnoputri, Majelis Syuro PKS: Sosok Patriotik

3 Juli 2021

Kenang Rachmawati Soekarnoputri, Majelis Syuro PKS: Sosok Patriotik

Menurut Salim Segaf, banyak kesamaan pandangan antara PKS dan Rachmawati Soekarnoputri dalam menyikapi berbagai persoalan bangsa.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ucapkan Bela Sungkawa atas Meninggalnya Rachmawati Soekarnoputri

3 Juli 2021

Jokowi Ucapkan Bela Sungkawa atas Meninggalnya Rachmawati Soekarnoputri

Rachmawati Soekarnoputri meninggal di RSPAD Gatot Subroto, hari ini, di usia 70 tahun.

Baca Selengkapnya

Neta S Pane Meninggal karena Covid-19

16 Juni 2021

Neta S Pane Meninggal karena Covid-19

Yon mengatakan sebelum meninggal, Neta S Pane sempat dirawat di rumah sakit karena Covid-19 sejak 5 Juni 2021.

Baca Selengkapnya