TEMPO.CO, Jakarta - Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI
Kepribadian Joko Widodo yang sederhana dan pekerja keras itu tidak terlepas dari sentuhan sang ibunda, Sujiatmi. Buku Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi, yang ditulis Kristin Samah dan Fransisca Ria Susanti, bercerita tentang seorang ibu yang menanamkan pendidikan budi pekerti, kesederhanaan hidup, kerendahan hati, hingga akhirnya membentuk karakter Jokowi seperti sekarang ini. Pesan kepada anaknya, "Nek mlakumu lurus, lempeng, uripmu mesti penak" (Kalau jalanmu lurus, lempang, maka hidupmu pasti enak". Sangat sederhana cara ia mengajar anak-anaknya. "Untuk apa punya mobil sepuluh? Apa iya kalau mau pergi sepuluh-sepuluhnya dipakai".
Apresiasi terhadap cara Sujiatmi membesarkan Jokowi, salah satunya, disampaikan Nina Akbar Tanjung. "Ibu Sujiatmi itu wanita yang sukses karena berhasil membesarkan anak-anak, beliau tetap mengajarkan filsafat luhur ojo dumeh (jangan mentang-mentang)," kata Nina. Selain memuji pendidikan karakter yang dilakukan, Nina menyinggung sosok Sujiatmi. "Beliau sangat luar biasa, beliau juga berdagang, selain itu juga jadi ibu rumah tangga. Jadi, dulu waktu Jokowi sedang sakit, ibunya juga rela mengantarkan anaknya ke sekolah dengan sepeda motor dan saat menjemput dicandai temannya bahwa Jokowi dijemput oleh saudaranya," Nina bercerita. Dalam kesempatan itu, Nina juga menjelaskan mengenai bagaimana ibunda Sujiatmi selalu berpesan bahwa jika ingin kaya berkecimpunglah dalam bisnis, bukan dalam politik. Menurut penulis Amerika Serikat, Emily Post, karakteristik perempuan hebat ditandai dengan sifat "ketulusan, kesederhanaan, simpati, dan ketenangan". Semuanya itu dimiliki Sujiatmi, ibunda Jokowi. Kegiatan rutin Haijah Sujiatmi ini adalah Sabtu senam, hari-hari lain mengikuti pengajian di kampung dan di beberapa tempat lain, sedangkan setiap Senin ia berpuasa sambil istirahat di rumah.
Dalam buku ini juga disinggung tentang pertemuan Joko Widodo dengan calon istrinya, Iriana. Semuanya berjalan sederhana. Iriana adalah teman sekolah Iit, adik perempuan Jokowi. Cinta mereka adalah cinta orang biasa. Ini tentu berbeda dengan kisah Prabowo, seorang perwira militer, putra begawan ekonomi Indonesia yang menikah dengan Titik Soeharto, putri Presiden Indonesia.
Ibu juga memiliki peran sentral dalam kehidupan Prabowo. Dora Sigar yang berasal dari Minahasa dan beragama Protestan mengawali kisah cintanya dengan Sumitro Djojohadikusumo di Eropa. Pada 1945, ketika Sumitro menderita tumor usus, Dora yang belajar ilmu keperawatan di Utrecht mengayuh sepeda ke rumah sakit di Rotterdam untuk merawat Sumitro. Pada 1946, Sumitro pulang ke Indonesia, Dora menyusul kemudian dan mereka menikah pada 1947 dengan mempertahankan agama masing-masing. Keluarga mereka pun sangat heterogen. Putri pertama Bianti beragama Katholik dan bersuamikan Sudrajat Djiwandono yang pernah menjadi Gubernur BI. Putri keduanya, Maryani, bersuamikan orang Prancis yang merupakan keturunan Yahudi. Putra ketiganya, Prabowo, menikah dengan Titik Soeharto. Yang bungsu, Hashim, beragama Protestan dan menikahi perempuan yang beragama sama. Pada Ramadan, Dora sering bangun untuk menemani Sumitro makan sahur.
Pada 1958, meletus pemberontakan PRRI yang menyebabkan Sumitro sekeluarga harus berkelana di luar negeri selama belasan tahun. Demi keamanan, mereka hidup berpindah-pindah dari Singapura, Hong Kong, Kuala Lumpur, Zurich, London, dan Bangkok. Prabowo sendiri menamatkan sekolah menengah di London. (Hidup di "perantauan" juga kemudian hari dialami Prabowo ketika ia meninggalkan Indonesia pada 1998 dan tinggal di Yordania beberapa tahun.) Sumitro beruntung memiliki Dora Sigar sebagai istri yang setia, tidak pernah mengeluh. Ia tidak pernah menyalahkan Sumitro karena mereka harus meninggalkan Tanah Air. Dora menghabiskan waktunya untuk mengurusi anak-anak.
Joko Widodo dan Prabowo Subianto berasal dari kelas yang berbeda. Joko berasal dari kalangan orang biasa yang sudah terbiasa dengan kerja keras, sementara Prabowo dari keluarga pergerakan kemerdekaan yang sudah terbiasa berjuang, termasuk mengungsi ke luar negeri. Kemenangan Jokowi dari Prabowo adalah kemenangan wong cilik dalam berhadapan dengan priayi. Namun patut dicatat bahwa keduanya dilahirkan dan dididik karakternya oleh dua perempuan yang luar biasa, yakni Sujiatmi dan Dora Sigar. *
Berita terkait
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang
27 Desember 2021
Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.
Baca SelengkapnyaSetya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019
27 Maret 2017
Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaGagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019
22 Maret 2017
Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini
Baca SelengkapnyaTiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses
16 Januari 2017
RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?
10 September 2015
Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaJokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri
28 Oktober 2014
Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.
Baca SelengkapnyaJokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi
13 Oktober 2014
Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.
Baca SelengkapnyaFahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR
9 Oktober 2014
"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata
Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari
langsung menjadi lewat MPR.
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi
30 September 2014
Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.
Baca Selengkapnya