Kebudayaan dan kemajuan ekonomi

Penulis

Sabtu, 4 Oktober 1980 00:00 WIB

ANDA kenal Herman Kahn. Dia direktur Hudson Institute. Dia seorang yang dianggap otak dalam meramal masa depan dunia dengan cara ilmiah". Dengan kacamata yang tebal dan tubuh sangat bulat ia seakan menyimpan segala macam data dalam dirinya lalu, byar-byar-byar, ia akan mengolah data itu jadi petunjuk kemungkinan hari esok. Kegiatan ini, kita tahu, disebut futurologi, dan Herman Kahn corang futuris Yang kita tidak tahu ialah bahwa Dr. Kahn ternyata bisa bicara tentang kebudayaan. Ini terjadi ketika ia diwawancarai Reader's Digest (edisi Asia), September 1980. Dia menyebut Kong Hu-cu. Lalu, dengan cepatnya, ia hubungkan nabi Cina dari abad ke-5 Sebelum Masehi itu dengan revolusi industri tahun 2000 nanti Dia percaya, bahwa Kong Hu-cu telah mewariskan sesuatu kepada bangsa Cina -- sesuatu yang akan menggerakkan kemajuan ekonomi di masa depan. Bangsa lain, yang tak mendapatkan arisan itu, adalah bangsa yang sial, kurang lebih. Kesialan ganda terjadi bila mereka mewarisi kebudayaan India. Buktinya? Jawab Dr. Kahn: "80% rakyat India hidup miskin." Dalam hubungan itulah menarik untuk mengikuti ramalan Herman Kahn tentang Indonesia. Negeri ini, nampaknya bagi dia, kurang beruntung. Nasibnya di masa depan agak muram. Alasan Kahn. "Orang Indonesia belum memanfaatkan orang Cina mereka secara baik, dan lagipula mereka berkebudayaan India. " *** TAPI kita sebenarnya tak tahu betul, benarkah kebudayaan bisa begitu menentukan -- jika pun kita anggap sebagai sesuatu yang tetap. Setahun yang lalu seorang ahli sejarah bangsa Australia menelaah asal usul kemiskinan di Indonesia. Salah satu kesimpulannya ialah, bahwa di negeri ini, "ada kapitalisme, tapi tak ada mentalitas kapitalis." Orang mungkin dengan gampang setuju. Orang cukup melihat ke Jawa Tegah. Di sini, kata "kapitalis" bukan saja kata yang kotor, tapi juga kaum priayi dengan penuh wibawa meremehkau kaum pedagang. Baca saja buku ajaran mereka, Wulang Reh, yang bercerita tentang empat cacad besar bagi para anak priyayi. Yang pertama adalah jadi pemadat (wong madati), kedua penjudi (wong botolan), ketiga penjahat (Woil durjana) dan yang keempat: menjadi orang berhati saudagar (wog ati sudagar). Tapi benarkah itu petunjuk mentalitas suatu bangsa, dan bukan perbenturan kepentingan yang biasa terjadi di pelbagai bangsa? Di Jepang, di masa Tokugawa yang brakhir di abad ke-19, para Chonin yang berdagang itu bukanlah kelas yang disukai para samurai. Bagi ideologi lapisan aristokrasi ini, hanya bangsawan serta petani yang merupakan anggota masyarakat yang bermanfaat. Ketika itu posisi mereka memang tengah terancam. Masa itu masa damai yang panjang. Para samurai tak teramat dibutuhkan para daimyo Lalu, kaum chanin pun muncul. Di Eropa juga riwayat perdagangan, sebagai ihtiar mencari untung, bukanlah sejarah yang lancar. Gereja di Abad Tengah mengajarkan, tak seorang Kristen pun layak jadi saudagar. Pedagang kata seorang sejarawan tentang masa itu, adalah kaum yang 'tercerabut- deracines. Tapi toh kemudian kapitalisme tumbuh. Revolusi industri terjadi. DAN bagaimana dengan Kahn serta Kong Hu-cu? Jika pun kita ingin mengikuti dasar asumsinya, kita mungkin bisa menengok lebih jauh -- ke orang yang secara khusus mencoba menghubungkan perkembangan ekonomi dan warisan keagamaan. Ia seorang sosiolog Jerman. Di sebuah buku yang terbit di tahun 1904, ahli sosiologi Jerman itu, Max. Weber, mencoba menunjukkan sebab tumbuhnya semangat kapitalisme Eropa pada "etika Protestan". Tapi tak semua nilai-nilai seperti nilai Protestan Calvinis. Dalam beberapa bukunya kemudian Weber menelaah Cina. Kesimpulannya adat Kong Hu-cu adalah penghambat kemajuan ekonomi.

Berita terkait

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

3 menit lalu

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

Komisaris Tinggi HAM PBB prihatin atas tindakan hukum membubarkan aksi pro-Palestina di sejumlah universitas di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

3 menit lalu

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

BMKG mengawasi kondisi muka air di sekitar pulau Gunung Ruang secara ketat. Antisipasi jika muncul tsunami akibat luruhan erups.

Baca Selengkapnya

Hari Buruh, Aspek Tuntut Pengesahan RUU PRT dan Pencabutan UU Cipta Kerja

5 menit lalu

Hari Buruh, Aspek Tuntut Pengesahan RUU PRT dan Pencabutan UU Cipta Kerja

Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia kembali menuntut pencabutan pencabutan Omnibus Law UU Cipta Kerja dalam peringatan Hari Buruh.

Baca Selengkapnya

Tolak PKS Gabung Koalisi Prabowo, Kilas Balik Luka Lama Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dengan PKS

7 menit lalu

Tolak PKS Gabung Koalisi Prabowo, Kilas Balik Luka Lama Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dengan PKS

Kabar PKS gabung koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran membuat Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah keluarkan pernyataan pedas.

Baca Selengkapnya

Periksa 15 ASN Pemkab Sidoarjo, KPK Dalami Keterlibatan Gus Muhdlor di Korupsi BPPD

8 menit lalu

Periksa 15 ASN Pemkab Sidoarjo, KPK Dalami Keterlibatan Gus Muhdlor di Korupsi BPPD

KPK memeriksa 15 ASN untuk mendalami keterlibatan Bupati Ahmad Muhdlor Ali alias Gus Muhdlor dalam dugaan korupsi di BPPD Kabupaten Sidoarjo

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

11 menit lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

15 menit lalu

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyalakan listrik di sektor agrikultur wilayah Kabupaten Sragen.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

18 menit lalu

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

Mendag Zulkifli Hasan kembalikan aturan impor bahan baku industri. Apa alasannya? Begini bunyi Permendag 25/2022.

Baca Selengkapnya

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

23 menit lalu

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.

Baca Selengkapnya

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

27 menit lalu

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

Penghuni rumah dinas Psupiptek Serpong mengaku pernah melaporkan BRIN ke Kejaksaan Agung atas dugaan penyalahgunaan aset negara

Baca Selengkapnya