Jika Pengusaha Menghuni DPR

Penulis

Rabu, 17 April 2013 01:23 WIB

Tak ada larangan bagi pengusaha masuk parlemen. Menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat merupakan hak setiap orang, sepanjang ia mampu dan terpilih. Bahkan langkah itu mulia jika bertujuan ikut mengawal legislasi dan bujet negara. Tapi realitas menunjukkan bahwa pengusaha yang menjadi legislator lebih banyak didorong oleh kepentingan bisnis.

Publik mesti mewaspadainya karena akan semakin banyak pengusaha yang masuk DPR. Ini terlihat dari daftar calon legislator untuk Pemilihan Umum 2014. Mereka juga sulit diharapkan untuk memperbaiki citra DPR yang kini terpuruk. Data Indonesia Corruption Watch justru menunjukkan, cukup banyak politikus sekaligus pebisnis yang terjerat kasus korupsi. Mereka antara lain Muhammad Nazaruddin, Emir Moeis, dan Wa Ode Nurhayati. Belakangan pengusaha Setya Novanto dari Partai Golkar juga disebut terlibat kasus suap proyek Pekan Olahraga Riau, kendati ia membantahnya.

Politikus berlatar belakang pengusaha umumnya berperan mengawal proyek pemerintah. Ia mendapat fee dari "jasanya" itu. Rupanya hal ini menjadi praktek lazim di DPR. Nazaruddin, misalnya, mengawal puluhan proyek yang masuk daftar pembahasan di Badan Anggaran. Ia kemudian meminta pejabat pemerintah memberikan proyek itu kepada perusahaan tertentu, kalau bukan perusahaannya sendiri, lalu mendapat upah dari sana.

Fee tersebut dibagikan pula kepada koleganya di DPR untuk memuluskan anggaran proyek. Tender kemudian direkayasa, seolah-olah lelang terjadi, agar tak menyimpang dari peraturan tender pengadaan barang dan jasa. Cara kotor yang rapi ini terbukti ampuh untuk memperkaya mereka.

Konflik kepentingan mudah terjadi ketika pengusaha menjadi wakil rakyat. Ia akan mendapat isu dari tangan pertama soal proyek maupun kebijakan pemerintah. Saat pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak, mereka sudah tahu sebelum kebijakan itu dieksekusi.

Harus diakui, menggaet pengusaha merupakan cara cepat mengisi daftar calon legislator. Hubungan mutualisme pun tercipta: partai tak keluar biaya banyak untuk kampanye, pengusaha mendapat perlindungan politik atas usahanya. Trik dagang kemudian dipraktekkan dalam proses legislasi dan pembahasan anggaran demi kepentingan pribadi dan partainya. Lingkaran setan ini akan terus berputar bila partai tidak berkeinginan keras memutusnya.

Tentu tak semua pengusaha berperilaku buruk ketika terjun ke dunia politik. Itu sebabnya partai politik mesti selektif mencantumkan kaum pebisnis dalam daftar calon legislator. Partai mesti memiliki kriteria yang jelas. Bahkan rekam jejak mereka perlu dipaparkan secara terbuka kepada publik.

Mengambil jalan pintas dengan alasan apa pun tidaklah disarankan. Merekrut pengusaha dengan tujuan mendapatkan dana sama pragmatisnya dengan merangkul artis untuk memanfaatkan popularitasnya. Langkah ini mengabaikan para kader yang telah lama membesarkan partai, sekaligus membodohi rakyat.

Berita terkait

Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

5 menit lalu

Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

Polres Ciamis Jawa Barat, belum dapat memastikan motif pembunuhan dan mutilasi oleh suami ke istri di Dusun Sindangjaya.

Baca Selengkapnya

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

8 menit lalu

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

Dividen sebesar Rp 178,50 per lembar saham tersebut akan diberikan pada 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

10 menit lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

10 menit lalu

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.

Baca Selengkapnya

DPR Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu 2024 pada 15 Mei, KPU Siapkan Ini

15 menit lalu

DPR Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu 2024 pada 15 Mei, KPU Siapkan Ini

Komisi II DPR juga akan mengonfirmasi isu yang menerpa Ketua KPU Hasyim Asy'ari.

Baca Selengkapnya

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

26 menit lalu

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

Sebelumnya viral sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah di Universitas Diponegoro atau Undip yang diduga melakukan penyalahgunaan bantuan.

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Whoosh Buka 48 Perjalanan per Hari, Tarif Mulai 150 Ribu

30 menit lalu

Kereta Cepat Whoosh Buka 48 Perjalanan per Hari, Tarif Mulai 150 Ribu

Beroperasinya 48 perjalanan harian Whoosh didasarkan pada hasil evaluasi periode sebelumnya yang menunjukan kebutuhan penambahan perjalanan reguler.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

32 menit lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

42 menit lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

50 menit lalu

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

Aparat gabungan TNI-Polri kembali memburu kelompok TPNPB-OPM setelah mereka menembak warga sipil dan membakar SD Inpres di Intan Jaya Papua.

Baca Selengkapnya