Agus M. Irkham,
Pegiat Literasi
Dua kali debat calon presiden digelar. Pertama tentang tata kelola pemerintahan, sedangkan yang kedua menyoalkan kebijakan perekonomian. Kedua hal tersebut tentu saja penting untuk dibedah. Sejauh mana calon presiden dan calon wakil presiden yang ada mampu menawarkan konsep yang tidak melulu me too alias copy paste saja, tapi juga memiliki terobosan baru serta harus memenuhi dimensi pembangunan dan perbaikan sistem.
Di luar persoalan tata kelola birokrasi dan kebijakan pembangunan ekonomi, ada satu tema lagi yang tidak boleh luput, yakni tentang pengembangan budaya membaca (literasi) dalam konteks desain kebijakan pendidikan di Indonesia. Bahwa aktivitas membaca itu penting, dan perpustakaan menjadi jantung bagi pendidikan, saya kira sudah kita ketahui bersama. Tapi, dalam kenyataannya, masih jauh panggang dari api.
Belum semua sekolah kita, terutama SD, memiliki perpustakaan. Kita belum memiliki undang-undang perbukuan. Padahal draf atas UU tersebut sudah ada sejak 2006. Melalui UU tersebut diharapkan dunia penerbitan buku di Tanah Air bisa bertumbuh subur. Bukan apa-apa, tidak perlu jauh-jauh membandingkannya dengan Jepang. Sebab, di tingkat Asia Tenggara saja, misalnya dibanding Malaysia dan Vietnam, jumlah per kapita buku kita masih di bawah mereka. Akibatnya, dibanding Malaysia, publikasi karya ilmiah di jurnal internasional serta peringkat perguruan tinggi juga kalah jauh.
Dalam kurikulum pendidikan, baik di SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi, juga tidak ada kegiatan pembelajaran yang bersifat built-in dengan upaya mengembangkan budaya baca ini. Misalnya, mewajibkan minimal jumlah buku yang harus sudah tamat dibaca sebagai salah satu syarat kelulusan. Atau pada pagi hari, sebelum pelajaran dimulai, ada waktu sekian menit yang harus digunakan para siswa dan guru untuk membaca buku.
Maka, jangan heran jika ternyata kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun di bidang matematika, sains, dan membaca ketimbang anak-anak lain di dunia masih rendah. Hasil Programme for International Student Assessment 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes. Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Peru yang berada di peringkat terbawah.
Dalam kegaduhan tema diskusi perdebatan dan obrolan capres-cawapres, baik di televisi maupun di media sosial, sejauh pengamatan saya persoalan literasi ini masih dilupakan. Kurang seksi, barangkali. Padahal, ihwal literasi ini menjadi kunci bagi upaya membangun bangsa dan negara ini. Salah satu perangkat lunak terpenting bagi perwujudan cita-cita itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan itu sangat erat kaitannya dengan sistem pendidikan, di mana literasi menjadi salah satu titik sentralnya.
Saya berharap persoalan pendidikan ini, terutama masalah literasi, akan menjadi salah satu tema debat capres-cawapres. Dengan begitu, publik luas akan semakin tahu dan dapat memperkirakan akan seperti apa kelak kondisi budaya baca bangsa ini jika dipimpin oleh kedua kandidat capres-cawapres tersebut. Dengan begitu, akan menjadi satu tambahan pertimbangan lagi saat memilih salah satunya.
Berita terkait
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang
27 Desember 2021
Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.
Baca SelengkapnyaSetya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019
27 Maret 2017
Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaGagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019
22 Maret 2017
Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini
Baca SelengkapnyaTiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses
16 Januari 2017
RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?
10 September 2015
Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaJokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri
28 Oktober 2014
Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.
Baca SelengkapnyaJokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi
13 Oktober 2014
Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.
Baca SelengkapnyaFahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR
9 Oktober 2014
"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata
Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari
langsung menjadi lewat MPR.
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi
30 September 2014
Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.
Baca Selengkapnya