Menolak Godaan Kekerasan

Penulis

Selasa, 3 Juni 2014 22:50 WIB

Sumiati Anastasia,
Alumnus University of Birmingham untuk Relasi Islam-Kristen

Sejarah kita masih saja diwarnai kekerasan di semua lini. Bahkan, dalam lini interaksi antar-umat beragama, kekerasan tampak menonjol dibanding kelemah-lembutan dan kasih sayang. Simak wajah negeri ini yang kembali dinodai ulah sekelompok preman berjubah yang menyerang umat Katolik yang tengah berdoa Rosario. Ketika penyerangan dilakukan, juga ada anak disetrum. Direktur sebuah penerbitan dan jurnalis juga terluka (Tempo.co, 30 Mei 2014).

Kita pasti setuju, Islam telah dibajak oleh segerombolan pelaku kekerasan di Sleman itu untuk menjadi alat legitimasi bagi aksi-aksi mereka yang sangat bertentangan dengan akal sehat dan nilai-nilai kemanusiaan, serta mencederai semangat berbangsa dan bernegara kita yang berdasarkan Pancasila.

Tentu saja aksi itu harus dikutuk sendiri oleh umat Islam yang cinta damai, karena sungguh bertentangan dengan teladan dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Umat Islam hanya dipanggil untuk menebarkan kebaikan, kedamaian, dan rahmat bagi semesta. "Kami mengutus kamu untuk menjadi rahmat bagi semesta alam" (QS 21:107).

Islam itu aslama atau damai. Sayang, kini ungkapan ini konon sudah menjadi retorika, karena maraknya kelompok takfirisme, yang mengusung paham radikal serta gemar menebar bom dan kebencian, seperti tampak pada berbagai ledakan bom bunuh diri yang merenggut nyawa banyak orang, mulai dari Suriah, Irak, Afganistan, Pakistan, hingga negeri kita (bom Bali).

Kaum takfiris itu tak hanya gemar mengkafirkan umat agama lain, tapi juga umat Islam yang berbeda mazhab dengan mereka. Jelas sesungguhnya kaum pemuja takfirisme ini sangat membahayakan ajaran Islam yang cinta damai sekaligus membahayakan keutuhan Indonesia yang terdiri atas banyak suku bangsa, agama, dan kepercayaan. Berulang kali presiden pertama kita, Sukarno, berpidato bahwa negeri kita dibangun oleh perjuangan, pengorbanan, bahkan darah banyak pejuang yang berasal dari berbagai latar belakang agama maupun mazhab.

Maka, demi penguatan posisi Islam yang rahmatan lil alamin, mari kita dengar ajakan Karen Armstrong. Mantan biarawati Katolik yang terkenal dengan magnum opusnya yang berjudul A History of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam (1993), itu memang punya pendapat memikat ihwal kekerasan dalam agama-agama samawi.

Setelah melakukan pengembaraan spiritual dalam berbagai agama samawi, Karen sampai pada kesimpulan bahwa memang tidak ada agama yang membenarkan kekerasan. Kekerasan terjadi karena orang keliru dalam menafsirkan atau memahami pesan-pesan mulia agama. Maka, Karen tegas menolak jika agama, khususnya Islam, dicap sebagai agama kekerasan.

Sekarang Karen memang dikenal getol menjadi pembawa pesan cinta ketiga agama samawi di tengah umat manusia yang beragam latar belakangnya. Pesan cinta itu terangkum dalam 12 butir pesan dalam karyanya, Twelve Steps to A Compassionate Life (2004). Bahkan, sejak 2009, ia membentuk gerakan global bernama Charter for Compassion.

Maka, agar Islam yang cinta damai itu tidak jatuh menjadi retorika, mari kita berani menebarkan pesan cinta dan damai dalam tindakan kita. Pesan ini juga sangat relevan di tengah suhu politik yang memanas menjelang pemilu presiden 9 Juli 2014. *

Berita terkait

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

1 hari lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

34 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.

Baca Selengkapnya

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

50 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

18 Juni 2023

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

Kepada remaja masjid, Pangdam Jaya mengatakan pluralisme sebagai modal kuat dalam bekerja sama untuk menjaga persaudaraan dan kedamaian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

24 Mei 2023

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

Berbudaya itu, bagaimana budaya toleransi beragama, menghargai umat beragama lain, budaya tolong menolong.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

1 April 2023

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

Di akhir pekan atau hari libur nasional, Jakabaring Sport City menjadi pilihan destinasi liburan dalam kota yang seru.

Baca Selengkapnya

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

16 Februari 2023

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

Indeks perdamaian global terus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

2 Februari 2023

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

Sosialisasi itu akan mengangkat tema seputar peran organisasi keagamaan dalam menjaga kerukunan dan kondusivitas bangsa.

Baca Selengkapnya

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

16 November 2022

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

Klaten disebut sebagai miniaturnya Indonesia. Di tengah keberagaman agama tetap memiliki keharmonisan, persatuan dan kesatuan.

Baca Selengkapnya