Kebebasan

Penulis

Sabtu, 3 Maret 1979 00:00 WIB

TEROR itu bernama Tomas de Torquemada. 2000 orang telah mati dibakar atas titahnya. Mereka dituduh melakukan bid'ah, ketika di Spanyol abad ke-15 itu gereia menghendaki ajaran yang "murni" dan baginda menginginkan rakyat yang takluk. Itulah sebabnya ia, Tomas de Torquemada, seorang paderi Dominikan, ditunjuk Raja menjadi Inquisitor Agung yang pertama -- dan agaknya yang paling kejam. Dialah yang harus mengusut (inquiro) ke dalam batin orang: adakah orang itu seorang Nasrani tulen, ataukah dia punya kesetiaan yang bercabang. Di zaman itu kaum marranos dan kaum moriscos, Yahudi yang masuk Katolik dan Muslimin yang telah dibaptis, tak putus dicurigai. Begitu pula orang yang berfikiran tak cocok dengan garis resmi, meski ia seorang pendeta sekalipun. Ignatius de Loyola, sang pendiri gerakan Jesuit, pernah dua kali ditahan. Pastur Dominikan Bartolome de Carranza bahkan dipenjarakan selama 17 tahun. Dalam salah satu episode Karamazov Bersaudara dari Dostoyewski, bahkan Kristus yang datang kembali di Spanyol, akhirnya ditahan sang Pengusut Agung. Ia disuruh pergi: manusia tak hendak ditolong, kata Inquisitor Besar, karena mereka tak semulia seperti Kau sangka. Barangkali itulah dasar setiap kekuasaan yang mencoba mengawasi dan mengusut kita terus-menerus: kepercayaan bahwa manusia lemah dan cepat menjadi busuk, bahwa orang dilahirkan bagus tapi itu hanya ilusi. Dan itu tak cuma berlaku untuk gereja Katolik di Spanyol. Di tahun 1598 umat Yahudi yang terusir oleh inquisisi di Spanyol itu mendirikan sinagoge mereka yang pertama di Amsterdam. Seperti dulu mereka hidup leluasa di bawah kekuasaan Islam di sekitar Granada, kini di tanah rendah itu juga mereka menikmati kemerdekaan beragama di lingkungan orang Nasrani. Bukankah pelukis Rembrand melukis para rabbi mereka dalam penampilan yang agung, antara cahaya keemasan dan bayang-bayang? Namun ada seorang pemuda Yahudi, Uriel a Costa namanya. Ia menghirup kecerahan berfikir zaman itu, dan ia mulai gemar bertanya. Usianya yang muda membawanya semangat nekad, dan kepalanya membawanya ke keraguan serta keangkuhan. Pada suatu hari Uriel menggasak doktrin orang orang tua yang begitu salih dan tenteram. Dan Sinagoge pun bertindak. Artinya, Uriel harus mencabut pernyataannya secara publik. Artinya, anak muda itu harus membaringkan diri di ambang pintu sinagoge, sementara para jemaah kongregasi berjalan melintasi tubuhnya. Uriel tak tahan menanggungkan penghinaan ini. Ia pulang. Ia menuliskan kutukan yang berapi-api atas hukuman yang diterimanya. Di ujung kalimat akhir, Uriel a Costa menembak dirinya sendiri. ** URIEL a Costa mati, tapi pengalaman tentang ini menyebabkan di tahun 1656 seorang pemuda berumul 24 tahun juga dipanggil ke sinagoge Amsterdam. Orang-orang tua menanyainya benarkah ia telah melakukan bid'ah, berbicara misalnya bahwa malaikat cuma hasil halusinasi? Anak muda itu nampaknya tak membantah bahwa ia punya pendapat-pendapat sendiri. Itu sudah cukup mencemaskan para orang tua. Ia ditawari sejumlah uang, dengan harapan ia setidak-tidaknya tak akan nampak membandel. Tapi pemuda itu menolak. Maka upacara pengusiran pun dijalankanlah: Terompet berbunyi dari saat ke saat, cahaya padam satu demi satu, dan akhirnya sidang sinagoge jadi gelap. "Semoga Tuhan tak mengampuninya," begitulah hari itu kutuk dibacakan. Tapi beberapa belas tahun kemudian, si pemuda, Spinoza, tokoh filsafat termashur itu, berkata: "Saya tak tahu dalam batas-batas apa kemerdekaan berfilsafat harus dikendalikan .... "

Berita terkait

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

4 hari lalu

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

Goenawan Mohamad mengatakan etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

5 hari lalu

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

Dies Natalis Politeknik Tempo kali ini mengambil tema "Kreativitas Cerdas Tanpa Batas" dihadiri segenap civitas akademika Politeknik Tempo.

Baca Selengkapnya

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

14 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

55 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

6 Maret 2024

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

6 Maret 2024

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.

Baca Selengkapnya

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.

Baca Selengkapnya

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya