Kekejaman Terampuni

Penulis

Sabtu, 19 Mei 1979 00:00 WIB

DONGENG bisa banyak ditulis tentang Timur. Raja bangsa pengembara di Asia Tengah ini butahuruf, tapi bisa bicara tentang sejarah dan ajaran agama dengan para ulama. Ia menyukai permainan catur, ia dengan tangkasnya bisa berhari-hari bertempur. Ia tahan cuaca terpanas, ia tahan musim terdingin. Ia membangun kota indah di Samarkand, tapi ia selalu resah dan berpindah dari peperangan ke peperangan. Ia meninggal di bulan Pebruari tahun 1405, beberapa saat setelah melancarkan serbuan penaklukan ke Tiongkok. Umurnya 69 tahun dan ia mati mungkin lantaran terlampau banyak minum. Pewaris keahlian perang dari Jengis Khan ini memang termashur akan keserba-berlebihannya dalam kekejaman sebagai pemenang, dalam kemewahan sebagai penguasa, dan dalm ketangguhannya sebagai prajurit. Tak heran bila para penyair kemudian tergerak. Marlowe menulis Tamburlaine the Great, tentang kemiskinan dan keterlantaran berpuluh negeri yang dijarahnya. Tapi Goethe menyair penuh kagum kepada hasilnya: Haruskah siksaan ini merundung Bila akhirnya suka menggunung? *** Jika sejarah hanya dihitung hasil akhirnya, memang penindasan bisa diam-diam diampuni -- oleh sang sejarawan. Demikianlah di tahun 1853 Karl Marx mengutip Gocthe tepat di baris itu. Hat nicht Myriaden Seelen/Timurs Herrschaft aufgeziehrt? Ia berbicara tentang penjajahan Inggeris di tanah Hindustan, tapi ternyata ia tak mengutuknya sekuat leher. Bahkan tulisnya: "Inggeris harus memenuhi sebuah misi ganda di India. Yang satu bersifat destruktif, yang lain bersifat melahirkan kembali. Yang satu penghapusan masyarakat Asiatik. Yang lain meletakkan dasar bagi masyarakat Barat di Asia." Ternyata seperti kaum missionaris dan kolonialis Barat, Karl Marx juga melihat penghancuran masyarakat gaya pribumi Asia sebagai kemustian. Di sinilah agaknya nampak garis sayup-sayup antara Marx di satu pihak, dengan Mao dan Pol Pot di pihak lain. Mao Tse-tung mencoba melenyapkan ajaran lama Konghucu. Pol Pot mencoba mencabut adat Kamboja. Mereka berbicara atas nama tentu saja, revolusi. Tapi dapatkah revolusi mengubah yang lama? Dapatkah Mao dan Pol Pot mencontohkan bongkahnya dasar dari masyarakat tradisionil, tempat tegak apa yang disebut Marx sebagai "despotisme Oriental"? Memang ada yang runtuh dari revolusi Cina dan ada yang binasa dalam revolusi Kamboja. Tapi kita juga tahu bahwa itu tak merubah despotisme lama menjadi senyuman. Adakah Asia sebenarnya tak bisa bergerak ? *** Tentu saja bohong bahwa Asia tak kunjung bergerak. Di tahun 1656 ada seorang Belanda bernama Rijckloff van Goens berkunjung ke Mataram, ketika kerajaan ini masih muda tapi kukuh jangkauan pemerintahannya. Van Goens mungkin tak teliti dan pakai kaca mata orang Kumpeni. Tapi menarik juga dicatat: Raja Mataram biasanya tiap minggu tiga kali muncul dalam paseban. Tapi hampir tiap hari para bangsawan, sejak pangeran sampai priyayi kecil, diharuskan hadir dan menunggu dari pagi: jangan-jangan baginda kebetulan nongol. Sebab kalau raja nongol dan mereka tak sowan, keberuntungan hidup dan nyawa bisa melayang. Demikianlah beberapa ratus orang berkerumun. Suatu kali raja hadir dan meminta sesuatu, tanpa menyebut kepada siapa. Maka bertabrak-tabrakanlah para bangsawan itu serentak mencoba melayaninya. Dan sementara orang-orang itu berkeringat, baginda tersenyum geli . . . Lelucon atau kekejaman? Mungkin kedua-duanya. Untunglah kita di tahun 1979 dan percaya bahwa apapun keagungannya, Timur Leng atau Amangkurat I tak bisa berulang.

Berita terkait

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

1 hari lalu

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

Goenawan Mohamad mengatakan etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

2 hari lalu

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

Dies Natalis Politeknik Tempo kali ini mengambil tema "Kreativitas Cerdas Tanpa Batas" dihadiri segenap civitas akademika Politeknik Tempo.

Baca Selengkapnya

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

11 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

52 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

57 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

57 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.

Baca Selengkapnya

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.

Baca Selengkapnya

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya