Presiden

Penulis

Rabu, 9 Juli 2014 23:07 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Bandung Mawardi, ESAIS

Sebutan presiden sudah berlaku dalam partai politik dan hukum sejak awal abad ke-20. Para tokoh pergerakan politik kebangsaan dan jurnalis akrab dengan istilah presiden-biasa diucapkan dan dituliskan tanpa "beban pengertian" bakal menjadi julukan mentereng bagi tokoh besar bernama Sukarno. Sutan Mohammad Zain, dalam Kamus Moderen Bahasa Indonesia (1952), mengartikan presiden sebagai "ketua, kepala jang tertinggi, ketua pengadilan, kepala republik jang tertinggi."

Ingat, 18 Agustus 1945, UUD 1945 telah memuat istilah presiden, pengesahan sebutan dalam sistem politik di Indonesia. Sukarno mengenang: "Satu hal jang disajangkan ialah, bahwa kami tidak mempunjai perkataan asli untuk menjebut presiden. Presiden adalah perkataan Inggris. Oleh karena orang menganggap bahwa peraktaan ini tjotjok, maka kami terpaksa meng-Indonesia-kannja. Huruf 't'-nja dihilangkan" (Adams, 1966). Sukarno mendapat predikat presiden meski gamang dalam urusan bahasa.

Di Indonesia, pengisahan orang menjadi presiden jarang dramatis. Sukarno mengisahkan diri sesaat setelah resmi menjadi presiden: "Di djalanan, ia bertemu dengan tukang sate. Lalu, Paduka Jang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pendjadja jang kaki-ajam dan tidak berbaju itu, mengeluarkan perintah pelaksanaannja jang pertama, 'Sate ajam lima puluh tusuk.' Aku djongkok di sana dekat selokan dan kotoran. Kumakan sateku dengan lahap dan inilah seluruh pesta atas pengangkatan sebagai kepala negara." Kita tak mendapati pesta berlebihan atau peristiwa akbar. Selebrasi menjadi presiden adalah adegan makan sate di pinggir jalan.

Pengisahan Sukarno menjadi presiden memang berlatar situasi tak keruan. Sukarno tak mungkin membuat panggung megah, mengundang ribuan orang, berpesta makanan karena gejolak perang belum usai. Puluhan tahun sejak peristiwa makan sate di pinggir jalan, Soeharto muncul sebagai presiden menggantikan Sukarno. Dalam Sidang MPRS pada 27 Maret 1968, upacara berlangsung selama 45 menit, yang mengesahkan Soeharto menjadi presiden. Soeharto berkata, "Prinsip jang selalu kami pegang teguh dalam melaksanakan tugas MPRS kepada kami adalah menegakkan hukum, menegakkan konstitusi, dan menegakkan demokrasi…" Janji Soeharto memang manis dan muluk-muluk. O.G. Roeder (1969) memberi deskripsi saat Soeharto meninggalkan ruang sidang: "…hampir tengah malam, tanpa keangkuhan seorang pemenang jang djaja. Ia tidak lagi seorang djenderal jang selalu tersenjum, tetapi seorang presiden dengan tanggung djawab jang berat."

Sekarang, 9 Juli 2014, jutaan orang memilih presiden baru. Mereka berhak berimajinasi tentang peristiwa saat tokoh pujaannya berhasil diresmikan menjadi presiden. Kita menduga bakal ada selebrasi dramatis. Predikat agung tentu diartikan melalui pengumpulan massa, doa bersama, upacara, pidato, berfoto, dan makan. Ikhtiar untuk berpredikat presiden memerlukan keringat, kata, uang, tempat, siasat, doa, serta iklan. Selebrasi menjadi presiden adalah representasi mentalitas dan identitas tokoh.

Kita menginginkan selebrasi beradab tanpa menghamburkan uang. Kita menolak dramatisasi picisan jika bertujuan untuk pengultusan tokoh. Peristiwa sekejap di bilik suara tak perlu dibalas pesta berlebihan saat tokoh di kertas suara diresmikan menjadi presiden.


Berita terkait

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.

Baca Selengkapnya

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.

Baca Selengkapnya

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.

Baca Selengkapnya

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini

Baca Selengkapnya

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.

Baca Selengkapnya

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.

Baca Selengkapnya

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.

Baca Selengkapnya

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.

Baca Selengkapnya