Bandung Mawardi,
Esais
Siapa pemilih Joko Widodo-Jusuf Kalla? Fitri Hari dari Lingkaran Survei Indonesia memberi jawaban: wong cilik. Janji-janji untuk program pendidikan dan kesehatan menjadi pemicu dukungan wong cilik (rakyat kecil) bagi Joko Widodo-Jusuf Kalla (Koran Tempo, 9 Juli 2014). Jargon wong cilik masih bertahan sampai sekarang. Megawati Soekarnoputri semakin menguatkan pengaruh jargon wong cilik saat memimpin PDI Perjuangan. Sekarang, Joko Widodo dianggap ikon pemimpin bagi wong cilik.
Jargon politik muncul di kalangan pergerakan politik untuk menumbuhkan nasionalisme dan imajinasi dalam membentuk Indonesia. Sejak awal abad ke-20, para tokoh pergerakan politik akrab dengan istilah kromo. Tjipto Mangoenkoesoemo menjuluki diri sebagai "anak si kromo" alias anak dari "rakjat djelata" (M. Balfas, 1952). Julukan ini mengacu kepada pengabdian Tjipto Mangoenkoesoemo bagi kesehatan kaum jelata dan pendidikan politik. Predikat sebagai dokter Jawa menjadi modal untuk berbaur dan membela kaum kromo dalam represi kolonialisme dan arogansi feodalisme.
Penggunaan jargon kromo masih bertahan sampai masa 1930-an. Sukarno dalam pidato dan tulisannya masih menggunakan jargon kromo, selain mempropagandakan penggunaan jargon marhaen. Risalah Indonesia Menggugat (1930) garapan Sukarno memuat penjelasan: "Di dalam tangannja kaum kromo dan kaum marhaen itulah terutama letaknja nasib Indonesia." Sukarno pun memberi tuduhan bagi gerakan politik berpamrih elitisme. Sukarno berkata: "…siapa jang mendjalankan politiek 'salon-salonan' atau 'menak-menakan', siapa jang tidak memperusahakan marhaenisme atau kromoisme - walaupun ia seribu kali sehari berteriak tjinta bangsa, tjinta rakjat, ia hanjalah mendjalankan politiek jang tjuma 'politiek-politiekan' belaka!"
Kesejarahan jargon politik menjadi referensi pembelajaran politik mutakhir. Joko Widodo (2014) mengakui bahwa Sukarno adalah mentor dalam berpolitik. Risalah Indonesia Menggugat dianggap mengandung relevansi dengan situasi sekarang. Sejarah bersambung melalui kesadaran untuk membela dan memartabatkan kromo, marhaen, wong cilik. Sekarang, jargon paling akrab adalah wong cilik ketimbang kromo dan marhaen. Jargon selalu memuat situasi zaman dan efek bahasa politik. Zaman untuk jargon kromo dan marhaen sudah berlalu, kita mengingatnya sebagai sejarah.
Pendokumentasian jargon marhaen pernah dilakukan oleh Sanoesi Pane melalui gubahan puisi berjudul Marhaen. Sanoesi Pane menulis: Kami berdjalan berabad-abad/ Dalam djoerang jang gelap goelita/ Tidak berharap tidak berhadjat/ Tidak berpikir tidak bertjinta// Dewata loepa kepada kami/ Kaoem marhaen anak sengsara/ Kami berkerdja setengah mati/ Orang bersenang tertawa-tawa. Sekarang, Joko Widodo semakin memberi pengesahan atas kebermaknaan wong cilik sebagai "sambungan" dari produksi bahasa politik sejak awal abad ke-20: kromo dan marhaen. Kita menganggap ada kesetaraan makna jika menempatkan pemimpin sebagai pembela bagi rakyat.
Joko Widodo justru mengimbuhi perspektif dari pengaruh penggunaan jargon politik, mengacu ke pemahaman agama. Joko Widodo menganggap marhaen, wong cilik, dan kaum duafa menunjuk pada lapisan sosial sama: kalangan tak berdaya secara ekonomi. Kita menantikan Joko Widodo membuktikan pengharapan kromo, marhaen, wong cilik, dan kaum duafa sesudah mendapat amanat melalui peristiwa dramatis berdalih demokrasi, 9 Juli 2014.
Berita terkait
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang
27 Desember 2021
Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.
Baca SelengkapnyaSetya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019
27 Maret 2017
Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaGagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019
22 Maret 2017
Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini
Baca SelengkapnyaTiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses
16 Januari 2017
RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?
10 September 2015
Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaJokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri
28 Oktober 2014
Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.
Baca SelengkapnyaJokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi
13 Oktober 2014
Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.
Baca SelengkapnyaFahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR
9 Oktober 2014
"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata
Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari
langsung menjadi lewat MPR.
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi
30 September 2014
Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.
Baca Selengkapnya