Mimpi Indonesia tanpa Diskriminasi

Penulis

Sabtu, 2 Maret 2013 01:01 WIB

Laporan Human Rights Watch yang dirilis Kamis lalu seharusnya tidak mengagetkan kita. Lembaga internasional berbasis di New York, Amerika Serikat, ini menilai pemerintah Indonesia gagal melindungi kaum minoritas dari kekerasan dan intoleransi atas nama agama. Kita tahu, kesimpulan Human Rights Watch hanya menegaskan apa yang sudah lama diketahui bersama.

Ketika sejumlah masjid Ahmadiyah di Manis Lor, Kuningan, Jawa Barat, dirusak dan dibakar pada Desember 2007, pemerintah diam saja. Setahun kemudian, pemerintah justru menerbitkan surat keputusan bersama yang melarang penyebaran ajaran Ahmadiyah. Hal serupa terjadi ketika Dusun Nangkernang, Madura, yang warganya menganut Syiah, diserbu dan dibumihanguskan pada Agustus tahun lalu. Bukannya melindungi, pemerintah justru menawarkan relokasi warga Syiah sebagai solusi konflik.

Itu baru dua kasus. Daftar warga korban kekerasan dan intoleransi beragama terus bertambah panjang. Ada jemaat GKI Yasmin, Bogor, yang tak kunjung bisa membangun gerejanya meski sudah mengantongi putusan Mahkamah Agung. Ada jemaat HKBP Filadelfia, Bekasi, yang juga sampai sekarang terkatung-katung. Bahkan individu pun tak bebas dari jeratan. Seorang pemuda asal Padang yang mengaku ateis, Alexander Aan, kini divonis 2,5 tahun penjara.

Setara Institute, lembaga pemantau kebebasan beragama di Indonesia, melaporkan kasus kekerasan terhadap kaum minoritas terus meningkat. Dari 244 kasus pada 2011 menjadi 264 pada 2012. Wahid Institute-didirikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid--mendokumentasikan 92 pelanggaran kebebasan beragama dan 184 peristiwa intoleransi agama pada 2011, naik dari 64 pelanggaran dan 134 peristiwa intoleransi pada 2010.

Di tataran global, peringkat Indonesia soal toleransi dan kebebasan beragama juga terus merosot. Survei Pew Research Center yang dipublikasikan pada pertengahan 2012 menempatkan Indonesia sebagai satu di antara 15 negara dengan indeks kerawanan sosial terkait agama paling buruk. Dengan peringkat itu, Indonesia sejajar dengan negara seperti Arab Saudi, Suriah, dan Afganistan.

Selama ini pemerintah selalu bersembunyi di balik alasan legal formal untuk menjustifikasi pengekangan terhadap kaum minoritas. Undang-Undang Nomor 1/PNPS Tahun 1965 tentang Penodaan Agama, Keputusan Menteri tentang Pendirian Rumah Ibadah 2006, dan Surat Keputusan Bersama tentang Ahmadiyah 2008, misalnya, selalu dikutip sebagai dasar. Jika terdesak, argumentasi lain yang disampaikan adalah menjaga kerukunan sosial dan ketertiban umum.

Advertising
Advertising

Padahal fakta yang terjadi sangat bertolak belakang. Setelah SKB Ahmadiyah diteken, misalnya, kekerasan yang menimpa umat Ahmadiyah justru meningkat. Banyak kabupaten dan provinsi menerbitkan peraturan melarang pengikut Ahmadiyah beribadah. Puncaknya, awal Februari 2011, massa menyerbu komunitas Ahmadiyah di Cikeusik, Banten, dan membunuh tiga orang.

Tanpa perbaikan nyata, masa depan negeri ini jadi taruhannya. Jika kebebasan beragama hanya ada dalam pidato, cuma soal waktu ketika demokrasi dan hak asasi manusia jadi sasaran serangan berikutnya.

Sayangnya, reaksi Istana Negara atas laporan Human Rights Watch amat mengecewakan. Ketimbang merespons dengan positif, juru bicara presiden Julian Aldrin Pasha malah balik mempertanyakan motif di balik laporan tersebut.

Jika sebuah koreksi yang berlandaskan fakta ditanggapi dengan kecurigaan, Indonesia yang toleran dan menghormati kaum minoritas memang cuma mimpi.

