M. Jamiluddin Ritonga,
Dosen Komunikasi Universitas Esa Unggul Jakarta
Rumor atau desas-desus seputar calon presiden-calon wakil presiden marak bermunculan di berbagai media. Kehadirannya tanpa diundang, nyelonong begitu saja melalui berbagai arah. Kehadirannya sulit dicegah oleh siapa pun juga. Tanpa permisi, rumor seputar capres-cawapres nyelonong ke rumah, kantor, kantin, bus, halte, bahkan ke ruang intel yang paling disegani di negeri ini.
Berbagai rumor itu paling marak mengemuka di media sosial. Pihak-pihak yang terlibat dalam dukungan terhadap capres-cawapres intens memunculkan rumor, baik yang positif maupun yang negatif. Rumor positif umumnya ditujukan bagi capres-cawapres yang didukungnya. Sebaliknya, rumor negatif terus-menerus diarahkan kepada capres-cawapres yang tidak didukungnya.
Kekhawatiran terhadap rumor negatif tentu beralasan. penyebabnya, rumor pada umumnya berisi informasi selentingan yang dikomunikasikan tanpa jaminan adanya bukti nyata. Bagi masyarakat Indonesia yang masih kental budaya lisan, menjalarnya rumor tentang capres-cawapres dimungkinkan lebih cepat lagi. Budaya gethok tular kiranya dapat mempercepat bertebarannya rumor tersebut dalam masyarakat.
Bertebarannya rumor juga dapat dimulai dari minat. Bila inti persoalan rumor tentang capres-cawapres tidak selaras dengan minat seseorang, ia tidak memiliki alasan untuk mengembuskan rumor tersebut. Namun, bila informasi itu sesuai dengan minat, ia akan tergoda untuk meneruskan rumor sesuai dengan versinya.
Jadi, informasi yang dikandung rumor cenderung berubah saat beredar dari orang ke orang. Walaupun tema umumnya tetap dipertahankan, rinciannya biasanya sudah bertambah atau berkurang. Muatan informasinya bahkan kerap disaring dengan menyusutkannya menjadi beberapa rincian pokok yang dapat diingat dan diteruskan kepada orang lain. Hal itu terjadi karena orang per orang memilih rincian rumor yang sesuai dengan minat dan pandangan mereka sendiri tentang obyek yang dirumorkan.
Minat untuk menebarkan rumor muncul karena adanya ketidakpastian dalam situasi tertentu. Bila rumor negatif tidak mendapat kepastian dari setiap capres-cawapres, lawan pendukungnya akan terdorong untuk menyebarluaskan rumor tersebut. Sebaliknya, para pendukungnya akan merasa bingung atau kurang memahami konteks situasinya karena tidak memadainya informasi. Akibatnya, para pendukung melakukan reaksi bertahan agar situasi mereka lebih berarti dan aman.
Cara terbaik mengendalikan rumor biasanya adalah menanggulangi sumbernya atau mengungkapkan fakta. Dengan diungkapkannya fakta yang sebenarnya, ketidakpastian diharapkan dapat berkurang, sehingga tidak cukup peluang bagi penyebaran rumor. Cara ini dapat membantu menjelaskan ketidakpastian dalam pikiran setiap orang. Dan ini biasanya lebih disukai oleh orang-orang yang merasa tidak pasti dan mengalami ketegangan jiwa.
Upaya tersebut bukan berarti penangkal ampuh untuk meniadakan rumor sama sekali. Rumor akan kembali muncul kala terjadi ketidakpastian. Karena itu, untuk meminimalkan rumor, capres-cawapres idealnya dapat mempertahankan iklim yang kondusif tentang diri mereka masing-masing. Iklim demikian biasanya dapat terwujud jika capres-cawapres mau bersikap terbuka dan berempati terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Jadi, kata kuncinya adalah keterbukaan dan kemampuan berempati. *
Berita terkait
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang
27 Desember 2021
Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.
Baca SelengkapnyaSetya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019
27 Maret 2017
Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaGagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019
22 Maret 2017
Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini
Baca SelengkapnyaTiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses
16 Januari 2017
RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?
10 September 2015
Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaJokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri
28 Oktober 2014
Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.
Baca SelengkapnyaJokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi
13 Oktober 2014
Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.
Baca SelengkapnyaFahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR
9 Oktober 2014
"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata
Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari
langsung menjadi lewat MPR.
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi
30 September 2014
Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.
Baca Selengkapnya