Ayatullah Khomeini

Penulis

Sabtu, 6 Januari 1979 00:00 WIB

IRAN, dalam gelombang anti-Shah, menjelang akhir 1978. Ulama di kota Kermanshah di Iran itu berkata kepada wartawan asing yang di hadapannya. "Kami ini seperti Kardinal dalam agama tuan," katanya. Tetapi wartawan Belgia itu, Claude van Engeland, tahu Ayatullah Jalili hanya mencoba memberi perbandingan sederhana. Sebab van Engeland mengerti seorang ayatullah tidak persis sama dengan seorang imam Katolik. Ia pernah berkunjung ke rumah Ayatullah Saduhi yang tinggal di tengah kampung rakyat yang berbatasan dengan pasar Yazd. Ia menuliskan yang disaksikannya dalam Le Monde Diplomatique yang terbit Desember 1978 yang lalu. "Di rumah Ayatullah Sadughi," tulisnya, "para pemuda berjam-jam mendiskusikan politik dan agama dengannya dan dengan para mullah daerah itu." Seorang ayatullah bukan saja hidup dari pemberian masyarakat di dekatnya, ia juga tidak akan mengambil keputusan sebelum mendengar pendapat para ulama lain dan penduduk biasa. Sekurang-kurangnya, ada rapport, ada kemanunggalan, yang langsung dan lumrah antara para ayatullah dengan masyarakat sekitar. Ada simbiose. Yang satu membutuhkan yang lain. Mungkin dalam kemarahan terhadap Shah kini justru bukan ayatullah itulah yang berperan sebagai penghasut. Mereka mungkin hanya pengeras suara. Rakyat datang kepada mereka mengadu, dan para ayatullah itu berseru. Barangkali ada titik persamaan antara para ayatullah di Iran kini dengan para imam Katolik di Amerika Latin, yang mendengarkan -- dan menggemakan kembali -- jerit rakyat di lapisan bawah yang tertindas. Tapi seperti ditulis Claude van Engeland pula, ada kekuatan yang lebih pada para ayatullah itu -- dan sekaligus kelemahannya. Kekuatannya ialah tak terhambatnya suara protes oleh jaring-jaring organisasi yang bertingkat. Kelemahannya justru akibat tiadanya jaringan organisasi itu. Karena hirarki keagamaan mereka tak jelas. suatu garis aksi tak pernah dapat ditarik rapi. "Dari tiap desa," tulis van Engeland, "kaum ayatullah mengumumkan pendapat mereka tanpa memperhitungkan apa yang dikatakan rekan mereka di tempat lain." Ayatullah Khomeny, yang membuang diri di Paris oleh pers Barat hampir dianggap sebagai pemimpin tertinggi gerakan anti-Shah. Tapi ia bukan semacam Paus. Ia yang lama hidup di Iraq itu mencita-citakan berdirinya sebuah "Republik Islam". Namun tak semua ayatullah penentang Shah sependirian dengannya. Ayatullah Shariat Madari dari kota Qum, misalnya, lebih cenderung mempertahankan monarki. Apa boleh buat. Perbedaan itu adalah contoh klasik suatu gerakan revolusioner yang spontan: tahu jelas apa yang ditolak, tapi amat kabur tentang apa yang dimaui. Khomeny sendiri belum menjelaskan persis yang dibayangkannya dengan "Republik Islam". Mungkin itu hanya sebuah bendera bersama yang dipajang tinggi-tinggi, bukan program yang terpadu ke masa depan. Betapapun juga, gelombang oposisi di Iran kini, seperti halnya ombak Laut Kaspia, bukanlah gelombang tunggal. Ada yang menuntut demokratisasi politik dan kehidupan ekonomi yang bebas dari monopoli pejabat. Dengan kata lain, semacam liberalisme. Tapi ada pula yang berseru tentang keadilan sosial yang lebih merata. Dengan kata lain, sosialisme. Bagaimana menyatukan itu ? Mungkin itulah repotnya sebuah revolusi di hari ini. Banyak model sudah mengecewakan Atau jika ada, terlalu jauh untuk diterapkan. Sementara itu, menjelang kemenangan diperlukan semacam blueprint, dan untuk blueprint diperlukan telaah serta diskusi. Pada akhirnya, diperlukan waktu. Tapi cukupkah waktu, dengan penderitaan dan protes yan sepuncak itu?

Berita terkait

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

1 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

2 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Turun, Analis: Kekhawatiran terhadap Konflik Timur Tengah Mereda

5 hari lalu

Harga Emas Turun, Analis: Kekhawatiran terhadap Konflik Timur Tengah Mereda

Analisis Deu Calion Futures (DCFX) menyebut harga emas turun karena kekhawatiran terhadap konflik di Timur Tengah mereda.

Baca Selengkapnya

Ekonom: Rupiah Hadapi Tekanan, BI Sebaiknya Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

5 hari lalu

Ekonom: Rupiah Hadapi Tekanan, BI Sebaiknya Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

Rupiah saat ini sedang menghadapi tekanan mata uang yang sangat besar dan lonjakan arus keluar modal.

Baca Selengkapnya

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

6 hari lalu

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

PT Pertamina Patra Niaga memastikan stok bahan bakar minyak (BBM) Indonesia tidak terganggu meski ada konflik di Israel dan Iran.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

7 hari lalu

Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

Kepala Ekonom BCA David Sumual merespons pelemahan rupiah. Ia menilai depresiasi rupiah karena ketegangan konflik geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

7 hari lalu

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

7 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

7 hari lalu

11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

Isfahan merupakan salah satu tujuan wisata utama dan salah satu kota bersejarah terbesar di Iran.

Baca Selengkapnya