Kartu Jakarta Pintar dan Ketimpangan

Penulis

Selasa, 8 Juli 2014 22:32 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Arief Anshory Yusuf, pengamat ekonomi.

Selama satu dekade terakhir, ketimpangan di Indonesia meningkat pesat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indeks Gini, indikator standar ketimpangan, sudah menyentuh angka 0,41 sejak 2011. Angka tersebut merupakan yang tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah Indonesia. Saat ini, rakyat Indonesia hidup di dalam masyarakat yang 25 persen lebih timpang dibanding kondisi sepuluh tahun lalu.

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta merupakan salah satu provinsi yang paling timpang di Indonesia. Berdasarkan data BPS, pada 2013 Indeks Gini Jakarta tercatat sebesar 0,43, jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional. Selama 11 tahun terakhir (2002-2013), Indeks Gini Jakarta meningkat sebesar 3 persen per tahun. Dalam literatur ekonomi pembangunan, Indeks Gini adalah salah satu indikator yang perubahannya memakan waktu lama. Kenaikan 3 persen per tahun cukup signifikan.

Faktor yang mempengaruhi peningkatan ketimpangan tersebut bisa beragam. Tapi satu faktor yang penting adalah keberpihakan anggaran negara. Semakin sedikit alokasi pengeluaran pemerintah, baik pusat maupun daerah, dinikmati oleh kalangan bawah, masyarakat akan semakin timpang. Dan semakin banyak alokasi anggaran dinikmati kaum menengah atas, ketimpangan akan semakin tinggi.

Peran negara yang paling hakiki dalam sebuah sistem ekonomi pasar seperti yang dianut di Indonesia adalah peran distribusi. Negara bisa menerapkan pajak progresif dari segi penerimaan dan melakukan transfer kepada rakyat yang kurang beruntung dari segi pengeluaran. Intinya, kebijakan fiskal (anggaran) merupakan kekuatan utama negara untuk menegakkan keadilan ekonomi.

Sudahkah anggaran negara di Indonesia menjalankan peran seperti itu? Sepertinya tidak. Data APBN 2013, misalnya, menunjukkan penerimaan pajak penghasilan (PPh) masyarakat (Pasal 21) mencapai Rp 102 triliun. Sementara itu, subsidi BBM pada tahun yang sama berjumlah Rp 199 triliun. Studi menunjukkan 70 persen subsidi tersebut (Rp 140 triliun) dinikmati 40 persen golongan terkaya. Pada saat yang sama, anggaran bantuan sosial hanya Rp 82 triliun. Artinya, orang kaya justru dibayari oleh negara, dan orang miskin tidak memperoleh alokasi fiskal semestinya. Negara tidak menjalankan fungsi redistribusinya. Wajar saja jika Indonesia semakin lama semakin timpang.

Salah satu program pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Daerah DKI Jakarta, yang mempunyai potensi mengurangi ketimpangan adalah program Kartu Jakarta Pintar (KJP). Program KJP, atau yang secara resmi disebut program Pemenuhan Kebutuhan Biaya Personal Siswa Miskin (BPSM), menggelontorkan anggaran Rp 804 miliar per tahun (2013) untuk mensubsidi pengeluaran kebutuhan siswa miskin di Ibu Kota. Subsidi ini dapat digunakan oleh siswa miskin untuk belanja kebutuhan transportasi, buku dan alat tulis, baju, sepatu, bahkan tambahan makanan dan minuman.

Dari segi besarannya, program KJP ini cukup masif karena ditargetkan untuk diberikan kepada 332.465 siswa miskin atau 20 persen dari seluruh siswa sekolah dasar dan menengah di Jakarta. Nilai nominalnya pun relatif cukup besar. Belanja bulanan kelompok rumah tangga 20 persen termiskin di Jakarta, misalnya, mencapai Rp 1,4 juta per bulan (Susenas, 2012). Jika mereka mempunyai dua anak yang bersekolah di SD, berarti program KJP mengurangi beban sebesar Rp 360 ribu atau 26 persen dari total pengeluarannya.

Dengan kondisi ketimpangan yang tinggi di Jakarta, program KJP sangat berpotensi mengurangi ketimpangan tersebut. Tapi, dampak program ini terhadap ketimpangan, sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah diestimasi. Tulisan ini mencoba untuk melakukan perhitungan tersebut.

Dengan menggunakan data Susenas 2012, yaitu data baseline di mana program KJP belum diimplementasikan, penulis melakukan simulasi program KJP dan menghitung dampak program tersebut terhadap indikator ketimpangan, yaitu Indeks Gini DKI Jakarta. Hasil pengurangan ketimpangan yang akan dihitung merupakan potensi pengurangan ketimpangan yang pada realisasinya bergantung pada banyak hal, seperti kebocoran dan ketidaksempurnaan lainnya.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa program KJP berpotensi mengurangi ketimpangan (Indeks Gini) sebesar 1,6 persen. Mengingat rata-rata setiap tahun Indeks Gini Jakarta naik 3 persen, pengurangan 1,6 persen itu bisa dikatakan spektakuler. Itu artinya, besarnya kenaikan ketimpangan per tahun di Jakarta setengahnya bisa diredam oleh program KJP. Memperhitungkan kebocoran pun (seperti hasil studi ICW sebesar 19 persen), dampak pengurangan ketimpangannya tetap terasa signifikan.

Perlu juga dicatat bahwa dampak tersebut sifatnya hanyalah immediate impact, yaitu dampak yang dirasakan melalui peningkatan daya beli dari masyarakat miskin. Dampak tidak langsungnya melalui peningkatan kualitas sumber daya insani (human capital) dari masyarakat miskin tentunya juga akan mengurangi ketimpangan ekonomi di masa yang akan datang.

Contoh tersebut merupakan best practices dari pengelolaan anggaran yang berorientasi keadilan. Rasanya, satu contoh cukup untuk membuktikan bahwa dengan kepemimpinan yang konsisten dan gigih memihak kepada rakyat, Indonesia bukan hanya bisa lebih makmur, tapi lebih adil di masa yang akan datang.


Berita terkait

Fikri / Bagas Rasakan Trauma Poin-poin Kritis Saat Kalahkan Satwiksairaj / Chirag di Piala Thomas 2024

11 menit lalu

Fikri / Bagas Rasakan Trauma Poin-poin Kritis Saat Kalahkan Satwiksairaj / Chirag di Piala Thomas 2024

Fikri / Bagas menyumbang poin pertama saat laga Indonesia vs India pada pertandingan terakhir penyisihan Grup C Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

8 Sekolah Kedinasan 2024 yang Beri Lulusannya Uang Pensiun

12 menit lalu

8 Sekolah Kedinasan 2024 yang Beri Lulusannya Uang Pensiun

Berikut ini daftar sekolah kedinasan 2024 yang lulusannya bisa menjadi CPNS dan diberikan uang pensiun. Ada dari Kemenkeu hingga BMKG.

Baca Selengkapnya

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

12 menit lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

Patung Yesus Bukit Sibea-bea Danau Toba Jadi Tujuan Favorit Turis Lintas Agama, Tertinggi di Dunia

17 menit lalu

Patung Yesus Bukit Sibea-bea Danau Toba Jadi Tujuan Favorit Turis Lintas Agama, Tertinggi di Dunia

Patung Yesus Bukit Sibea-bea menjadi salah satu tempat destinasi favorit di kawasan Danau Toba

Baca Selengkapnya

Setahun Menjabat PM Skotlandia, Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

19 menit lalu

Setahun Menjabat PM Skotlandia, Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

PM Skotlandia Humza Yousaf dilantik saat usianya masih 37 tahun, setahun lalu. Tak sampai setahun ia mengundurkan diri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Film Temurun Tayang 30 Mei 2024, Diklaim Tak Ada Unsur Agama dan Budaya

22 menit lalu

Film Temurun Tayang 30 Mei 2024, Diklaim Tak Ada Unsur Agama dan Budaya

Film horor yang diproduseri Umay Shahab dan Prilly Latuconsina, Temurun, disebut tidak menyenggol unsur budaya dan agama.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Berhasil Redam Perlawanan Lakshya Sen, Sementara Indonesia Unggul 2-1 Atas India

33 menit lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Berhasil Redam Perlawanan Lakshya Sen, Sementara Indonesia Unggul 2-1 Atas India

Kemenangan Jonatan Christie membawa Indonesia berbalik unggul 2-1 atas India dalam laga penyisihan Grup C Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan Golkar Terapkan Survei Tiga Lapis untuk Usung Calon di Pilkada 2024

42 menit lalu

Alasan Golkar Terapkan Survei Tiga Lapis untuk Usung Calon di Pilkada 2024

Partai Golkar menerapkan aturan ketat bagi para kandidat yang akan diusung sebagai calon kepala daerah dalam kontestasi Pilkada 2024

Baca Selengkapnya

6 Tips Liburan untuk Anak Penyandang Autisme

47 menit lalu

6 Tips Liburan untuk Anak Penyandang Autisme

Berikut ini enam tips yang dapat dilakukan sebelum dan saat liburan bersama anak penyandang autisme

Baca Selengkapnya

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara di Sulawesi Masih Ditutup Sementara Hari Ini

51 menit lalu

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara di Sulawesi Masih Ditutup Sementara Hari Ini

Sejumlah bandara di wilayah udara Sulawesi masih ditutup operasionalnya hari ini akibat sebaran abu vulkanik dari Gunung Ruang yang kembali erupsi. AirNav Indonesia mengumumkan setidaknya ada lima bandara di wilayah Sulawesi yang penutupan operasionalnya diperpanjang.

Baca Selengkapnya