TEMPO.CO, Jakarta - J. Sumardianta,Guru
"Kebenaran yang tidak diorganisasi akan dipecundangi kejahatan terorganisasi."
Anekdot Daud-Goliat merupakan risalah menggugah perihal arogansi yang ditaklukkan kerendahan hati. Kesombongan dikalahkan kesederhanaan. Omong kosong dimentahkan kerja nyata. Siasat dibabat oleh kerja keras, ikhlas, dan tuntas. Partisipasi mempecundangi mobilisasi. Kesadaran merubuhkan intimidasi.
Hari-hari ini, bangsa Indonesia sedang mengalami euforia sekaligus galau menyongsong datangnya Daud dari Solo. Joko Widodo, berpasangan dengan Jusuf Kalla, memenangi pemilu presiden (pilpres) 2014 versi hitung cepat lembaga-lembaga survei kredibel. Pasangan Prabowo-Hatta yang dikalahkan dengan skor tipis belum mau melempar handuk.
Pemilihan presiden kali ini memang pertarungan Daud menumbangkan Goliat. Setidaknya ini terlihat dari dukungan partai koalisi yang menyokong calon presiden masing-masing. Jokowi mewakili aspirasi rakyat jelata. Orang tuanya berasal dari Sragen dan Boyolali, Jawa Tengah. Sebelum menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI, Jokowi seorang pengusaha mebel. Tampilan sehari-harinya kurang ndayani (meyakinkan). Jangankan menjadi presiden RI, menjadi Wali Kota Solo saja bagi kerabat dekatnya sudah pencapaian mengejutkan.
Indonesia sedang memasuki babak baru sejarah kepemimpinan. Babak pertama, Sukarno berasal dari kultur aristokrat Jawa. Babak kedua, Soeharto mewakili junta militer. Babak ketiga, Jokowi merepresentasikan wong ndeso. Jokowi merupakan antitesis dari kepemimpinan gagrak lama yang bertumpu pada kekuatan priayi dan tentara yang cenderung disembah dan dilayani. Jokowi datang untuk melayani. Dia tipe servant leadership. Pemimpin pelayan ini bersenjatakan kejujuran, ugahari, dan ketulusan.
Jokowi mempraktekkan gagasan kelimpahan (abundance living). Rival-rivalnya berkukuh dengan gagasan-gagasan kelangkaan (scarcity). Jokowi memperlakukan orang lain sebagai mitra pelengkap (complement). Para kompetitor memperlakukan Jokowi sebagai orang yang akan menggantikan mereka (substitusi).
Pemilihan presiden 2014 sungguh menjalankan fungsi sirkulasi elite dan pendidikan politik. Jokowi menawarkan kesegaran baru. Wong climen lan prasaja (orang kebanyakan) bisa menjadi presiden. Inilah hikmah kemenangan rakyat jelata. Anak-anak dari latar belakang keluarga biasa (bukan anak pejabat) boleh membangun mimpi yang tidak bertepi. Asalkan punya otentisitas dan tahan menghadapi gempuran, mereka bisa menjadi presiden.
Siasat tidak terpuji dilakukan buat melaknat Jokowi. Air bah sejarah baru ini tak mungkin dibendung dengan sehelai jerami. Terlebih lagi bila jerami hasil kerajinan anyam lembaga survei abal-abal yang diekspos terus stasiun televisi penyebar kebencian dan kebohongan milik politikus.
Berita terkait
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang
27 Desember 2021
Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.
Baca SelengkapnyaSetya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019
27 Maret 2017
Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaGagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019
22 Maret 2017
Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini
Baca SelengkapnyaTiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses
16 Januari 2017
RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?
10 September 2015
Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaJokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri
28 Oktober 2014
Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.
Baca SelengkapnyaJokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi
13 Oktober 2014
Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.
Baca SelengkapnyaFahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR
9 Oktober 2014
"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata
Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari
langsung menjadi lewat MPR.
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi
30 September 2014
Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.
Baca Selengkapnya