Palestina

Penulis

Sabtu, 5 Juli 2014 00:33 WIB

Achmad Fauzi,
Aktivis Multikulturalisme

Palestina mendapat dukungan untuk menjadi negara berdaulat dari calon presiden (capres) Joko Widodo. Dukungan itu disampaikan ketika acara debat capres bertajuk "Pertahanan dan Politik Luar Negeri" yang digelar beberapa waktu lalu. Parlemen Negara-negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam dalam konferensi ke-7 PUIC di Palembang, dua tahun lalu, juga mengimbau agar negara dengan basis masyarakat Islam mendukung Palestina merdeka. Perjuangan itu harus didukung karena kemerdekaan yang diidamkan warga Palestina merupakan hak dasar yang harus diperoleh setiap manusia.

Meskipun demikian, prospek perjuangan sebagai negara berdaulat yang diupayakan sejak dulu menghadapi batu sandungan. Israel, misalnya, acap melancarkan agresi politik global dengan melibatkan banyak negara. Mereka memobilisasi organisasi politik serta media untuk menggalang opini publik.

Perang opini di media internasional pun bergulir panas. Amerika Serikat, sebagai tumpuan utama dalam menyokong arogansi Israel, berkemungkinan besar mempergunakan kekuatan politiknya di PBB. Karena itu, harapan dunia internasional adalah pandangan umum dan sikap politik DK PBB tidak boleh kalah posisi tawar dengan obsesi politik AS. DK PBB bertugas memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Dengan demikian, dalam menjalankan tugasnya, mereka tidak boleh terikat oleh kepentingan blok mana pun, kecuali untuk terciptanya perdamaian dunia.

Jika ditilik akar historisnya, sejatinya konflik Israel dengan Palestina hanyalah pertengkaran antarkeluarga. Konflik yang pada akarnya merupakan perebutan teritori ini bisa dibilang sudah berumur tua, yaitu sejak keduanya masih menjadi persekutuan tribal yang nomaden. Konflik itu mulai meruncing tatkala kepentingan politik internasional Barat membonceng di belakangnya. Israel yang merasa punya "sertifikat tanah dari Tuhan" itu semakin mengukuhkan hak kepemilikannya secara Ilahi. Konflik berjalan ratusan tahun dan menang-kalah silih berganti. Tapi, dalam perkembangan kemudian, tidak dapat dimungkiri hal ini bereskalasi. Ketika kekuatan Barat secara menyeluruh mengambil posisi di belakang Israel, negara-negara berbasis Islam, baik dekat maupun jauh, bersimpati kepada Palestina. Bahkan, dampak dari sikap memihak itu secara politik terasa sampai ke Indonesia.

Kini penerapan opsi perjuangan bersenjata tidak akan mampu mendongkrak posisi tawar Palestina, sebagaimana diutarakan para penganjurnya. Justru, perjuangan bersenjata dinilai sebagai bentuk pengabadian konflik dan pembangkangan perdamaian. Dalam kalkulasi politik, tensi ketegangan yang dibentuk oleh faksi perjuangan bersenjata justru membuyarkan konsentrasi perundingan. Karena itu, faksi-faksi perjuangan yang terjadi di Palestina selayaknya menyatukan tekad untuk bersama-sama meraih kedaulatan dengan cara dialog. Dialog dan lobi politik internasional yang melibatkan semua pihak merupakan pilihan elegan dan manusiawi. Tidak ada yang dimenangkan ataupun dikalahkan dalam opsi perjuangan bersenjata. Semuanya akan diakhiri dengan kehancuran bersama.

Berita terkait

Lee Young Ae Donasikan 50 Juta Won untuk Bantu Anak-anak di Gaza

22 November 2023

Lee Young Ae Donasikan 50 Juta Won untuk Bantu Anak-anak di Gaza

Donasi dari Lee Young Ae akan diberikan untuk mendukung perawatan medis bagi anak-anak di zona konflik jalur Gaza

Baca Selengkapnya

Dikritik Bersikap Netral Atas Konflik Gaza, Selena Gomez Akan Tinggalkan Instagram

3 November 2023

Dikritik Bersikap Netral Atas Konflik Gaza, Selena Gomez Akan Tinggalkan Instagram

Selena Gomez menghapus akun Instagram-nya, setelah dikritik karena komentarnya mengenai konflik Gaza

Baca Selengkapnya

Elon Musk Belum Bisa Pasok Internet ke Gaza Lewat Starlink, Mengapa?

31 Oktober 2023

Elon Musk Belum Bisa Pasok Internet ke Gaza Lewat Starlink, Mengapa?

Meskipun layanan telekomunikasi telah pulih di Gaza, seruan untuk bantuan internet Starlink milik Elon Musk terus berlanjut.

Baca Selengkapnya

Keadaan Warga dan Infrastruktur di Jalur Gaza dan Israel Setelah 8 Hari Konflik

16 Oktober 2023

Keadaan Warga dan Infrastruktur di Jalur Gaza dan Israel Setelah 8 Hari Konflik

Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Jalur Gaza Utara merupakan salah satu bangunan yang hancur dengan kerusakan paling parah pada stasiun oksigen.

Baca Selengkapnya

Sudah Lewat 8 Hari Konflik Hamas Vs Israel di Jalur Gaza dalam Angka

16 Oktober 2023

Sudah Lewat 8 Hari Konflik Hamas Vs Israel di Jalur Gaza dalam Angka

Bagaimana keadaan masyarakat dalam konflik Hamas vs Israel di Jalur Gaza? Korban jiwa dari sipil terus bertambah.

Baca Selengkapnya

Israel Blokade Total Jalur Gaza, Bagaimana Kelangsungan Hidup Warga Gaza?

13 Oktober 2023

Israel Blokade Total Jalur Gaza, Bagaimana Kelangsungan Hidup Warga Gaza?

Blokade total yang dilakukan oleh Israel semakin membuat puluhan ribu warga Jalur Gaza sengsara

Baca Selengkapnya

Israel Blokade Total Jalur Gaza, Apa yang Dilakukannya?

13 Oktober 2023

Israel Blokade Total Jalur Gaza, Apa yang Dilakukannya?

Dalam menjalani hidupnya sehari-hari, sebagian warga Jalur Gaza juga sebenarnya bergantung pada Israel.

Baca Selengkapnya

Terjepit di Jalur Gaza

11 Oktober 2023

Terjepit di Jalur Gaza

Jutaan warga sipil di Jalur Gaza, Palestina, kini terjebak di tengah pertempuran antara antara militer Israel dan kelompok Hamas.

Baca Selengkapnya

Israel Melarang Minyak dan Gas Masuk ke Jalur Gaza

3 Agustus 2018

Israel Melarang Minyak dan Gas Masuk ke Jalur Gaza

Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, mengeluarkan perintah pelarangan pasokan minyak dan gas masuk ke Jalur Gaza melalui Kerem Shalom.

Baca Selengkapnya

Dikepung Israel, 80 Persen Pabrik di Gaza Palestina Tutup

18 Juli 2018

Dikepung Israel, 80 Persen Pabrik di Gaza Palestina Tutup

Akibat pengepungan Israel, 80 persen pabrik di Jalur Gaza Palestina tutup atau setidaknya semaput.

Baca Selengkapnya