Pentingnya Rakyat

Penulis

Sabtu, 18 Agustus 1979 00:00 WIB

17 Agustus. Benarkah kita butuhkan cerita pahlawan: tokoh-tokoh yang termashur, para pemimpin rakyat dan komandan pasukan? Jika masa lampau macam itu yang akan kita kenang, barangkali sejarah kita cukup selesai dengan serangkaian riwayat hidup orang-orang besar. Atau ia menjadi seperti cerita wayang. Di layar yang nampak hanya para raja dan kerabatnya. Unsur lain hanya diwakili oleh para dewa dan punakawan. Kita pun lupa bahwa perang sebesar Bharatayudha pastilah suatu perang yang melibatkan ratusan ribu manusia pegawai kecil, petani miskin dan anak-anak tak bersalah. Tidak cuma keluarga Bharata. Tapi kita agaknya terlampau banyak terkenang dongeng para sultan dan raja, hingga kita lupa bahwa Nusantara kita juga terdiri dari rakyat. Tak mengherankan apabila pada suatu ketika ada orang yang percaya, bahwa perjuangan kemerdekaan adalah perjuangan kaum intelektuil dan kaum elite lain -- dan bahwa rakyat hanya ikut-ikut. Tak heran bila mereka pun berbisik-bisik, "Rakyat masih bodoh, bung." Maka jika ada sejumlah petani bergejolak dan memprotes, dengan cepat itu dianggap "digerakkan." Dan ketika ada sejumlah rakyat marah punya ide untuk memutuskan kabel telepon,yang dipertanyakan ialah bagaimana mungkin mereka pinter? Bagaimana mungkin? Rakyat bukan segumpal batu. Salah satu jasa penelitian sejarah yang dilakukan Prof. Sartono Kartodirdjo dengan Protest Movements in Rural Java ialah karena ia menunjukkan bahwa perjuangan masa silam kita bukan cuma perlawanan para raja dan pangeran yang termashur. Para raja dan pangeran itu kiranya sudah cukup dicatat. Bukankah sejarawan R. Moh. Ali seperempat abad yang lalu menerbitkan bukunya dengan judul Perdjoangan Feodal Indonesia? Perjoangan para pemimpin "feodal" ini, kata Moh. Ali, "sebenarnya merupakan sebagian kecil dari perjoangan rakyat jelata yang dahsyat. Tetapi berkat kedudukan sang pemimpin feodal maka rakyat feodal dapat ditipu, dikhianati dan diperkuda .... " Kalimat Moh. Ali terlampau berapiapi (buku ini disusun di tahun 1948), dan ketepatan data-datanya mungkin masih bisa dipersoalkan. Tapi paling tidak menjelang akhir abad ke-19 hingga abad ke-20, memang terbukti gejolak rakyat di daerah pertanian pegang peranan penting dalam menyalakan api revolusi -- dan kita pun punya 17 Agustus 1945 dengan semangat yang menjalar ke sana ke mari. Rakyat memang bukan sesuatu yang netral. *** Rakyat juga bukan sesuatu yang tanpa bekas. Seorang cerdik cendekia pernah berkata: "Sebuah sejarah umat manusia yang kongkrit, kalau pun ada yang menuliskannya, tentu akan merupakan sejarah semua orang. Ia akan merupakan sejarah harapan, pergulatan dan penderitaan manusia." Dengan kata lain, ia bukan cuma sejarah kekuasaan. Ia bukan cuma sejarah tentang sukses. Barangkali riwayat umat manusia tak punya arti apa-apa. Tapi jika kita harus memberikan arti kepadanya, maka yang penting jelaslah bukan hanya kekuasaan dan sukses, tapi keluhuran manusia hingga ia bisa memberi dirinya makna walau pun tanpa semua itu. Sebab apakah artinya kekuasaan kini untuk nanti tahun 2000? Apakah artinya sukses untuk tahun 2000? Apakah yang akan kita tumbuhkan hingga kita bisa hidup bahagia dengan penduduk yang bertambah banyak, dengan minyak dan gas yang habis, dan pendapatan per kapita yang tak akan mencapai US$ 500? Di tanggal 17 Agustus ini, biarlah kita kian dekat dengan kenyataan itu. Tutupkan buku sejarah dan lihatlah cermin di sana kepada rakyat yang mengerti ketenteraman hati meski di bawah $500. Marilah kita lihat sejarah sebagai sejarah mereka: harapan, pergulatan, penderitaan, dan juga ketahanan.

Berita terkait

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

6 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

48 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

52 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

53 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.

Baca Selengkapnya

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.

Baca Selengkapnya

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.

Baca Selengkapnya