Semboyan

Penulis

Sabtu, 15 Maret 1980 00:00 WIB

HARI terakhir Muktamar "Nahadatoel Oelama' Surabaya, 13 Oktober 1927 KURANG lebih 200 orang hadir. Semuanya ulama. Ketuanya adalah Kiai Hasyim Asy'ari dari Tebu Ireng, Jombang. Perdebatan sengit sering terjadi dalam muktamar ini, tapi dalam hal-hal pokok keagamaan para peserta bersatu. Juga nampaknya dalam satu hal lain. Menurut laporan yang diterima pemerintah kolonial Belanda waktu itu, sebagaimana tersimpan dalam Koloniaal Archief di Den Haag, para peserta muktamar memuji-muji politik penguasa. Pemerintah Hindia-Belanda, begitulah kata mereka, menjamin kemerdekaan Islam yang benar tanpa mencampuri segi-segi keagamaan. Di rapat umum malam hari di masjid Ampel, yang dihadiri sekitar 15.000 orang, beleid gubernemen juga dapat keplok -- sementara orang-orang yang "menyampuradukkan agama dengan politik" dapat kecaman. Hari peringatan 15 tahun "Partij Sarikat Islam", Yogyakarta, 26 Januari 1928 Hanya sekitar 100 orang hadir. Antara lain para wakil yang datang dari 18 cabang P.S.I di Jawa. Ini berarti kurang dari separuh jumlah 40 cabang yang ada. Wakil Muhammadiyah tak nampak, tapi anggota pengurus Boedi Oetomo dan Partai Nasionalis Indonesia (PNI) dari Bandung ikut duduk sebagai tamu. Yang membuka rapat Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Pembicara berikutnya Haji Agus Salim. Ia tak cuma berbicara tentang sejarah Sarikat Islam. Sebelum Sarikat Islam didirikan di tahun 1912, katanya, orang Jawa disebut sebagai "bangsa yang paling jinak di dunia". Sarikat Islam membuktikan bahwa panggilan semacam itu sudah tak berlaku lagi. Bangsa bumiputra telah bangkit. Dan Haji Agus Salim pun dapat tepuk tangan riuh ketika ia menegaskan lagi semboyan Sarikat Islam: "Kerso, kuwoso, mardiko" -- tekad, kekuasaan, kemerdekaan. Mustahil bagi suatu pergerakan rakyat untuk tidak berpolitik. Meskipun Sarikat Islam pada mulanya bukanlah suatu usaha politis, tapi "di mana-mana di negeri ini orang terbentur pada satu hal yang sama, yakni politik kolonial." "Sejarah mengajarkan bahwa tak ada pemerintah yang pernah memberi hak-hak baru kepada rakyatnya secara sukarela," kata Haji Agus Salim. "Rakyat harus memperlihatkan jelas-jelas bahwa mereka dengan tegas menuntut hak-hak itu. *** DUA pandangan yang berbeda. Mereka lahir dari orang-orang yang berbeda, tapi juga mungkin karena masa dan tempat mereka berlainan. Di tahun 1916, misalnya Tjokroaminoto sendiri tidak akan menyetujui pernyataan Agus Salim di tahun 1928 seperti di atas. Dalam kongres di Bandung di bulan Juni tahun itu, misalnya, ia menyatakan tak akan menyeru: "Hancurkanlah pemerintah!" Seruannya adalah "Bersama pemerintah dan mendukung pemerintah menuju ke arah yang benar." Dan ia mengecam mereka yang tergila-gila pada "aksi politik" . . Barangkali karena makin lama cita-cita terjepit, makin keras daya desaknya Ataukah sebaliknya makin lunak yang berkuasa menghadapi tuntutan, makin deras pula tuntutan itu -- hingga tak bisa ditampung lagi kecuali dengan menenggelamkan diri? Dewasa ini pertanyaan semacam itu pasti menarik untuk ditelaah kembali, untuk dijawab. Namun masa lalu hanyalah satu contoh. Mungkin sejarah tak pernah berulang. Mungkin kita adalah bagian dari cerita yang harus diciptakan baru selalu.

