Berdialog soal orientalisme

Penulis

Sabtu, 13 September 1980 00:00 WIB

EDWARD Said adalah seorang Palestina yang berada di Amerika Serikat, gurubesar kesusastraan terkemuka. Dua tahun yang lalu ia menulis buku yang menarik perhatian banyak orang: Orientalism. Dengan 368 halaman itu, ia memang bisa mengasyikkan dan sekaligus menyesakkan. Ia mengasyikkan karena nadanya yang amarah, dan amarahnya yang berdasar. Ia menyesakkan karena ia begitu kepingin mencakup banyak hal, mengulas begitu banyak bahan, mendepa sejarah yang panjang -- untuk mebuktikan dan mengecam satu perkara sikap kaum "Orientalis ". Samar-samar kita sudah tahu jenis apa kaum Orientalis ini. Mereka adalah sekelompok manusia, umumnya sarjana Barat, yang khusus mempelajari dan menulis tentang Dunia Timur. Edward Said sendiri lebih luas tebaran jaringnya bila ia bicara tentang Orientalisme: baginya ini adalah suatu gaya pemikiran, suatu sikap, mungkin pula sindrom, tapi juga suatu institusi antara pelbagai usaha yang sejalan. Secara sangat sederhana bisa dikatakan bahwa usaha itu adalah usaha untuk membedakan, juga memperlawankan, kenyataan dalam dua kategori: "Timur" dan "Eropa". Yang "Timur" adalah suatu hakikat yang harus diteliti, dipahami, diungkapkan dan dikontraskan dengan yang "Eropa". Tentu saja bagi para penulis Barat itu "Eropa" adalah sesuatu yang sudah dikenal dengan enak dan yang "Timur" adalah sebaliknya. Maka yang "Timur" bisa saja menarik, menakjubkan, tapi juga bisa menakutkan, menjijikkan, dan pada dasarnya - menurut kaum Orientalis itu kepada para pembacanya di Barat -- "lain dari kita" Maka para Orientalis ini pun biasanya cenderung "menimur-nimurkan Timur". Akhirnya timbunan "pengetahuan" mereka itu pun memperoleh kekuatannya sendiri dari sini terciptalah "Timur", yang pada dasarnya hanyalah Timurnya kaum Orientalis. Lalu membanjirlah novel, kisah cinta atau petualangan, juga penelitian ilmu sosial dan kebudayaan -- dan juga penjajahan. Orientalisme dengan demikian juga mengandung tendensi penaklukan. Sekelompok manusia ditinjau sedemikian rupa hingga mereka cuma berdiri sebagai obyek. Mereka dilukis, ditampilkan, seakan dalam keadaan tak bisa menampilkan diri mereka sendiri. Tak pelak lagi, Edward Said telah menggugah banyak orang. Apabila dasar sikapnya tak orisinal, itu hanya berarti bahwa amarah yang tersirat dalam bukunya tak cuma milik dia. Di Indonesia sendiri, di kalangan Islam, kata "Orientalis" sudah lama hampir jadi kata makian. Di kalangan para sarjana memang telah timbul masalah yang kurang lebih bersifat epistemologis: bagaimanakah kenyataan dikonstruksikan dalam pikiran kita? Dapatkah sebuah monograf tentang lukisan klasik Cina atau sebuah laporan tentang kemiskinan di Jawa terlepas dari riwayat pengetahuan dan cara berpikir penyusunnya? Dengan kata lain, pada akhirnya memang patut diragukan adakah karya-karya ilmiah, juga jurnalisme, merupakan jembatan saling mengerti antar manusia -- atau justru sekedar pernyataan baru prasangka-prasangka lama. Kita bisa pesimistis. Kita bisa pula optimistis. Edward Said, di balik serangannya yang bergelombang terhadap Orientalisme, adalah seorang optimis. Dalam menggebuk Orientalisme sebenarnya ia mempertahankan kemungkinan dialog. Ia mencakar Max Weber dan sejumlah ahli sosiologi serta anthropologi, yang rajin menyebar luaskan kepercayaan bahwa ada perbedaan ontologis antara "mentalitas" Barat dan Timur. Ia mengakhiri bukunya dengan seruan untuk kebersamaan manusia, setelah ide "Timur" itu ditanggalkan. Maka ia tak menutup diri. "Saya tentu tak mempercayai pendirian, bahwa hanya seorang hitam yang dapat menulis tentang orang-orang hitam, hanya seorang Muslim tentang orang-orang Muslim, dan seterusnya," begitulah kalimatnya di halaman 322.

