Mengungkap Tragedi Cebongan

Penulis

Selasa, 26 Maret 2013 00:14 WIB

Penyerangan terhadap Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, bukanlah peristiwa biasa. Serangan brutal yang menyebabkan empat orang tewas ini bahkan menginjak-injak negara kita yang berlandaskan hukum. Aneh bila pemerintah tidak berusaha mengungkapnya.

Kepolisian terkesan enggan membongkar peristiwa berdarah pada Sabtu lalu itu. Padahal banyak saksi yang melihat, termasuk sipir Lapas Cebongan, yang diintimidasi agar menyerahkan kunci penjara. Ketika empat tahanan itu diberondong peluru hingga tewas pun banyak narapidana yang menyaksikan, tentu saja dengan wajah ketakutan.

Motif serangan itu diperkirakan balas dendam. Keempat tahanan yang ditembak mati adalah tersangka kasus perkelahian di Hugo's Cafe, Sleman, yang menewaskan Sersan Satu Santoso, sepekan sebelumnya. Prajurit Komando Pasukan Khusus Grup II Kandang Menjangan, Kartosuro, ini meninggal akibat luka tusuk. Hanya beberapa jam setelah perkelahian ini, polisi berhasil menangkap para tersangka-salah satu di antaranya bekas anggota kepolisian. Mereka belakangan dititipkan ke Lapas Cebongan.

Panglima Kodam Diponegoro Mayor Jenderal Hardiono Saroso telah membantah bahwa serangan itu dilancarkan oleh Kopassus. Menurut dia, kelompok terlatih yang bisa melakukan penyerbuan seperti itu bukan cuma tentara. Sikap Pangdam ini semestinya tak membuat polisi ciut. Kepolisian, yang telah berkali-kali membuktikan kemampuannya dalam menangkap teroris, seharusnya tak kesulitan mengusut kasus ini.

Indikasi bahwa serangan itu dilakukan oleh orang-orang terlatih cukup benderang. Proses penyerbuan hingga penembakan tahanan berlangsung amat cepat. Pelaku lebih dulu melumpuhkan petugas jaga. Kepala keamanan penjara digelandang agar menunjukkan lokasi sasaran. Untuk menghilangkan jejak, mereka merusak kamera pantau (CCTV).

Kecurigaan terhadap kalangan militer bukan tanpa alasan. Kebetulan belakangan ini tentara tengah menjadi sorotan karena terlibat dalam tindak kekerasan. Puluhan serdadu dari Batalion Artileri Medan Kodam II Sriwijaya, misalnya, belum lama ini menyerang dan membakar Markas Polres Ogan Komering Ulu. Beberapa polisi babak belur dihajar prajurit TNI dan seorang pegawai Polres bernama Edy Maryono meninggal akibat luka bakar.

Advertising
Advertising

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan juga mencatat, dalam kurun 2004-2013, sedikitnya 87 kasus kekerasan melibatkan anggota militer. Jangan heran bila muncul pula desakan agar peradilan militer direformasi. Tujuannya agar tentara bisa disidang di pengadilan umum jika melakukan tindak pidana.

Memang, belum tentu kalangan tentara adalah pelaku serangan terhadap Lapas Cebongan. Cara ampuh mengklarifikasinya tentu saja dengan membongkar tuntas tragedi itu. Kalangan TNI semestinya membantu kepolisian mengungkap kasus itu. Bahkan, jika perlu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mesti turun tangan. Jangan biarkan pembunuhan terhadap empat tahanan ini menambah catatan hitam sejarah negara kita.

Berita terkait

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

20 menit lalu

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

Gugatan praperadilan Bupati Sidoarjo itu akan dilaksanakan di ruang sidang 3 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pukul 09.00.

Baca Selengkapnya

Kapolri Lantik Brigjen Dwi Irianto Sebagai Kapolda Sulawesi Tenggara

31 menit lalu

Kapolri Lantik Brigjen Dwi Irianto Sebagai Kapolda Sulawesi Tenggara

Pelantikan Kapolda Sulawesi Tenggara yang baru itu dipimpin langsung oleh Kapolri dan dihadiri pejabat utama Mabes Polri di Rupatama, Mabes Polri.

Baca Selengkapnya

Aplikasi Soal UTBK Sempat Mati pada Hari Pertama, Bagaimana Kemungkinannya Hari Ini?

34 menit lalu

Aplikasi Soal UTBK Sempat Mati pada Hari Pertama, Bagaimana Kemungkinannya Hari Ini?

Hari kedua Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) sebagai jalur kedua penyaringan masuk perguruan tinggi negeri dijadwalkan Kamis, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Begal Ponsel Siswi di Depok Berdalih Butuh HP untuk Anak Nonton YouTube

44 menit lalu

Begal Ponsel Siswi di Depok Berdalih Butuh HP untuk Anak Nonton YouTube

Bapak satu anak itu nekat merampas ponsel siswi SMP di Depok itu hingga korban jatuh dan terseret, setelah gagal transaksi HP secara COD.

Baca Selengkapnya

Keluarga Bilang Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi Atas Permintaan Istri dan Orang Tua

2 jam lalu

Keluarga Bilang Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi Atas Permintaan Istri dan Orang Tua

Jenazah Brigadir RA dijemput tiga perwakilan keluarga dan komandannya di Polresta Manado.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan Wanita dalam Koper di Bekasi, Polisi Ungkap Hubungan Korban dan Pelaku

3 jam lalu

Pembunuhan Wanita dalam Koper di Bekasi, Polisi Ungkap Hubungan Korban dan Pelaku

Polisi masih mendalami identitas pria yang diduga sebagai pelaku pembunuhan dalam kasus mayat dalam koper itu.

Baca Selengkapnya

Kehilangan Memori Jangka Pendek: Pengertian, Gejala, dan Penyebab

3 jam lalu

Kehilangan Memori Jangka Pendek: Pengertian, Gejala, dan Penyebab

Hilangnya ingatan alias memori jangka pendek adalah peningkatan atau kelupaan yang tidak biasa segera setelah mengalami suatu peristiwa.

Baca Selengkapnya

7 Destinasi Wisata India Favorit Wisatawan Asing

5 jam lalu

7 Destinasi Wisata India Favorit Wisatawan Asing

Menariknya tidak hanya ibu kota India yang megah tapi juga beberapa daerah terpencil yang memikat hati wisatawan mancanegara

Baca Selengkapnya

Tips agar Tak Salah Pilih Pasangan lewat Perjodohan

5 jam lalu

Tips agar Tak Salah Pilih Pasangan lewat Perjodohan

Buat yang sedang mencari pasangan melalui proses perjodohan atau kencan kilat, perhatikan beberapa hal penting berikut agar tak salah pilih.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

5 jam lalu

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

Modus penyalahgunaan dana BOS terbanyak adalah penggelembungan biaya penggunaan dana, yang mencapai 31 persen.

Baca Selengkapnya