Belajar dari Piala Dunia

Penulis

Sabtu, 12 Juli 2014 00:18 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Endang Suryadinata, Penggemar Bola dan Sejarah

Menurut filsuf eksistensialis Prancis, Albert Camus, sepak bola mengajarkan soal moral dan tanggung jawab. Ini nyata dari 32 tim nasional yang berjuang di Piala Dunia Brasil. Mereka menang dan menghindari kekalahan, tapi tetap dengan mematuhi aturan main. Mereka patuh terhadap apa pun keputusan wasit. Untuk itu, kita bisa belajar banyak dari Piala Dunia untuk menyikapi hasil pemilihan presiden 9 Juli 2014.

Tentu saja, setiap tim ingin menang di Brasil. Malah, guna meraih kemenangan, kadang sepak bola dikaitkan dengan perang. Luiz Felipe Scolari, pelatih timnas Brasil, meyakini bahwa sepak bola ibarat perang, sehingga timnas Brasil bisa mengalahkan Kolumbia 2-1 dalam perempat final sebelum kalah telak 1-7 oleh Jerman dalam semifinal, Rabu dinihari lalu.

Yang patut dipuji adalah sikap yang ditunjukkan oleh tim yang menang. Lihat para pemain Jerman selepas laga semifinal itu. Mereka memeluk Scholari, sebagian yang lain mencoba menghibur pemain tuan rumah yang hancur hatinya. Para pemain Jerman sungguh memiliki spirit yang pernah dimiliki Jenderal Erwin Rommel. Meski Rommel berada di pihak Nazi, dialah satu-satunya jenderal Jerman yang ketika Perang Dunia II mendapatkan penghormatan dari lawannya (sekutu). Jenderal yang terkenal dengan Korps Afrikanya itu dikenal tidak pernah menembak atau membunuh musuh yang tidak bersenjata. Sikap kesatrianya benar-benar dijaga, karena agaknya dia tahu etika perang dari ayahnya yang pendeta. Akhirnya, ketika semua jenderal Nazi dibantai para sekutu, Rommel justru tercatat sebagai satu-satunya jenderal yang mendapatkan penghormatan dari para lawannya.

Kebesaran Jenderal Rommel mengingatkan kita akan pepatah "menang tanpa ngasorake", menang tanpa merendahkan pihak yang kalah. Jadi jangan arogan bila menang. Lalu, bagaimana kekalahan harus dihayati? Bukan hanya kemenangan yang membuat pertandingan menjadi semarak. Kita melihat di babak penyisihan, hasil seri hanya membuat kita seperti dilanda kekecewaan. Meskipun begitu, jika ada tim yang kalah, khususnya di babak 16 besar, perempat final, semifinal, dan tentu saja final, pertandingan jadi ramai.

Mengenai kekalahan ini, kita boleh belajar dari rakyat Kolumbia, Swiss, atau Aljazair. Meski tak bisa melaju lebih jauh karena kalah, toh mereka tetap mendapatkan respek dari para pendukungnya. Rakyat ketiga negara seolah mengingatkan kita untuk menghargai usaha dan kerja keras timnas mereka. Kita memang mesti belajar bahwa manusia harus bekerja keras untuk mencapai kepenuhannya, kendati upaya itu berakhir tragis dalam kekalahan. Sydney Newton Bremer, motivator ulung dunia, menuliskan: "kemuliaan manusia kita bukan terletak pada kemenangan saja, tapi terlebih pada upaya bagaimana kita bisa bangkit setelah kekalahan."

Dalam pilpres 9 Juli 2014, hanya akan ada satu calon presiden yang berhak atas kursi RI-1. Mohon pihak yang menang dan para pendukungnya bisa tetap rendah hati dan tidak dirasuki arogansi untuk mempermalukan lawan. Demikian juga, pihak yang kalah tidak tergoda untuk mencari alasan sehingga membuat kerusuhan selepas pencoblosan.

Kita memang harus belajar bagaimana menyikapi kemenangan dan kekalahan secara bijak. Jika sikap positif dalam menghadapi kemenangan atau kekalahan ditumbuhkan sejak dini, kita berharap pilpres berlangsung dengan damai. *


Berita terkait

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.

Baca Selengkapnya

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.

Baca Selengkapnya

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.

Baca Selengkapnya

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini

Baca Selengkapnya

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.

Baca Selengkapnya

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.

Baca Selengkapnya

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.

Baca Selengkapnya

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.

Baca Selengkapnya