Aris Setiawan,
Penulis
Kini hampir semua stasiun televisi nasional pendukung capres-cawapres dikemas semenarik mungkin untuk mengangkat popularitas calon yang dipuja. Otomatis, setiap saat pemberitaan hanya dimonopoli oleh satu informasi yang sama. Mereka berharap masyarakat terpengaruh dan menaruh simpati. Namun, justru sajian tayangan tersebut membuat penat, jenuh, monoton, dan membosankan. Pada saat seperti itu, kita masih memliki alternatif pilihan lain dengan mengubah saluran ke stasiun televisi lokal.
Tahukah kita bahwa program-program yang disajikan oleh stasiun TV lokal kini cenderung menghibur dan mencerdaskan. Kebanyakan berita disajikan secara proporsional. Kita pun masih dapat menikmati sajian informasi yang sifatnya lokal, seputar daerah stasiun televisi tersebut berada. Kehadiran stasiun TV lokal menjadi oase yang menyegarkan di balik hiruk-pikuk informasi pemilihan calon presiden yang tak berimbang. Masyarakat pun mulai menaruh simpati terhadap keberadaan stasiun TV lokal. Hal ini terlihat dari jumlah stasiun TV lokal yang semakin bertambah setiap saat.
Menurut data 2004, jumlah stasiun TV lokal di Indonesia 50 stasiun. Saat ini, jumlah stasiun TV lokal telah menembus lebih dari 200 stasiun. Jumlah ini masih terus berkembang seiring dengan pembukaan loket perizinan di pelbagai daerah.
Beberapa stasiun TV lokal yang memiliki keunikan progam sajian di antaranya JTV Surabaya, yang menggarap siaran berita berbahasa Jawa-timuran dan Madura. Hal itu dimaksudkan untuk meraih simpati publik yang memiliki latar belakang budaya bahasa sama. Bali TV dan Yogya TV berisi program-program kebudayaan (kesenian) lokal. Favorit TV (Padang) menggarap adat-istiadat sebagai sajian khasnya. Adapun TV Manado dan TOP TV (Papua) mengambil siaran utama dengan tajuk kelucuan-kelucuan (humor) khas daerah. Sementara itu, TA TV (Solo) dengan rutin masih melangsungkan siaran kesenian-kesenian tradisi seperti klenengan gamelan, wayang kulit, dan ketoprak. Semua keunikan stasiun TV lokal tersebut tentu saja tak dapat dijumpai pada stasiun TV nasional. Iklan yang masuk juga bersifat lokal, seperti iklan penjual bakso dan jamu, air isi ulang, kontrakan, dan kos-kosan mahasiswa. Bahkan, di beberapa stasiun TV lokal seperti Grabak TV di desa Grabak, Magelang, Jawa Tengah, pembiayaan dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat.
Stasiun TV lokal kian dinikmati karena mampu memberi suguhan yang berbeda daripada stasiun TV nasional. Saat ini, hampir semua acara stasiun TV nasional seragam, dari berita politik, film, hiburan, hingga gosip artis. Mereka miskin kreativitas, karena semata memburu untung-rugi pasar berupa iklan dan rating. Pada konteks inilah posisi stasiun TV lokal menjadi penting kembali untuk dilihat dan sekaligus direnungkan.
Sarah Anabarja (2011) mengungkapkan bahwa televisi merupakan media yang paling potensial untuk mempengaruhi dan membentuk perilaku seseorang. TV mampu merebut 94 persen saluran masuknya pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia lewat mata dan telinga. TV mampu membuat orang umumnya mengingat 50 persen dari apa yang mereka lihat dan dengar, walaupun hanya sekali ditayangkan. Wajar jika kemudian banyak anarkisme, kekerasan, dan pelecehan seksual terjadi, karena efek tontonan yang selama ini mereka lihat dan dengar di televisi. Karena itu, sudah saatnya kita menonton tayangan yang bermutu.
Berita terkait
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang
27 Desember 2021
Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.
Baca SelengkapnyaSetya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019
27 Maret 2017
Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaGagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019
22 Maret 2017
Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini
Baca SelengkapnyaTiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses
16 Januari 2017
RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?
10 September 2015
Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaJokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri
28 Oktober 2014
Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.
Baca SelengkapnyaJokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi
13 Oktober 2014
Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.
Baca SelengkapnyaFahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR
9 Oktober 2014
"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata
Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari
langsung menjadi lewat MPR.
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi
30 September 2014
Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.
Baca Selengkapnya