Modernisasi

Penulis

Sabtu, 26 Januari 1980 00:00 WIB

ADA satu kasus. Seorang kepala daerah mengeluh. "Saya sudah membangun jambanjamban untuk rakyat, tapi rakyat ternyata tak mempergunakannya," begitu ia berkata. Apa yang salah?, tanyanya kemudian, pelan-pelan. Yang salah jelas Bapak, jawab analisa A. Bapak membangun untuk rakyat, tapi berdasarkan konsepsi yang asing bagi rakyat. Bapak tidak menanyai terlebih dahulu benarkah rakyat memerlukan jamban itu. Bapak, dengan kesigapan seorang mertua yang mau menolong menantunya dari bahaya lontang-lantung, segera ambil keputusan untuk bangun ini dan bangun itu. Terang saja rakyat akhirnya bingung: buat siapa sih proyek ini? Buat kami atau buat ambisi pak kepala daerah? Atau malah buat pemborong? Ah, nanti dulu, jawab analisa B. Analisa anda kedengarannya populis, atau demokratis, tapi tunggu. Untuk terlebih dahulu menanyai rakyat tentang perkara jamban itu, kita harus ada cukup pegangan bahwa rakyat sendiri memang tahu betul yang mereka butuhkan. Coba. Apa gerangan jadinya bila setelah ditawari ternyata mereka minta gedung bioskop -- tempat nanti mereka menonton film-film tak bermutu? Rakyat tidak selamanya benar. Jangan terlalu romantis. Kita harus ikut mendidik. Di tahun 1921, Dr. W. Huender membuat satu survei tentang keadaan ekonomi rakyat Jawa dan Madura. Huender nampaknya tak cuma ingin berbicara tentang statistik. Ia menyalahkan anggapan -- yang berlaku selama 50 tahun sebelumnya -- bahwa pemerintah kolonial akan berhasil memperbaiki keadaan rakyat jajahan hanya lewat jalan perekonomian. Bagi Huender, dorongan utama orang Indonesia bukanlah motif ekonomi. Tugas pemerintah-lah "untuk mencoba mengubah mentalitas orang Timur itu." Salahkah Huender? Yang jelas, pendirian semacam itu biasanya tidak mengenakkan orang Timur. Ketika dalam Polemik Kebudaaan yang termashur di tahun 30-an S. Takdir Alisyahbana berseru agar kita menengok ke Barat (yang "materialistis" itu), reaksi pun menggeletar seperti geludug vulkanis. Tapi toh hampir separuh abad kemudian ada Dr. Kuntjaraningrat. Ia berbicara tentang rintangan mental dalam pembangunan. Ada Dr. Suparman. Ia tak putus-putusnya menyebarkan ajaran entrepeneurship -- dengan kisahkisah sukses mirip Horatio Alger di negeri sana. Tapi benarkah Huender? Ia memang tidak menganjurkan perubahan "mentalitas orang Timur" melalui paksa. Namun tidakkah ia sebenarnya sama saja dengan orang Barat lain -- yang punya semangat missioner yang mirip, dan tak jarang menimbulkan korban? Di Colombo, Sri Lanka, 15 Agustus 1979, Ivan Illich berbicara tentang The New Frontier for Arrogance Pastor ini mencatat, bahwa sejak berdirinya institusi Gereja sampai dengan kolonialisme, sejak kolonialisme sampai dengan masa modernisasi atau development, kini, Dunia Barat menganggap 'orang luar" sebagai "seseorang yang harus ditolong". Dengan kata lain, keunggulan Barat selalu dicoba dipertegas kembali. Di luar Gereja, orang bersifat "kafir". Di luar kekuasaan kolonial, orang adalah "inlander". Di luar negeri "maju", yang terhampar ialah masyarakat "terkebelakang". Tiap kali mereka harus diselamatkan. ***** Modernisasi memang menimbulkan banyak dilema, dan pengertian "rakyat" terkadang menyesatkan. Bahkan bagi partai semacam PKI. Partai ini memasang bendera populisnya antara lain dalam bentuk menulis "rakyat" dengan "R" tapi ia juga bicara soal modernisasi. "Kami adalah orang-orang yang memodernisasikan kehidupan di desa-desa," begitulah ucap Njoto di tahun 1965 kepada wartawan Trouw (Belanda) Huib Hendrikse. "Kamilah orang-orang yang memperkenalkan abad keduapuluh." Namun tak mudah untuk mewakili rakyat dan sekaligus untuk memodernisirnya. Kegagalan itukah agaknya yang menyebabkan akhirnya PKI tak bisa meniti buih di lautan dahsyat 1965?

Berita terkait

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

7 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

48 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

53 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

53 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.

Baca Selengkapnya

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.

Baca Selengkapnya

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.

Baca Selengkapnya