Video Penganiayaan di Poso

Penulis

Selasa, 5 Maret 2013 01:44 WIB

Terorisme di Poso memang mencemaskan. Tapi situasi ini tak bisa dipakai sebagai pembenar bagi Detasemen Khusus 88 Antiteror untuk menghalalkan segala cara. Penganiayaan terhadap terduga teroris, seperti yang tampak dalam video yang kini beredar, jelas melanggar hukum dan layak diusut.

Dalam video yang diunggah ke YouTube itu diperlihatkan perilaku puluhan polisi, yang sebagian mengenakan seragam Densus 88. Mereka menganiaya beberapa terduga teroris. Jika video ini asli dan bukan rekaan, kekerasan tersebut telah mengkonfirmasi penilaian masyarakat selama ini bahwa pasukan khusus kepolisian itu tak lagi profesional.

Terlihat dalam video berdurasi 13 menit itu, misalnya, beberapa petugas memerintahkan seorang tersangka membuka celana tanpa alasan yang jelas. Tampak pula seorang tersangka yang terkena tembakan di dada tembus ke punggung. Meski sudah tertembak, dia dipaksa berjalan ke tanah lapang dan diinterogasi.

Ada juga perintah petugas kepada tersangka yang tertembak parah itu agar segera beristigfar karena, katanya, "Sebentar lagi kamu akan mati." Bagaimana mungkin penegak hukum tega melontarkan ucapan seperti itu? Bukannya segera memberi pertolongan atau membawanya ke rumah sakit, petugas justru membiarkannya meregang nyawa dan terus menginterogasinya.

Semua itu mempertegas kesan bahwa kepolisian mengabaikan hak asasi manusia. Komisi Hak Asasi Manusia bahkan mencatat jumlah terduga teroris yang tewas di tangan Densus mencapai 83 orang. Hal ini berarti setiap tahun ada 9-10 tersangka yang tewas sejak Densus berdiri sembilan tahun lalu. Komisi ini bahkan menemukan ada tersangka yang ditembak lebih dari 10 kali.

Kepolisian kerap berdalih bahwa tindakan menembak mati itu dilakukan secara terpaksa untuk melindungi diri. Publik tentu akan mempercayai argumen itu jika saja mereka mampu membuktikannya Nyatanya, terlalu banyak teroris yang ditembak mati di tempat penyergapan. Kesan yang justru timbul: pemerintah lebih memilih menempuh jalan pintas dalam memerangi teroris dibanding lewat proses hukum. Padahal menangkap teroris hidup-hidup amatlah penting agar pemerintah tak dituding membalas aksi biadab mereka dengan cara serupa.

Itu sebabnya, Komnas HAM perlu segera mengusut berbagai pelanggaran yang dilakukan anggota Densus. Dalam kasus video Poso itu, misalnya, secara terang Densus dan Brimob Polri telah mengabaikan hak hidup, hak untuk tidak disiksa kendati ia seorang tersangka, dan hak untuk diakui sama di hadapan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Kendati kejadian dalam tayangan itu enam tahun lalu, Komisi Nasional HAM tetap bisa mengusutnya. Komisi ini perlu juga menyelidiki kematian 14 terduga teroris Poso pada tahun yang sama.

Komisi tentu bisa bekerja sama dengan Polri, yang juga telah menurunkan tim untuk memeriksa anggotanya yang diduga menganiaya itu. Memerangi terorisme memang penting, tapi mengusut anggota Densus yang sewenang-wenang dan diduga melanggar HAM juga tak kalah pentingnya.

Berita terkait

Film Horor Psikologis Possession: Kerasukan Tayang 8 Mei, Produser Berharap Dapat Jadi Bahan Diskusi

25 menit lalu

Film Horor Psikologis Possession: Kerasukan Tayang 8 Mei, Produser Berharap Dapat Jadi Bahan Diskusi

Possession: Kerasukan memakai atribut horor Indonesia, yaitu pocong yang dipresentasikan bantal-guling lantaran dekat dengan keseharian masyarakat.

Baca Selengkapnya

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa itu Pelat Khusus ZZ?

26 menit lalu

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa itu Pelat Khusus ZZ?

Apa itu pelat khusus ZZ yang disebut tak kebal aturan ganjil-genap di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Benarkah Belahan Jiwa Sudah Terdeteksi dari Pandangan Pertama?

33 menit lalu

Benarkah Belahan Jiwa Sudah Terdeteksi dari Pandangan Pertama?

Jika sudah menjalin hubungan dengan seseorang dan sangat ingin tahu apakah dia adalah belahan jiwa, berikut beberapa tandanya.

Baca Selengkapnya

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

43 menit lalu

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

Solo Great Sale 2024 (SGS 2024) diharapkan menjadi sarana para pelaku UMKM memasarkan produknya.

Baca Selengkapnya

Sule: Mahalini akan Pindah Agama dan Menikah dengan Rizky Febian secara Islam

46 menit lalu

Sule: Mahalini akan Pindah Agama dan Menikah dengan Rizky Febian secara Islam

Sule menjelaskan bahwa Mahalini akan menjadi mualaf sebelum menikah dengan Rizky Febian secara Islam di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Chelsea Kalahkan West Ham United 5-0, Nicolas Jackson Bikin Brace

47 menit lalu

Hasil Liga Inggris: Chelsea Kalahkan West Ham United 5-0, Nicolas Jackson Bikin Brace

Chelsea berpesta gol di gawang West Ham United dan mengalahkan lawannya itu dengan skor 5-0 dalam pertandingan Liga Inggris.

Baca Selengkapnya

Kado Hari Pendidikan Nasional: UKT Naik di Berbagai Kampus Negeri

55 menit lalu

Kado Hari Pendidikan Nasional: UKT Naik di Berbagai Kampus Negeri

UKT naik di berbagai kampus, buah dari penerapan Keputusan Mendikbudristek

Baca Selengkapnya

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

56 menit lalu

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

Gejolak demo mahasiswa Pro-Palestina merembet ke Australia dan Prancis, apa yang terjadi?

Baca Selengkapnya

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

1 jam lalu

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

Tiga karyawan PT Wanatiara Persada, perusahaan tambang nikel di Halmahera Selatan dipecat usai melakukan aksi Hari Buruh.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

1 jam lalu

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.

Baca Selengkapnya