Berita terkait

Jurgen Klopp Umumkan Arne Slot sebagai Pelatih Baru Liverpool pada Laga Perpisahannya

5 menit lalu

Jurgen Klopp Umumkan Arne Slot sebagai Pelatih Baru Liverpool pada Laga Perpisahannya

Pelatih Liverpool Jurgen Klopp mengumumkan Arne Slot sebagai pelatih The Reds selanjutnya pada laga perpisahannya.

Baca Selengkapnya

Manchester United Gagal Raih Tiket Kompetisi Eropa Lewat Jalur Liga Inggris, Masih Ada Kesempatan di Final Piala FA

12 menit lalu

Manchester United Gagal Raih Tiket Kompetisi Eropa Lewat Jalur Liga Inggris, Masih Ada Kesempatan di Final Piala FA

Manchester United (MU) gagal meraih tiket kompetisi Eropa lewat jalur Liga Inggris. Namun, peluang mereka untuk lolos ke Liga Europa masih ada.

Baca Selengkapnya

Top Skor Liga Inggris 2023-2024: Erling Haaland Kembali Raih Sepatu Emas

26 menit lalu

Top Skor Liga Inggris 2023-2024: Erling Haaland Kembali Raih Sepatu Emas

Erling Haaland menjadi top skor Liga Inggris untuk kedua kalinya secara beruntun. Ollie Watkins jadi top assist.

Baca Selengkapnya

Liga Inggris Berakhir: Tottenham Hotspur Lolos ke Liga Europa, Chelsea ke Liga Conference

35 menit lalu

Liga Inggris Berakhir: Tottenham Hotspur Lolos ke Liga Europa, Chelsea ke Liga Conference

Tottenham Hotspur dan Chelsea lolos ke kompetisi Eropa setelah menjalani laga terakhir Liga Inggris 2023-2024.

Baca Selengkapnya

Jadwal Final Championships Series Liga 1 2023/2024: Persib Bandung vs Madura United

39 menit lalu

Jadwal Final Championships Series Liga 1 2023/2024: Persib Bandung vs Madura United

Tiket final Championships Series Liga 1 2023/2024 telah diraih Persib Bandung dan Madura United.

Baca Selengkapnya

Pengamat Nilai Rencana Prabowo Anggarkan Rp 16 Triliun untuk IKN Berpotensi Proyek Mangkrak

44 menit lalu

Pengamat Nilai Rencana Prabowo Anggarkan Rp 16 Triliun untuk IKN Berpotensi Proyek Mangkrak

Pembangunan kota, termasuk IKN ini tidak sekadar membangun Istana Negara ataupun gedung kementerian dan rumah dinas pejabat.

Baca Selengkapnya

5 Kunci Sukses Manchester City Raih Gelar Juara Liga Inggris 4 Kali Berturut-turut

46 menit lalu

5 Kunci Sukses Manchester City Raih Gelar Juara Liga Inggris 4 Kali Berturut-turut

Manchester City merayakan gelar Liga Inggris (Premier League) bersejarah, yang empat kali berturut-turut. Ini lima kunci sukses mereka.

Baca Selengkapnya

Bayer Leverkusen Juarai Liga Jerman 2023-2024 Tanpa Terkalahkan, Ini Kunci Suksesnya Menurut Jonathan Tah

1 jam lalu

Bayer Leverkusen Juarai Liga Jerman 2023-2024 Tanpa Terkalahkan, Ini Kunci Suksesnya Menurut Jonathan Tah

Bayer Leverkusen menutup musim kompetisi Liga Jerman 2023-2024 dengan indah: menjadi juara tanpa terkalahkan.

Baca Selengkapnya

Paytren Dicabut OJK, Apa Itu Investasi Syariah? Simak Penjelasan Ekonom Celios

1 jam lalu

Paytren Dicabut OJK, Apa Itu Investasi Syariah? Simak Penjelasan Ekonom Celios

Manajer investasi usaha bidang konvensional berpatokan pada pasar bebas.

Baca Selengkapnya

Berita Liga Italia: Thiago Motta Masih Bimbang, Tetap di Bologna atau Menjadi Pelatih Juventus

2 jam lalu

Berita Liga Italia: Thiago Motta Masih Bimbang, Tetap di Bologna atau Menjadi Pelatih Juventus

Thiago Motta menyatakan masih bimbang untuk menentukan masa depannya, apakah tetap bertahan menjadi pelatih Bologna atau pindah ke Juventus.

Baca Selengkapnya