Obituari

Penulis

Sabtu, 22 Maret 1980 00:00 WIB

BUNG Hatta wafat. Waktu memang berjalan, membentuk zaman. Anak-anak lahir. Dan di piramida penduduk, Indonesia dipenuhi bayi dan pemuda. Ketika kita bertanya apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu, tiba-tiba kita tahu kenangan kian pendek di antara kita. Kian sedikit orang tua yang masih menyimpan apa yang telah silam dan bisa bercerita tentang semua itu. Barangkali itulah sebabnya kita cenderung melihat sejarah kita sebagai bangunan yang terdiri dari lingkaran-lingkaran tertutup. Masing-masing lingkaran adalah sebuah masa. Masing-masing masa seakan berdiri eksklusif, tak bersintuhan dengan, bahkan nyaris asing bagi, yang lain. Yang kini tak bertaut dengan yang dulu. Yang dulu berada di tingkat lain dari yang kini. Barangkali itulah sebabnya kita cenderung membayangkan sejarah sebagai sesuatu yang terdiri dari grup-grup "angkatan" -- seakan kita tengah menyaksikan barisan-barisan yang berlainan bendera dalam satu parade 17 Agustus. Hubungan mereka hanya dirumuskan sebagai "pewarisan" (bila positif), atau "gap", "jurang pemisah" (bila negatif). Maka bukan hal yang aneh bila di sebuah ruang seminar yang sama, ada "wakil Angkatan '45 ' yang mengritik atau memuji-muji "Angkatan '66", atau sebaliknya. Seakan-akan mereka bukan lagi sezaman. Seolah-olah mereka bertemu dengan susah payah sebuah mesin waktu. Dr. Abu Hanifah beberapa hari sebelum meninggal sering bicara menyebut dirinya -- dan generasinya -- "mastodon". Anak-anak muda setengah tertawa membayangkan seekor gajah purba yang besar yang anehnya belum punah dan bisa jalan-jalan di lingkungan yang tak lagi sepadan. Tak ada yang bertanya: benarkah "makhluk" itu begitu kuno -- meskipun diketahui ia akan hilang? Benarkah ia bukan lagi bagian dari kita, dan kita dari mereka? ***** SEORANG pengarang di tahun 1978 pernah menulis, bahwa kini sejarah telah direduksikan tak kepalang tanggung orang tiba-tiba jadi "produk" dari sebuah dasawarsa masa hidup mereka bahkan setengah dasawarsa. Dalam kata-kata Susan Sontag, itulah "inhuman acceleration of historical change." Tapi mungkin itu cuma ilusi. Setidaknya bagi kita. Sebab sementara di kota-kota para intelektuil membagi-bagi diri dalam "angkatan", di pedusunan anak-anak tak cukup waktu untuk jadi "remaja" -- untuk bebas dari kewajiban ekonomi, sempat memperoleh ilmu sendiri dan akhirnya membentuk gaya dan pandangan sendiri. Dengan kata lain, bagi mereka masa lalu justru terletak di depan, masa depan justru yang tak kelihatan. Tapi mungkin dari sinilah kita dapat merenungkan kenyataan-kenyataan kita sebenarnya. Ketika Bung Hatta memimpin PNI Baru di tahun 1930-an, ia menghadapi keresahan di desa-desa. Contohnya di Indramayu, Jawa Barat. Rakyat, terdorong oleh depresi ekonomi dan keogahan mentaati hukum pemerintah yang asing bagi mereka, secara ilegal mengambil pohon jati dari hutan. Maret 1932, misalnya, sekitar 700 orang desa bersenjata menebang kayu di hadapan para petugas yang tak berdaya. Pada masa itu, PNI Baru bergerak di antara penduduk. Dan rakyat menyambut. Keanggotaan PNI Baru pun membesar di wilayah ini. Tapi Residen Van der Plas awas: ia mencegah menyusupnya pengaruh partai itu ke desa, dengan memperkuat lurah serta kaum menak. Dan dia berhasil. Setengah abad kemudian tentu saja tak ada lagi PNI Baru dan tak ada Van der Plas. Bung Hatta juga telah wafat. Tapi benarkah telah berubah desa-desa tempat para penebang liar itu?

Berita terkait

Istri Kepala Staf Presiden Moeldoko Meninggal

12 Maret 2023

Istri Kepala Staf Presiden Moeldoko Meninggal

Almarhum istri Moeldoko itu akan dimakamkan usai salat Dzuhur di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Tangerang Selatan.

Baca Selengkapnya

Miliarder AS Thomas H Lee Ditemukan Tewas di Kantornya

24 Februari 2023

Miliarder AS Thomas H Lee Ditemukan Tewas di Kantornya

Miliarder Amerika Serikat, Thomas H Lee, yang dianggap sebagai pelopor investasi ekuitas swasta dan pembelian dengan leverage, meninggal pada usia 78

Baca Selengkapnya

Raquel Welch, Aktris Top Hollywood 1970-an Meninggal

16 Februari 2023

Raquel Welch, Aktris Top Hollywood 1970-an Meninggal

Raquel Welch, aktris top Hollywood tahun 1960-1970-an, meninggal dalam usia 82 tahun, Rabu, 15 Februari 2023.

Baca Selengkapnya

Inoki, Politisi dan Pegulat Jepang yang Pernah Tantang Ali, Meninggal

1 Oktober 2022

Inoki, Politisi dan Pegulat Jepang yang Pernah Tantang Ali, Meninggal

Antonio Inoki, bintang gulat Jepang, politisi, dikenal luas karena melawan petinju legendaris Muhammad Ali, meninggal karena sakit langka

Baca Selengkapnya

SBY Kenang Jasa Hermanto Dardak Bangun Infrastruktur Negeri

21 Agustus 2022

SBY Kenang Jasa Hermanto Dardak Bangun Infrastruktur Negeri

SBY menyampaikan dukacita mendalam terhadap wafatnya Hermanto Dardak.

Baca Selengkapnya

Penyanyi Top 1980-an Olivia Newton-John Meninggal

9 Agustus 2022

Penyanyi Top 1980-an Olivia Newton-John Meninggal

Penyanyi Olivia Newton-John, yang melejit ke puncak tangga lagu pop dunia pada 1970-an dan 1980-an meninggal dalam usia 73 tahun

Baca Selengkapnya

Presiden Parlemen Eropa David Sassoli Meninggal

11 Januari 2022

Presiden Parlemen Eropa David Sassoli Meninggal

Presiden Parlemen Eropa David Sassoli meninggal pada Selasa karena sakit,

Baca Selengkapnya

Kenang Rachmawati Soekarnoputri, Majelis Syuro PKS: Sosok Patriotik

3 Juli 2021

Kenang Rachmawati Soekarnoputri, Majelis Syuro PKS: Sosok Patriotik

Menurut Salim Segaf, banyak kesamaan pandangan antara PKS dan Rachmawati Soekarnoputri dalam menyikapi berbagai persoalan bangsa.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ucapkan Bela Sungkawa atas Meninggalnya Rachmawati Soekarnoputri

3 Juli 2021

Jokowi Ucapkan Bela Sungkawa atas Meninggalnya Rachmawati Soekarnoputri

Rachmawati Soekarnoputri meninggal di RSPAD Gatot Subroto, hari ini, di usia 70 tahun.

Baca Selengkapnya

Neta S Pane Meninggal karena Covid-19

16 Juni 2021

Neta S Pane Meninggal karena Covid-19

Yon mengatakan sebelum meninggal, Neta S Pane sempat dirawat di rumah sakit karena Covid-19 sejak 5 Juni 2021.

Baca Selengkapnya