Mahfud dan Kasus Anas

Penulis

Selasa, 26 Februari 2013 00:20 WIB

Tak sepantasnya Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md. membuat pernyataan yang membingungkan soal kasus Anas Urbaningrum. Ia mengungkapkan bahwa penetapan Anas sebagai tersangka kasus Hambalang merupakan peristiwa politik. Pernyataan ini jelas mendiskreditkan Komisi Pemberantasan Korupsi, yang telah susah payah membongkar skandal itu.

Ucapan tersebut disampaikan Mahfud setelah berkunjung ke rumah Anas tak lama sesudah Ketua Umum Partai Demokrat ini ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Pandangan ini didasari adanya desakan yang mendorong Anas menjadi tersangka.

Benar bahwa para petinggi Partai Demokrat sering menyeru KPK agar segera memperjelas kasus Anas. Imbauan ini juga datang dari Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai Ketua Majelis Tinggi Demokrat. Mereka gerah karena Anas sering dituduh terlibat kasus Hambalang, tapi hampir selama dua tahun tak ada kejelasan dari KPK. Padahal tuduhan ini adalah salah satu penyebab hancurnya citra Demokrat.

Hanya, Mahfud terlalu menyederhanakan masalah bila melihat faktor imbauan itulah yang menjadi penentu Anas menjadi tersangka. Kalau betul SBY amat berpengaruh atau bisa menekan KPK, kenapa tidak dari dulu Anas dijerat? Bukankah sejak dulu pula Sang Ketua Umum berbeda kubu dengan SBY? Apalagi, sudah berkali-kali Nazaruddin-bekas Bendahara Umum Demokrat-menuduh Anas terlibat dalam kasus Hambalang.

Pernyataan Mahfud justru meremehkan kekuatan Anas Urbaningrum. Andaikata kubu SBY bisa menekan KPK, bukankah kubu Anas juga bisa melakukan hal yang sama? Sebagai bos Demokrat, Anas bahkan cukup berpengaruh di kalangan politikus DPR. Semua orang tahu, pimpinan KPK dipilih oleh DPR.

Sebagai pejabat penting, semestinya Mahfud lebih berhati-hati dalam berbicara. Ia boleh saja berkelit bahwa dirinya berbicara atas nama pribadi. Mahfud dan Anas memang sama-sama alumni anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Mantan dosen ini bahkan menjadi Koordinator Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam. Tapi publik tetap saja akan melihat Mahfud sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi.

Advertising
Advertising

Tidak ada larangan pula bagi Mahfud untuk bersimpati terhadap tersangka. Selain Mahfud, banyak tokoh politik lain yang datang ke rumah Anas, seperti mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung atau bos MNC Group, Hary Tanoesoedibjo. Hanya, rakyat akan bingung bila rasa simpati itu berubah menjadi pembelaan yang membabi-buta terhadap si tersangka korupsi.

KPK tentu tidak sembarangan menjerat Anas dengan delik suap. Komisi antikorupsi telah memeriksa lebih dari 50 saksi untuk kasus proyek Hambalang. Sejumlah saksi, seperti Nazaruddin, menyebutkan adanya pemberian mobil Toyota Harrier kepada Anas. Mobil ini diduga dari PT Adhi Karya, kontraktor Hambalang. KPK juga telah berulang kali melakukan gelar perkara untuk mematangkan kasus ini.

Pernyataan Mahfud, yang terkesan ragu akan independensi KPK, justru bisa dianggap sebagai "tekanan" bagi lembaga ini. Biarkanlah KPK bekerja tenang memerangi korupsi tanpa harus direcoki komentar yang bias atau bermuatan politik.

Berita terkait

Respons Sultan HB X soal Kepala Daerah yang Ingin Maju Kembali di Pilkada 2024

33 detik lalu

Respons Sultan HB X soal Kepala Daerah yang Ingin Maju Kembali di Pilkada 2024

Sejumlah partai telah merampungkan penjaringan kandidat untuk Pilkada 2024 di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Selengkapnya

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

1 menit lalu

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan meningkatkan level kewaspadaan terorisme di kantor diplomatiknya di lima negara.

Baca Selengkapnya

Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

4 menit lalu

Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

Orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi di berbagai bidang, baik seni maupun bidang lain.

Baca Selengkapnya

Tak Hadiri Pembubaran Timnas Amin, Surya Paloh Mengaku Tidak Tahu

7 menit lalu

Tak Hadiri Pembubaran Timnas Amin, Surya Paloh Mengaku Tidak Tahu

Surya Paloh tidak tampak dalam acara yang digelar di kediaman Anies di Lebak Bulus itu.

Baca Selengkapnya

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

13 menit lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

29 menit lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Belum Aman untuk Penerbangan

30 menit lalu

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Belum Aman untuk Penerbangan

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan Bandara Sam Ratulangi, Manado belum aman untuk penerbangan akibat erupsi Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Kehidupan Warga Gaza Hancur Gara-gara Serangan Israel, Ini Detailnya

30 menit lalu

Kehidupan Warga Gaza Hancur Gara-gara Serangan Israel, Ini Detailnya

Jalur Gaza mengalami bencana kemanusiaan selama hampir tujuh bulan sejak serangan Israel sebagai balasan serangan Hamas 7 Oktober ke wilayahnya.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

36 menit lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

41 menit lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya