Paket penetrasi asing

Penulis

Sabtu, 29 Desember 1979 00:00 WIB

IA mengaku pernah bersua dengan Sayidina Ali. Bukan dalam mimpi. Waktu itu umurnya 5 tahun. Ia terjatuh, hampir membentur karang. Tiba-tiba, demikianlah ceritanya, Imam pertama umat Syi'ah yang lazim dilukis dengan wajah melingkar cahaya itu -- bagaikan gambar Jesus -- datang, menolong. "Dan ia menyelamatkan saya. Ia meletakkan dirinya di antara saya dan batu karang itu. Saya tahu karena saya melihatnya. Bukan dalam mimpi . . . " Ia mengatakan bahwa hanya dia sendiri yang melihat tokoh suci itu. "Tapi memang tak ada orang lain yang diharap melihatnya, kecuali saya, karena . . . Ah, saya kira anda tak akan mengerti." Wartawati yang diajaknya bicara itu, Oriana Fallaci, memang tak mengerti. Tapi orang yang paling berkuasa di Iran itu menegaskan lagi yang disaksikannya waktu ia. berumur 5 tahun itu bukan khayal. Anda tak mengerti karena anda tak percaya kepada Tuhan, katanya. Tapi "saya percaya kepada Tuhan, kepada kenyataan bahwa saya dipilih Tuhan untuk menyelesaikan satu tugas." Suaranya bangga. Ayatullah Khomeinikah yang berbicara? Bukan. Yang bicara adalah Syah Iran, di Teheran, Oktober 1973, sebagaimana diceritakan Orialla Fallaci dalam Intervista con la storia. Tapi mungkin ada persamaan antara Khomeini dengan Syah keduanya merasa punya tugas suci, dan keduanya mencemooh demokrasi Rarat. "Saya tak menginginkan demokrasi macam itu!", seru Syah. "Itu milik anda semua, anda boleh ambil! " Penolakan itu akhirnya, kita tahu, melahirkan ribuan tahanan. A(la polisi rahasia, ada penyiksaan, ada pengadilan sewenang-wenang. Tapi toh penolakan itu tak juga berakhir, walaupun Syah telah berakhir. Dan tak juga cuma di Iran. Mungkin karena penolakan terhadap Barat adalah bagian dari teriak kita, untuk membebaskan diri dari kenangan tentang penjajahan dan kekalahan. Bukankah Barat kapitalisme, kolonialisme, imperialisme, dus penindasan atas hak-hak asasi? Bukankah Timur adalah luhur, Dunia Ketiga mulia? Memang benar: kolonialisme menghisap. Dan negeri-negeri yang baru tertindas belum merasa punya kejahatan seganas itu. Dengan psikologi kaum underdogs, kita masih merasa lebih berhak memprotes, bukan diprotes. Tapi toh waktu bergeraki. Di Uni Soviet terbentang "Kepulauan Gulag", kamp tahanan yang dikisahkan dengan pahit oleh pengarang Solzhenitsin, salah seorang ex-penghuninya. Di RRC tersembunyi provinsi Qinghai. Di san angin mendesau suram dan serigala melolong, dan di sana pula -- seperti kemudian diketahui - sekitar dua juta tahanan dibuang. Daftar tahanan memang bisa panjang di Dunia Ketiga. Sementara itu kini dari Baratlah justru datang suara paling keras untuk hak-hak asasi. Memang, sering tak enak. Organisasi seperti Amnesty lnternational kadang terasa mendesakkan tuntutan yang teramat asing bagi orang bukan-Barat efektivitasnya pun sering tergantung dari sejauh mana sebuah negeri Dunia Ketiga berhubungan dengan ekonomi Barat. Dengan demikian, ada risiko bahwa seruan untuk hak asasi ilmu akan mirip satu unsur dalam paket penetrasi asing. Atau, satu pelajaran muluk dari orang kulit putih, dari tempat jauh, yang aman. Apalagi kita, merasa berkebudayaan tua, serin lupa sehenarnya kita tergolong baru dalam masalah seperti ini. Ketika di tahun l677 utusan kerajaan Banten jadi tamu di London, merelia takjub di negeri dingin itu rakyat bukanlah budak Pangeran. Rupanya di .sana bukan cuma raja yang dipilih Allah. Namun pada gilirannya kita pun akan erpaksa belajar dari sejarah kita -- dari kebaikan dan kekejaman kita sendiri. Ketika Riza Pahlevi berkata, "Saya dipilih Tuhan untuk menyelesaikan tugas saya," ia tak belajar. Ia cuma meniru masa lampau. Iskandar Zulkarnain dari Macedonia setelah menaklukkan Persia kembali dengan menyatakan hak-hak ketuhanan raja, alias dirinya. Tapi seorang penulis mengatakan ketika baginda menyatakan itu tanah Yunani pun ketawa, dan Iskandar memabukkan diri sampai mati.

Berita terkait

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

1 hari lalu

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

McDonald's Corporation gagal mencapai perkiraan laba kuartalannya untuk pertama kalinya dalam dua tahun karena boikot Gaza

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

2 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

4 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

5 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

6 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Turun, Analis: Kekhawatiran terhadap Konflik Timur Tengah Mereda

8 hari lalu

Harga Emas Turun, Analis: Kekhawatiran terhadap Konflik Timur Tengah Mereda

Analisis Deu Calion Futures (DCFX) menyebut harga emas turun karena kekhawatiran terhadap konflik di Timur Tengah mereda.

Baca Selengkapnya

Ekonom: Rupiah Hadapi Tekanan, BI Sebaiknya Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

8 hari lalu

Ekonom: Rupiah Hadapi Tekanan, BI Sebaiknya Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

Rupiah saat ini sedang menghadapi tekanan mata uang yang sangat besar dan lonjakan arus keluar modal.

Baca Selengkapnya

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

9 hari lalu

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

PT Pertamina Patra Niaga memastikan stok bahan bakar minyak (BBM) Indonesia tidak terganggu meski ada konflik di Israel dan Iran.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

10 hari lalu

Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

Kepala Ekonom BCA David Sumual merespons pelemahan rupiah. Ia menilai depresiasi rupiah karena ketegangan konflik geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

10 hari lalu

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.

Baca Selengkapnya