Sanksi Berlebihan Siswa Tolitoli

Penulis

Kamis, 25 April 2013 23:57 WIB

Betapa berlebihan sanksi buat lima siswa SMA 2 Tolitoli, Sulawesi Tengah. Mereka dipecat dari sekolah sekaligus dilarang ikut ujian nasional karena membuat video yang dianggap menghina agama. Sekolah semestinya memisahkan urusan pendidikan dari kasus hukum yang mereka hadapi. Sanksi itu amat kejam lantaran merampas hak siswa untuk menyelesaikan pendidikan.

Pengelola SMA itu seharusnya pula mempertimbangkan apakah perilaku kelima siswa tersebut merupakan pelanggaran yang serius atau sekadar kenakalan remaja. Boleh jadi, perbuatan itu hanya iseng dan spontan. Mereka berjoget di depan kamera telepon seluler dengan mengikuti irama musik One More Night dari Maroon 5, kelompok musik Amerika Serikat yang sedang populer. Keadaan jadi runyam karena gadis-gadis muda itu mencampur joget mereka dengan gerakan salat, seperti ruku dan sujud.

Hal itulah yang dianggap menghina Islam, sehingga Kepolisian Resor Tolitoli menetapkan lima siswa tersebut sebagai tersangka penistaan agama. Mereka dijerat dengan Pasal 156a KUHP, yang mencantumkan ancaman hukuman 5 tahun penjara. Ganjaran ini berlaku bagi orang yang dengan sengaja mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan di muka umum yang bersifat permusuhan atau penodaan atas suatu agama.

Polisi seharusnya berhati-hati memberlakukan pasal itu terhadap remaja yang mungkin tak menyadari akibat perbuatan mereka. Bisa saja kelima siswa itu tidak menyadari bahwa ulah mereka masuk kategori menistakan agama. Jika mereka tidak paham dan tidak menyadari konsekuensi perbuatannya, tentu sulit disebut sengaja menghina agama.

Proses hukum yang dijalani siswa itu tak boleh pula dicampuradukkan dengan urusan sekolah atau ujian nasional. Apalagi kelima siswa itu tidak ditahan. Sekolah semestinya tetap memberi mereka kesempatan untuk mengikuti ujian nasional. Hak ini bahkan tak bisa dilenyapkan sekalipun siswa dinyatakan bersalah dan divonis hukuman penjara.

Bukan hanya dalam kasus ini kalangan pendidik memberi hukuman berlebihan terhadap siswa. Di banyak daerah, sekolah juga sering melarang siswanya ikut ujian nasional karena telah hamil atau menikah. Sanksi seperti ini jauh dari nilai-nilai pendidikan. Sekolah tidak memecahkan problem yang dihadapi siswa, melainkan malah menyingkirkannya dari sekolah.

Advertising
Advertising

Sikap yang lepas tangan juga terlihat dalam kasus di SMA 2 Tolitoli. Sekolah semestinya memberi sanksi yang bertujuan mendidik, bukannya menghancurkan masa depan siswa. Jika perlu, kalangan pendidik dan sekolah malah membantu dan membimbing mereka dalam menghadapi proses hukum.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu segera meluruskan para pendidik yang tidak bijak itu. Kementerian ini juga bisa meminta dinas pendidikan setempat turun tangan. Kelima siswa itu sebaiknya diberi kesempatan mengikuti ujian nasional susulan. Jangan biarkan sekolah memberi sanksi yang menghancurkan masa depan siswa.

Berita terkait

Kelompok yang Rentan terhadap Cuaca Panas Berikut Dampaknya

4 menit lalu

Kelompok yang Rentan terhadap Cuaca Panas Berikut Dampaknya

Cuaca panas dapat berdampak lebih serius pada kesehatan orang-orang yang rentan, seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak karena dehidrasi.

Baca Selengkapnya

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

19 menit lalu

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya

Jokowi Soal Susunan Kabinet Prabowo: Kalau Enggak Diminta Saran tapi Ikut Nimbrung, Enggak Boleh

29 menit lalu

Jokowi Soal Susunan Kabinet Prabowo: Kalau Enggak Diminta Saran tapi Ikut Nimbrung, Enggak Boleh

Menurut Jokowi, berbagai masukan tentang susunan kabinet mendatang itu boleh diberikan jika Prabowo meminta.

Baca Selengkapnya

3 Faktor Penyebab Sindrom Anak Sulung Perempuan

39 menit lalu

3 Faktor Penyebab Sindrom Anak Sulung Perempuan

Fenomena beban emosional yang dipikul oleh anak perempuan tertua alias anak sulung perempuan di banyak keluarga, sejak mereka masih kecil.

Baca Selengkapnya

Insiden-insiden yang Menggerus Reputasi Boeing

45 menit lalu

Insiden-insiden yang Menggerus Reputasi Boeing

Banyak insiden yang menggerus reputasi Boeing sebagai produsen pesawat terkemuka di dunia, yang terakhir adalah kematian seorang pelapor.

Baca Selengkapnya

Piala Thomas 2024: Fajar / Daniel Puas Balas Dendam ke Korea Selatan dan Bawa Indonesia ke Semifinal

1 jam lalu

Piala Thomas 2024: Fajar / Daniel Puas Balas Dendam ke Korea Selatan dan Bawa Indonesia ke Semifinal

Fajar / Daniel menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Korea Selatan pada perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Gerakan yang Tak Dianjurkan Pakar pada Penderita Nyeri Punggung

1 jam lalu

Gerakan yang Tak Dianjurkan Pakar pada Penderita Nyeri Punggung

Spesialis bedah saraf tak menganjurkan penderita nyeri punggung untuk melakukan berbagai aktivitas berikut beserta alasannya.

Baca Selengkapnya

Progres Pembangunan Bandara VVIP IKN Sudah 18 Persen, Diklaim Tak Ada Masalah Lahan

1 jam lalu

Progres Pembangunan Bandara VVIP IKN Sudah 18 Persen, Diklaim Tak Ada Masalah Lahan

Ketua Satgas Pembangunan Infrastruktur IKN memastikan tidak ada permasalahan lahan untuk pembangunan runway Bandara VVIP di ibu kota.

Baca Selengkapnya

Selain The Idea of You, 3 Film Baru yang Tayang di Prime Video Bulan Mei 2024

1 jam lalu

Selain The Idea of You, 3 Film Baru yang Tayang di Prime Video Bulan Mei 2024

Ada empat film dan tiga serial baru yang tayang di Prime Video Mei 2024

Baca Selengkapnya

Film Menjelang Ajal Tembus 250 Ribu Penonton dalam 3 Hari, Kisah Legenda Urban Jin Pelaris

1 jam lalu

Film Menjelang Ajal Tembus 250 Ribu Penonton dalam 3 Hari, Kisah Legenda Urban Jin Pelaris

Rapi Films mengimbau penonton yang hendak menonton film Menjelang Ajal di hari keempat penayangan.

Baca Selengkapnya