TEMPO.CO, Jakarta - Musyafak, Staf Balai Litbang Agama Semarang
Selain arus mudik dan gelombang balik, gerak liburan mewarnai Lebaran. Orang-orang berbondong menuju kawasan-kawasan wisata hingga menyesaki jalan. Macetnya jalan menuju Puncak di Bogor, atau membeludaknya pengunjung Ragunan selama Lebaran, adalah tamsil benderang yang mengisahkan rekreasi justru menjadi hajat penting pada Idul Fitri yang kudus.
Lebaran merupakan fenomena kultural yang berlekatan erat dengan peristiwa keagamaan. Sebagai ritus spiritual umat muslim, Ramadan dan Idul Fitri di Indonesia mendapatkan bentuk kultural yang unik dan khas, mulai dari mudik, belanja, halalbihalal, anjangsana, sampai liburan. Lebaran maujud sebagai ritus budaya yang terkemas dengan napas dan bingkai agama. Tradisi Lebaran merangkum pelbagai hal yang sakral sekaligus profan, yang ukhrawi dan duniawi.
Liburan masuk dalam agenda Lebaran, sebab pada Idul Fitri orang-orang diliburkan dari pekerjaan. Libur keagamaan adalah momentum menunda atau mengurangi aktivitas rutin untuk merayakan hari besar agama. Ditetapkannya Idul Fitri sebagai hari libur nasional, sebagaimana hari-hari besar agama lainnya, di satu sisi memberi kesempatan kepada umat muslim untuk merayakan keberhasilan berpuasa, meresapi makna "kebaruan diri yang kembali suci", dan memperbarui hubungan diri dengan agamanya. Sisi lainnya, libur Lebaran menghadiahkan waktu rekreasi yang cenderung berwatak senang-senang. Walhasil, Lebaran adalah hari kemenangan sekaligus kesenangan.
Mulanya, asal-usul hari libur nyaris selalu berhubungan dengan agama. Hari libur diberikan sebagai izin bagi seseorang untuk menjalankan tugas agama pada hari-hari khusus yang disucikan. Itulah sebabnya sebagian bangsa Barat menyebut hari libur dengan "holiday" (holy + day) yang berarti hari suci. Liburan berisi pemujaan untuk merawat serta menyuburkan iman.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat modern menjelmakan hari libur sebagai waktu rekreatif. Modernitas mengkonstruksikan makna hari libur sebagai masa rehat dan bersantai tak ubahnya akhir pekan. Hari libur kini ibarat masa perlawanan terhadap hari-hari normal yang sarat kerja atau sekolah. Di hari libur, tempat-tempat ibadah justru kalah ramai dibanding tempat-tempat wisata atau mal.
Di Indonesia, pengakuan pemerintah terhadap suatu agama punya konsekuensi politik untuk memberikan hari libur pada hari-hari besarnya. Negara meliburkan hari-hari besar agama-agama sebagai ikhtiar inklusif terhadap warganya yang multiagama. Bahkan muncul kelakar yang mengatakan, kalau mau lebih banyak hari libur, maka yang diperbanyak adalah jumlah agama. Masyarakat yang berlainan agama menerima hari libur sebagai titah rohani, berkah ekonomi, atau pemanjaan tubuh.
Kenapa, misalnya, masyarakat global kebanyakan libur kerja atau sekolah di hari Minggu? Itu adalah urusan teologis yang disepakati secara politis, sebagaimana negara-negara yang meliburkan warganya di hari Jumat. Minggu adalah hari kebaktian umat Kristiani, sedang Jumat hari yang dimuliakan umat muslim untuk salat Jumat. Nyatanya, di hari yang diliburkan itu kita tak sekadar beribadah, tapi juga bersantai atau berpiknik.
Hari libur bukan semata-mata hari yang kudus lagi. Hari libur adalah konstruksi teologis, kultural, dan politis sekaligus. Masyarakat multiagama dan multikultur bebas menafsir dan mengisi kegiatan hari libur.
Berita terkait
Kawah Ijen Tutup Akhir April dan Awal Mei 2024
12 hari lalu
Dengan meningkatnya jumlah pengunjung selama masa liburan, tekanan terhadap lingkungan alam Kawah Ijen juga meningkat.
Baca SelengkapnyaAlasan Gunung Bromo Ditutup Sementara di Akhir April 2024
14 hari lalu
Gunung Bromo akan ditutup sementara mulai dari 25 April 2024
Baca SelengkapnyaEvaluasi Angkutan Lebaran 2024, MTI Minta Pemerintah Lakukan Pengawasan Angkutan Gelap
16 hari lalu
Wakil Ketua MTI Djoko Setijowarno memaparkan catatan evaluasi transportasi selama momentum Lebaran 2024.
Baca SelengkapnyaLebaran 2024, Jumlah Penumpang Pesawat di 20 Bandara AP II Tembus 4,07 Juta Orang
16 hari lalu
Jumlah pergerakan penumpang di 20 bandara yang dikelola PT AP II pada periode angkutan lebaran 2024 mencapai 4,07 juta orang.
Baca Selengkapnya4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran
16 hari lalu
Simak tips meningkatkan semangat bekerja setelah libur lebaran agar kamu lebih fresh.
Baca SelengkapnyaWisata Bahari Kejawanan Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan saat Libur Lebaran di Cirebon
17 hari lalu
Selama 11-15 April di libur Lebaran, ada lebih dari 50 ribu wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon.
Baca SelengkapnyaOperasi Ketupat Candi 2024 Polda Jawa Tengah: 533 Kecelakaan, 20 Orang Tewas
17 hari lalu
Polda Jawa Tengah menggelar Operasi Ketupat Candi 2024 selama masa libur lebaran. Kecelakaan Bus Rosalia Indah jadi kasus yang menonjol.
Baca SelengkapnyaKunjungan Wisatawan ke Nusa Dua dan Mandalika Naik Drastis selama Libur Lebaran 2024
17 hari lalu
ITDC mencatat jumlah kunjungan wisatawan ke Nusa Dua dan Mandalika pada periode 8-18 April mencapai 47.786 orang.
Baca SelengkapnyaTol Yogya-Solo Kembali Ditutup Pasca Libur Lebaran, Berapa Total Kendaraan yang Melintas ?
17 hari lalu
Akses keluar yang menjadi favorit pengguna Jalan Tol Yogya-Solo adalah arah Ngawen sebanyak total 40.965 kendaraan.
Baca SelengkapnyaTiga Hari usai Libur Lebaran, Penumpang Harian Commuterline Sudah 954 Ribu Lebih
18 hari lalu
Tiga hari kerja setelah libur panjang Lebaran, rata-rata pengguna Commuterline Jabodetabek mencapai 954.715 orang per hari.
Baca Selengkapnya