Berebutan Memperoleh Kesempatan

Penulis

Sabtu, 12 Mei 1979 00:00 WIB

TIDUR, anakku, akan kubacakan sepucuk surat ke dalam mimpimu. Sebab tahukah kau apa yang saya fikirkan di samping tempat tidurmu? Tahukah kau apa yang ingin saya katakan, setelah kau lelap, dan lampu padam di kamar ini, dan nyamuk mulai terdengar desingnya? Sebenarnya kau tak usah tahu. Tapi kelak kau mungkin perlu mengetahui isi kepala seorang orang tua. Persisnya, isi kepala seorang orang tua di tahun 1979. Karena itulah saya bacakan surat ini, ke dalam mimpimu. Saya memang sedikit malu untuk mengakui: isi surat ini tidak sederhana. "Tidak sederhana" bukan dalam arti muluk, melainkan rumit Setiap kali matamu terpejam, menyiapkan seluruh tubuhmu untuk sekolah esok pagi selalu datang pertanyaan kepada saya: apa sebenarnya rencana Tuhan dengan dirimu? Apa sebabnya pada suatu hari sepuluh tahun yang-lewat kau dititipkan-Nya kepadaku --hingga saya tersentak, bahagia seperti ibumu, tapi juga agak cemas? "Setiap anak," kata Tagore, "tiba dengan pesan bahwa Tuhan belum jera dengan manusia." Mungkin demikian. Namun di tanahair Tagore kini konon 11 juta bayi dilahirkan setiap tahun. Itu berarti tiap hari lebih dari 30.000 nyawa. Tiap menit lebih dari 20 anak. Dan kita tak tahu berapa lagi di negeri Cina --ditambah yang di Indonesia. Dengan statistik sekencang itu, benarkah Tuhan terus mengirimkan pesan yang sama? Ada sebuah pengalaman yang selama ini tak pernah kuceritakan kepadamu: di suatu malam yang panas, saya berjalan di tepi sungai Gangga. Di satu sudut tergolek seekor anjing kurus. Tapi tak jauh dari sana terbaring makhluk yang lebih kurus lagi seorang bocah gelandangan. Penyair Tagore, yang saya kutip tadi (ia selalu berbicara indah tentang kanakkanak) mungkin belum pernah melihat ini. Mungkin itulah sebabnya ia selalu mengajukan pertanyaan yang aneh. Ia bertanya misalnya dalam satu puisi: Siapa yang mencuri tidur dari pelupuk-pelupuk bayi?". Padahal di tepi Gangga itu pertanyaan yang penting ialah "Siapa yang mencuri nasi dari perut anak ini .... " Tidak, anakku. Bukan aku mau mengganggu cerah mimpimu. Tapi mungkin yang "mencuri nasi" dari perut anak gelandangan itu adalah seorang bapak dari anak lain -- mungkin aku. Di dunia yang penuh sesak dan penuh orang lapar, seorang yang kekenyangan berarti merenggutkan nyawa yang lain. (Jangan tanya dari mana kesimpulan itu kutarik. Itu cuma feeling). Sementara itu, anakku, kian hari dunia kian penuh. Jumlah orang lapar tak berkurang, meskipun orang kenyang bertambah. Jumlah kesempatan bertambah, meskipun kesempitan tak berkurang. Di suatu pagi di bulan Mei saya lihat orang-orang tua berduyun-duyun antri untuk mendaftarkan anak mereka masuk Taman Kanak-Kanak. Tak semuanya dapat tempat. Tak semuanya mampu untuk dapat sebuah kursi, sepotong ruang, secercah perhatian ibu guru. Kau beruntung sudah melewati masa itu. Tapi kelak -- untuk SMP, untuk SMA, untuk Universitas, untuk lapangan kerja .... Apa sebenarnya rencana Tuhan dengan dirimu? TENTU, kau sendiri tak akan bisa menjawabnya. Seharusnya saya menanyakan hal itu kepada Tuhan sendiri. Tapi itulah repotnya tak mudah memperoleh jawab dari sana. Barangkali karena saya, ayahmu, seorang pesimis, dan Tuhan memang jarang berbicara kepada seorang pesimis. Tapi pesimiskah saya, 'nak, tentang dirimu? Aku sendiri tak tahu. Kemarin saya diam-diam bangga ketika kau berkata: "Pak, saya menyukai Bisma dan Gatutkaca" -- dan dengan alasan yang entah dari mana kau dapat: "Karena Bisma rela menolak tahta untuk kebahagiaan ayahnya, dan karena Gatutkaca rela terbunuh --agar senjata sakti Karna itu tak bisa dipergunakan lagi." Itukah moral yang kau pilih, 'nak, pengorbanan diri di masa depan ketika orang kian berebutan? Aku ingin bilang: Jangan, buyung. Tapi mungkin aku tak mengerti. Maka lebih baik kuletakkan saja tanganku di rambutmu, dan berharap. "Datang dan duduklah dalam haribaan yang tak berbatas, anakku."

Berita terkait

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

15 jam lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

3 hari lalu

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

Goenawan Mohamad mengatakan etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

3 hari lalu

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

Dies Natalis Politeknik Tempo kali ini mengambil tema "Kreativitas Cerdas Tanpa Batas" dihadiri segenap civitas akademika Politeknik Tempo.

Baca Selengkapnya

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

7 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

11 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

12 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

14 hari lalu

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Tony Blair dan Prabowo Subianto berdiskusi membahas isu-isu global dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju

Baca Selengkapnya

Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

28 hari lalu

Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

Muhadjir Effendy menyebut program perlinsos ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya

Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

28 hari lalu

Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

Tak hanya Muhadjir, tiga menteri lain juga turut memberikan keterangan terkait bansos di sidang sengketa pilpres hari ini.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Produksi Kakao Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Gorontalo

39 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Produksi Kakao Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Gorontalo

Bantuan Jepang ini, diharapkan bisa menaikkan pendapatan petani berskala kecil dan mengentaskan kemiskinan di Provinsi Gorontalo

Baca Selengkapnya