Berita terkait

Hari Ini, Putin Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Masa Jabatan ke-5

12 menit lalu

Hari Ini, Putin Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Masa Jabatan ke-5

Pelantikan Vladimir Putin sebagai presiden Rusia untuk masa jabatan kelima pada upacara pelantikan yang akan digelar di Moskow.

Baca Selengkapnya

Partai Narendra Modi Bagikan Video Hasutan tentang Oposisi dan Komunitas Muslim India

1 jam lalu

Partai Narendra Modi Bagikan Video Hasutan tentang Oposisi dan Komunitas Muslim India

Video animasi yang dibagikan oleh partai Perdana Menteri Narendra Modi menargetkan partai Kongres sebagai oposisi dan komunitas Muslim.

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

1 jam lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

KPK Terima Konfirmasi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Bakal Hadiri Pemeriksaan Hari Ini

2 jam lalu

KPK Terima Konfirmasi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Bakal Hadiri Pemeriksaan Hari Ini

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sudah 2 kali mangkir dalam pemeriksaan KPK sebelumnya dan tengah mengajukan praperadilan.

Baca Selengkapnya

Pengeroyokan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang Saat Doa Rosario, Polisi Tangkap Beberapa Orang

2 jam lalu

Pengeroyokan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang Saat Doa Rosario, Polisi Tangkap Beberapa Orang

Akibat pengeroyokan itu, dua mahasiswa Universitas Pamulang mengalami luka, satu di antaranya adalah penghuni kos lain yang berusaha melerai.

Baca Selengkapnya

Profil Eko Patrio yang Disiapkan PAN Jadi Menteri did Kabinet Prabowo

4 jam lalu

Profil Eko Patrio yang Disiapkan PAN Jadi Menteri did Kabinet Prabowo

Nama komedian Eko Patrio disebut oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau Zulhas pada Ahad, 5 Mei 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Kecelakaan Mobil Polisi Tabrak Mikrobus di Tol MBZ, Pengemudi Diduga Mengantuk

4 jam lalu

Kecelakaan Mobil Polisi Tabrak Mikrobus di Tol MBZ, Pengemudi Diduga Mengantuk

Kedua kendaraan yang terlibat kecelakaan di Tol MBZ itu langsung diamankan di Induk PJR Jakarta-Cikampek.

Baca Selengkapnya

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

4 jam lalu

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

Universitas Indonesia atau UI masih menjaga posisi bergengsi dalam pemeringkatan kampus versi Times Higher Education. Berikut hasilnya pada 2024.

Baca Selengkapnya

Saran Dokter untuk Jaga Kesehatan Kulit saat Cuaca Panas

4 jam lalu

Saran Dokter untuk Jaga Kesehatan Kulit saat Cuaca Panas

Berikut saran spesialis kulit untuk menjaga kesehatan kulit di tengah cuaca panas seperti belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Gerindra Jajaki Koalisi dengan Parpol Lain di Pilkada Jawa Tengah, Ini Alasannya

4 jam lalu

Gerindra Jajaki Koalisi dengan Parpol Lain di Pilkada Jawa Tengah, Ini Alasannya

Gerindra sebelumnya sudah berkomunikasi dengan Demokrat untuk Pilkada Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya