Sumiati Anastasia,
Alumnus University of Birmingham untuk Relasi Islam-Kristen
Sejarah kita masih saja diwarnai kekerasan di semua lini. Bahkan, dalam lini interaksi antar-umat beragama, kekerasan tampak menonjol dibanding kelemah-lembutan dan kasih sayang. Simak wajah negeri ini yang kembali dinodai ulah sekelompok preman berjubah yang menyerang umat Katolik yang tengah berdoa Rosario. Ketika penyerangan dilakukan, juga ada anak disetrum. Direktur sebuah penerbitan dan jurnalis juga terluka (Tempo.co, 30 Mei 2014).
Kita pasti setuju, Islam telah dibajak oleh segerombolan pelaku kekerasan di Sleman itu untuk menjadi alat legitimasi bagi aksi-aksi mereka yang sangat bertentangan dengan akal sehat dan nilai-nilai kemanusiaan, serta mencederai semangat berbangsa dan bernegara kita yang berdasarkan Pancasila.
Tentu saja aksi itu harus dikutuk sendiri oleh umat Islam yang cinta damai, karena sungguh bertentangan dengan teladan dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Umat Islam hanya dipanggil untuk menebarkan kebaikan, kedamaian, dan rahmat bagi semesta. "Kami mengutus kamu untuk menjadi rahmat bagi semesta alam" (QS 21:107).
Islam itu aslama atau damai. Sayang, kini ungkapan ini konon sudah menjadi retorika, karena maraknya kelompok takfirisme, yang mengusung paham radikal serta gemar menebar bom dan kebencian, seperti tampak pada berbagai ledakan bom bunuh diri yang merenggut nyawa banyak orang, mulai dari Suriah, Irak, Afganistan, Pakistan, hingga negeri kita (bom Bali).
Kaum takfiris itu tak hanya gemar mengkafirkan umat agama lain, tapi juga umat Islam yang berbeda mazhab dengan mereka. Jelas sesungguhnya kaum pemuja takfirisme ini sangat membahayakan ajaran Islam yang cinta damai sekaligus membahayakan keutuhan Indonesia yang terdiri atas banyak suku bangsa, agama, dan kepercayaan. Berulang kali presiden pertama kita, Sukarno, berpidato bahwa negeri kita dibangun oleh perjuangan, pengorbanan, bahkan darah banyak pejuang yang berasal dari berbagai latar belakang agama maupun mazhab.
Maka, demi penguatan posisi Islam yang rahmatan lil alamin, mari kita dengar ajakan Karen Armstrong. Mantan biarawati Katolik yang terkenal dengan magnum opusnya yang berjudul A History of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam (1993), itu memang punya pendapat memikat ihwal kekerasan dalam agama-agama samawi.
Setelah melakukan pengembaraan spiritual dalam berbagai agama samawi, Karen sampai pada kesimpulan bahwa memang tidak ada agama yang membenarkan kekerasan. Kekerasan terjadi karena orang keliru dalam menafsirkan atau memahami pesan-pesan mulia agama. Maka, Karen tegas menolak jika agama, khususnya Islam, dicap sebagai agama kekerasan.
Sekarang Karen memang dikenal getol menjadi pembawa pesan cinta ketiga agama samawi di tengah umat manusia yang beragam latar belakangnya. Pesan cinta itu terangkum dalam 12 butir pesan dalam karyanya, Twelve Steps to A Compassionate Life (2004). Bahkan, sejak 2009, ia membentuk gerakan global bernama Charter for Compassion.
Maka, agar Islam yang cinta damai itu tidak jatuh menjadi retorika, mari kita berani menebarkan pesan cinta dan damai dalam tindakan kita. Pesan ini juga sangat relevan di tengah suhu politik yang memanas menjelang pemilu presiden 9 Juli 2014. *
Berita terkait
Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik
1 hari lalu
Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.
Baca SelengkapnyaMiniatur Toleransi dari Tapanuli Utara
34 hari lalu
Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.
Baca SelengkapnyaIndonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB
50 hari lalu
Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.
Baca SelengkapnyaAsal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November
16 November 2023
Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.
Baca SelengkapnyaTerkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan
18 Juni 2023
Kepada remaja masjid, Pangdam Jaya mengatakan pluralisme sebagai modal kuat dalam bekerja sama untuk menjaga persaudaraan dan kedamaian di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang
24 Mei 2023
Berbudaya itu, bagaimana budaya toleransi beragama, menghargai umat beragama lain, budaya tolong menolong.
Baca SelengkapnyaNgabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama
1 April 2023
Di akhir pekan atau hari libur nasional, Jakabaring Sport City menjadi pilihan destinasi liburan dalam kota yang seru.
Baca SelengkapnyaKetua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama
16 Februari 2023
Indeks perdamaian global terus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaBamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR
2 Februari 2023
Sosialisasi itu akan mengangkat tema seputar peran organisasi keagamaan dalam menjaga kerukunan dan kondusivitas bangsa.
Baca SelengkapnyaWakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan
16 November 2022
Klaten disebut sebagai miniaturnya Indonesia. Di tengah keberagaman agama tetap memiliki keharmonisan, persatuan dan kesatuan.
Baca Selengkapnya