Si Lemah yang Perkasa

Penulis

Kamis, 10 Juli 2014 23:19 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - J. Sumardianta,Guru

"Kebenaran yang tidak diorganisasi akan dipecundangi kejahatan terorganisasi."

Anekdot Daud-Goliat merupakan risalah menggugah perihal arogansi yang ditaklukkan kerendahan hati. Kesombongan dikalahkan kesederhanaan. Omong kosong dimentahkan kerja nyata. Siasat dibabat oleh kerja keras, ikhlas, dan tuntas. Partisipasi mempecundangi mobilisasi. Kesadaran merubuhkan intimidasi.

Hari-hari ini, bangsa Indonesia sedang mengalami euforia sekaligus galau menyongsong datangnya Daud dari Solo. Joko Widodo, berpasangan dengan Jusuf Kalla, memenangi pemilu presiden (pilpres) 2014 versi hitung cepat lembaga-lembaga survei kredibel. Pasangan Prabowo-Hatta yang dikalahkan dengan skor tipis belum mau melempar handuk.

Pemilihan presiden kali ini memang pertarungan Daud menumbangkan Goliat. Setidaknya ini terlihat dari dukungan partai koalisi yang menyokong calon presiden masing-masing. Jokowi mewakili aspirasi rakyat jelata. Orang tuanya berasal dari Sragen dan Boyolali, Jawa Tengah. Sebelum menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI, Jokowi seorang pengusaha mebel. Tampilan sehari-harinya kurang ndayani (meyakinkan). Jangankan menjadi presiden RI, menjadi Wali Kota Solo saja bagi kerabat dekatnya sudah pencapaian mengejutkan.

Indonesia sedang memasuki babak baru sejarah kepemimpinan. Babak pertama, Sukarno berasal dari kultur aristokrat Jawa. Babak kedua, Soeharto mewakili junta militer. Babak ketiga, Jokowi merepresentasikan wong ndeso. Jokowi merupakan antitesis dari kepemimpinan gagrak lama yang bertumpu pada kekuatan priayi dan tentara yang cenderung disembah dan dilayani. Jokowi datang untuk melayani. Dia tipe servant leadership. Pemimpin pelayan ini bersenjatakan kejujuran, ugahari, dan ketulusan.

Jokowi mempraktekkan gagasan kelimpahan (abundance living). Rival-rivalnya berkukuh dengan gagasan-gagasan kelangkaan (scarcity). Jokowi memperlakukan orang lain sebagai mitra pelengkap (complement). Para kompetitor memperlakukan Jokowi sebagai orang yang akan menggantikan mereka (substitusi).

Pemilihan presiden 2014 sungguh menjalankan fungsi sirkulasi elite dan pendidikan politik. Jokowi menawarkan kesegaran baru. Wong climen lan prasaja (orang kebanyakan) bisa menjadi presiden. Inilah hikmah kemenangan rakyat jelata. Anak-anak dari latar belakang keluarga biasa (bukan anak pejabat) boleh membangun mimpi yang tidak bertepi. Asalkan punya otentisitas dan tahan menghadapi gempuran, mereka bisa menjadi presiden.

Siasat tidak terpuji dilakukan buat melaknat Jokowi. Air bah sejarah baru ini tak mungkin dibendung dengan sehelai jerami. Terlebih lagi bila jerami hasil kerajinan anyam lembaga survei abal-abal yang diekspos terus stasiun televisi penyebar kebencian dan kebohongan milik politikus.


Berita terkait

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.

Baca Selengkapnya

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.

Baca Selengkapnya

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.

Baca Selengkapnya

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini

Baca Selengkapnya

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.

Baca Selengkapnya

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.

Baca Selengkapnya

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.

Baca Selengkapnya

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.

Baca Selengkapnya