Berita terkait

Manuver Merebut Suara NU

2 September 2023

Manuver Merebut Suara NU

Dipilihnya Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar disebut-sebut untuk mengerek elektabilitas mereka dengan mendulang suara NU.

Baca Selengkapnya

Profil Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB yang Didukung Jadi Capres atau Cawapres 2024

24 Juli 2023

Profil Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB yang Didukung Jadi Capres atau Cawapres 2024

Muhaimin Iskandar alias Cak Imin didukung sebagai bakal capres maupun cawapres oleh kiai dan santri. Berikut profil Muhaimin Iskandar.

Baca Selengkapnya

Sahur Bersama Menag, Gus-gus Se-Jawa Berikrar Siap Berdayakan NU Demi Kemaslahatan Umat

16 April 2023

Sahur Bersama Menag, Gus-gus Se-Jawa Berikrar Siap Berdayakan NU Demi Kemaslahatan Umat

Para putra kiai pesantren siap mengabdikan diri secara aktif dalam rangka memberdayakan NU agar bisa terus memberikan kemaslahatan yang luas

Baca Selengkapnya

Pesan Yandri Susanto saat Pelantikan PC/PAC Fatayat NU

5 Maret 2023

Pesan Yandri Susanto saat Pelantikan PC/PAC Fatayat NU

Yandri meminta Fatayat NU menjalankan dakwah dengan sejuk, sekaligus mensosialisasikan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Baca Selengkapnya

Lobi Menjelang Vonis Mati Ferdy Sambo

19 Februari 2023

Lobi Menjelang Vonis Mati Ferdy Sambo

Sebelum vonis dijatuhkan, berbagai lobi dilancarkan untuk meringankan hukuman Ferdy Sambo.

Baca Selengkapnya

Indicting Indosurya, Again

13 Februari 2023

Indicting Indosurya, Again

THE West Jakarta District Court acquitted the owner of Indosurya Saving and Loan Cooperative, Henry Surya, despite ...

Baca Selengkapnya

Saling Lapor Petinggi KPK karena Formula E

8 Februari 2023

Saling Lapor Petinggi KPK karena Formula E

Kengototan KPK mengusut kasus Formula E berdampak pada perpecahan antar-petinggi lembaga itu.

Baca Selengkapnya

Zuhri, Santri Penjual Pecel Lele Lamongan yang Raih Beasiswa S3 di Cina

10 November 2022

Zuhri, Santri Penjual Pecel Lele Lamongan yang Raih Beasiswa S3 di Cina

Ahmad Syaifuddin Zuhri, pria asal Lamongan, Jawa Timur berhasil menuntaskan studi doktoralnya di Cina berkat beasiswa pemerintah Cina.

Baca Selengkapnya

Setelah Heru Budi Sowan PBNU, PWNU DKI: Jangan Segan Komunikasi dengan Tokoh Agama Jakarta

19 Oktober 2022

Setelah Heru Budi Sowan PBNU, PWNU DKI: Jangan Segan Komunikasi dengan Tokoh Agama Jakarta

PWNU DKI Jakarta meminta agar Heru Budi Hartono tidak segan berkomunikasi, meminta pendapat dari tokoh ormas dan agama Jakarta.

Baca Selengkapnya

Kemenag Buka Pendaftaran Bantuan Pesantren Hingga Ormas, Bisa Dapat Hingga Rp 200 Juta

3 Oktober 2022

Kemenag Buka Pendaftaran Bantuan Pesantren Hingga Ormas, Bisa Dapat Hingga Rp 200 Juta

Kemenag memberikan besaran bantuan mulai dari Rp 50-200 juta. Pendaftaran ditutup hingga akhir Oktober. Simak cara dan syaratnya.

Baca Selengkapnya