TEMPO.CO, Jakarta - Anton Kurnia, Penulis cerpen
Seorang anak bertanya kepada ibunya: mengapa setiap Idul Fitri, tiap kali merayakan Lebaran, kita makan kupat alias ketupat?
Sang ibu yang bijak tersenyum. Dia lalu menyampaikan apa yang pernah diajarkan kepadanya nun pada suatu masa. Kupat itu maknanya "ngaku lepat", yakni mengaku bersalah. Pernyataan memohon maaf atas segala khilaf dan kesalahan.
Lalu, mengapa kupat itu dibungkus janur yang dianyam dan berbentuk persegi empat, tidak lonjong saja?
Janur atau daun kelapa kuning adalah kependekan dari "jatining nur" atau cahaya sejati yang merupakan perlambang hati nurani. Isi kupat, yakni beras, melambangkan nafsu duniawi. Kupat terbungkus janur adalah simbol nafsu duniawi yang diselubungi hati nurani agar tidak meluber menjadi sifat tamak.
Bentuk kupat yang persegi empat melambangkan "kiblat papat lima pancer" dalam ajaran sufisme Jawa. Kiblat papat itu empat penjuru angin: barat, timur, utara, selatan. Lima pancer artinya ke arah mana pun manusia pergi, ia tak boleh melupakan pancer (arah) kiblat, yakni tetap menghadap kepada Allah, tetap berada di jalan yang lurus-sirath al-mustaqim. Ini juga melambangkan habluminallah-hubungan manusia dengan tuhannya.
Mengapa janur itu harus dianyam begitu rumit dan rapat? Kerumitan itu muamalah yang memang gampang-gampang susah; anyaman rapat melambangkan silaturahim, hubungan akrab dan berkasih sayang antarsesama. Ini juga simbol habluminannas-hubungan antarmanusia.
Saat seseorang mengantarkan atau menyuguhkan kupat kepada saudaranya, itu berarti dia mengakui segala kesalahannya dan dengan rendah hati bersedia meminta maaf. Siapa yang berani meminta maaf lebih dulu, dialah yang menang. Siapa yang berani merangkul lawannya, derajatnya lebih tinggi. Menang tanpa jemawa, kalah tanpa terhina. Dalam kata-kata Raden Panji Sosrokartono, filsuf-sufi Jawa lulusan Leiden, manusia yang hebat itu adalah yang berhasil menang tanpa ngasorake. Menang tanpa merendahkan lawan. Sebaliknya, yang kalah juga akan tinggi derajatnya jika dia mau mengakui kekalahan. Wong kang wani ngalah iku dhuwur wekasane.
Idul Fitri kali ini bermakna lebih kompleks karena bangsa kita baru saja melalui sebuah peristiwa nasional bersejarah, yakni pemilihan presiden langsung yang menghadapkan dua kandidat yang nyaris sama kuat. Pesta demokrasi yang sempat memecah-belah persatuan bangsa ini berujung pada kemenangan Joko Widodo, yang dalam pidato pertamanya berupaya merangkul pesaingnya, Prabowo Subianto. Sayangnya, hingga detik ini pihak yang kalah belum juga mau mengakui keunggulan lawan dan masih berupaya mencari jalan untuk menunda kekalahan.
Alangkah indahnya jika kedua elite politik yang kebetulan sama-sama muslim dan beretnis Jawa itu bisa duduk semeja dan berbagi kupat Lebaran. Saling mengaku lepat, saling meminta maaf, saling bersalaman dan berangkulan demi kepentingan umat. Demikian pula para pendukung mereka yang sempat saling serang, hendaknya bisa melupakan perbedaan pendapat dan sama-sama menikmati kupat.
Berita terkait
Lebaran, Borobudur Targetkan 316.792 Pengunjung
21 Juni 2017
"Target jumlah pengunjung selama masa libur Lebaran tersebut naik sekitar delapan persen dari tahun lalu,"
Baca SelengkapnyaTren Bingkisan Lebaran Tanda Silaturahmi
2 Juni 2017
Isi parsel mulai dari makanan, peralatan sholat, hingga peralatan rumah tangga.
Baca SelengkapnyaBI Aceh Siapkan Rp 3 Triliun Uang Pecahan untuk Lebaran
31 Mei 2017
Terjadi peningkatan antara 10 persen-15 persen, bila dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya Rp 2,7 triliun.
Baca SelengkapnyaPenukaran Uang Lebaran, BI Banten Siapkan Uang Rp 2 Triliun
30 Mei 2017
BI Wilayah Banten akan mengelola sendiri proses penukaran uang kertas untuk Lebaran tahun ini.
Baca Selengkapnya9 Langkah Penyesuaian Ini Membuat Anda Siap Beribadah Puasa
5 Mei 2017
Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari. Lantas apa saja yang perlu kita persiapkan, agar tubuh siap menjalankan puasa?
Baca SelengkapnyaPemudik Diminta Tak Tergantung Jalan Tol Pantura
4 Mei 2017
Arus mudik Lebaran tahun ini lebih leluasa bagi masyarakat
karena jalur selatan maupun utara dipastikan siap.
Persiapan Lebaran 2017, Jokowi Mulai Gelar Rapat Terbatas
3 April 2017
Ada tiga hal yang menjadi sorotan presiden, yaitu pangan, transportasi, dan keamanan.
Baca SelengkapnyaMenteri Enggartiasto Kendalikan Harga Sembako di Ritel Modern
3 April 2017
Kementerian Perdagangan saat ini telah bekerjasama dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk mengendalikan harga pangan pokok.
Baca SelengkapnyaTradisi Lebaran Ketupat di Pantai Sanur Berlangsung Meriah
13 Juli 2016
Ribuan warga Kampung Jawa, Denpasar merayakan Lebaran Ketupat di Pantai Sanur, Rabu sore, 13 Juli 2016.
Baca SelengkapnyaPawai Dokar Hias dan Lebaran Ketupat di Bangkalan
13 Juli 2016
Setiap tahun, tepat hari ke-7 lebaran Idul Fitri, warga di tiga desa: Jaddih, Parseh dan Bilaporah kompak menggelar pawai dokar hias keliling desa.
Baca Selengkapnya