Musyafak,
Staf Balai Litbang Agama Semarang
Pemilu selalu menghadiahi informasi politik yang tumpah-ruah kepada publik. Namun melimpahnya informasi politik berbanding terbalik dengan makna politik yang kian menyusut. Berita politik bak gelombang besar di lautan, sedangkan substansi politik ibarat buih-buih busa yang terombang-ambing di atas gelombang itu.
Meluapnya informasi politik memberi berkah tersendiri kepada industri media. Libido industri media terus mengondisikan agar berita terkemas semenarik mungkin demi rating dan raupan iklan. Pada momentum ini, kerja-kerja jurnalisme benar-benar memperhitungkan unsur hiburan. Malu-malu tapi mau, jurnalisme kian mencelup dalam ke ranah infotainmen.
Infotainmen berprinsip menggabungkan informasi dengan hiburan. Corak siaran informasinya lebih mementingkan kemasan ketimbang isi. Informasi mengarah pada unsur-unsur individualitas tokoh yang didramatisasi dengan unsur-unsur emotif sehingga mampu menimbulkan reaksi-reaksi psikologis.
Dalam pilpres kali ini, banyak corak infotainmen yang dikonstruksi seolah-olah berita. Incarannya adalah aspek-aspek individualitas capres atau cawapres yang dikomodifikasi untuk konsumsi publik. Masyarakat konsumen media massa tentu belum lupa paparan media tentang sederetan "kisah sisi lain" dari para politikus yang terkesan lucu, membikin penasaran, bahkan konyol. Taruhlah Aburizal Bakrie suka memeluk boneka, Joko Widodo membawa secarik kertas bertulisan doa dari sang ibu ketika debat, artis Julia Perez menggoda seorang capres di media sosial, Prabowo Subianto konon hendak rujuk dengan Titiek Soeharto, atau soal anggapan penolakan cium pipi salah satu kandidat sebelum memasuki ring debat capres. Serentetan informasi yang mencuat di arena politik itu dikemas sebagai hiburan yang terasa lebih menarik daripada informasi-informasi politik yang lebih substansial menawarkan ide-ide politik kepada publik.
Wartawan menjadi mesin jurnalisme yang mengutamakan kecepatan dan up date ketimbang verifikasi atau investigasi. Sisi individualitas politikus diramu sebagai kasak-kasuk yang menghibur. Gaya hidup, penampilan, dan gesture seorang capres atau cawapres menjadi prioritas pemberitaan. Itulah yang justru lebih dinikmati dan menyita banyak energi publik. Sejalan dengan itu, jurnalis bukan lagi sekadar sebagai pencari atau penyampai berita, tapi juga sebagai penjual berita.
Informasi yang bersifat kasak-kusuk dan sas-sus seolah cuaca lembap bagi jamur fitnah. Berbagai kabar burung punya ruang tumbuh lebih luas. Penikmat infotainmen justru mengalami ekstase pada kabar politik yang kabur dan belum jelas kebenarannya.
Bagi politikus yang bernalar selebritas, lensa kamera adalah ruang untuk unjuk diri. Bukan hanya informasi seputar ide dan aksi politik yang ditampilkan, tapi ruang-ruang privat juga dieksplorasi untuk mengatrol popularitas. Ekses pemanfaatan media oleh politikus ini menampakkan libido kekuasaan yang berjodoh dengan libido kapitalistis industri media.
Kini infotaimen politik bukan cuma bumbu, apalagi sekadar pemanis, tapi juga sajian utama di media massa. Infotainmen politik sebetulnya bisa merelaksasi ketegangan di arus lalu lintas informasi publik. Namun, pada waktu yang sama, infotainmen mementaskan drama demokrasi sebagai tayangan ulang tentang banalitas politik yang kesekian.
Berita terkait
6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?
12 Mei 2023
Para mahasiswa pada aksi unjuk rasa Mei 1998 menyuarakan 6 tuntutan dalam reformasi. Apakah hari ini sudah selesai?
Baca SelengkapnyaKesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual
8 April 2023
Presiden Saied menolak pemaksaan lebih jauh dari IMF karena bisa mengarah pada kemiskinan yang lebih lanjut di Tunisia.
Baca SelengkapnyaPeru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan
14 Desember 2022
Setidaknya tujuh orang tewas dalam unjuk rasa di Peru akhir pekan lalu saat aksi protes berubah menjadi kerusuhan.
Baca SelengkapnyaKrisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM
5 Agustus 2021
Menteri Luar Negeri RI secara terbuka menyebut isu Myanmar menjadi masalah yang paling banyak di bahas di pertemuan AMM
Baca SelengkapnyaNetanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel
18 Mei 2020
PM Netanyahu dan rival politik Benny Gantz membentuk koalisi pemerintahan baru bersatu untuk mengakhiri konflik politik berkepanjangan.
Baca SelengkapnyaKrisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?
13 Agustus 2018
Risiko sistemik dikhawatirkan akan mengakibatkan krisis Turki mempengaruhi IHSG.
Baca SelengkapnyaPerludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik
25 Maret 2018
Perludem pun menilai sistem politik yang ada di Indonesia tak ramah bagi anak muda sehingga mereka sulit terjun di dunia politik.
Baca SelengkapnyaJokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna
23 Mei 2017
Presiden Jokowi mengatakan, 6-8 bulan ini, energi dihabiskan untuk banyak hal tidak berguna, saling hujat, berdebat, dan membuat suhu politik memanas.
Baca SelengkapnyaSBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati
8 Februari 2017
SBY mengatakan pemerintah harus berhati-hati jika negara hanya menekankan aspek stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaAnalis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini
2 Februari 2017
Pertarungan Joko Widodo adalah kepada siapa saja yang berdiri di seberang kepentingan negara dan bangsa.
Baca Selengkapnya