Jangan Menyerah Soal Newmont

Penulis

Jumat, 12 Juli 2013 03:01 WIB

Pemerintah semestinya berupaya sekuat tenaga membeli 7 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara. Membiarkan saham tambang emas ini jatuh ke tangan pemerintah daerah sama saja dengan melupakan kepentingan negara. Apalagi daerah jelas tak memiliki duit untuk membayar saham senilai Rp 2,3 triliun itu dan terkesan hanya dimanfaatkan oleh perusahaan swasta.

Sikap pasrah tersebut diperlihatkan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, yang menyerukan agar saham Newmont diberikan kepada pemerintah daerah. Bila daerah tidak sanggup membeli, menurut Hatta, barulah badan usaha milik negara mengambilnya. Tapi opsi terakhir tampak basa-basi. Sudah pasti Provinsi Nusa Tenggara Barat bersedia membelinya kendati tak menggunakan duit sendiri.

Perebutan saham tersebut bermula dari kewajiban PT Newmont mendivestasikan sahamnya sehingga saham asing di perusahaan ini hanya 49 persen. Kini, Nusa Tenggara Partnership B.V. (Newmont-Sumitomo)--operator penambangan emas-- masih menguasai 56 persen saham. Porsi saham yang lain sudah dipegang perusahaan nasional, yakni PT Pukuafu Indah (17,8 persen), PT Indonesia Masbaga Investama (2,2 persen), dan PT Multi Daerah Bersaing (24 persen). Yang terakhir adalah perusahaan patungan pemerintah daerah dengan PT Multicapital dari Grup Bakrie.

Pada era Menteri Keuangan Agus Martowardojo, pemerintah sudah membeli 7 persen saham Newmont. Tapi upaya ini digagalkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Konflik Agus-DPR bahkan sampai ke Mahkamah Konstitusi, yang berakhir dengan kekalahan Menteri Keuangan. Putusan MK mensyaratkan bahwa pembelian saham itu harus seizin Dewan. Kepentingan yang bermain di balik sengketa ini sebetulnya simpel. Berbeda dengan sikap Agus yang mengutamakan kepentingan negara, kalangan politikus Senayan cenderung melepas saham itu ke "pemerintah daerah".

Kini sikap Hatta semakin menunjukkan kegagalan pemerintah membeli saham Newmont. Kesalahan yang sama akan terulang. Dalam divestasi saham Newmont sebelumnya, pemerintah daerah dibiarkan membeli saham dengan modal dengkul. Di atas kertas, daerah memiliki saham lewat PT Multi Daerah. Tapi posisi pemerintah daerah lemah karena hanya mengantongi 25 persen saham. Adapun porsi saham terbesar (75 persen) dipegang oleh perusahaan Grup Bakrie.

Advertising
Advertising

Ketika membeli 24 persen saham Newmont, PT Multi Daerah juga menggunakan utang berbunga tinggi dari PT Bumi Resources--salah satu perusahaan Grup Bakrie. Belakangan, saham PT Multi Daerah pun digadaikan. Praktis, dividen yang seharusnya dinikmati masyarakat Nusa Tenggara Barat habis untuk mencicil utang.

Pemerintah seharusnya berusaha lebih keras melobi DPR agar mengizinkan badan usaha milik negara membeli saham Newmont seperti harapan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Kalaupun ingin menambah porsi sahamnya, pemerintah daerah bisa saja bergandengan dengan BUMN, bukannya berpartner dengan swasta. Sikap menyerah Menteri Hatta hanya membuat negara kehilangan peluang untuk ikut mengontrol tambang emas itu--aset yang semestinya bisa dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berita terkait

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

58 detik lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

2 menit lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

Media AS Sebut Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel soal Gaza

2 menit lalu

Media AS Sebut Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel soal Gaza

Menurut media asal AS, Arab Saudi menangkap warganya karena mengkritik Israel di media sosial terkait perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

2 menit lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Laporan Investigasi: Indonesia Impor Spyware dari Perusahaan Israel

10 menit lalu

Laporan Investigasi: Indonesia Impor Spyware dari Perusahaan Israel

Indonesia dikabarkan tengah mengimpor Indonesia tengah mengimpor sejumlah produk spyware dan pengawasan yang sangat invasif dari Israel.

Baca Selengkapnya

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

10 menit lalu

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

Nila Armelia Windasari, dosen muda ITB menceritakan pengalamannya meraih gelar doktor di usia 27 tahun.

Baca Selengkapnya

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

16 menit lalu

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

Kepolisian Philadelphia menolak permintaan Universitas Pennsylvania untuk membubarkan paksa perkemahan mahasiswa pendukung demo Palestina

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

19 menit lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

24 menit lalu

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

Kento Momota ingin membuat lebih banyak orang mencintai bulu tangkis lebih dari dia mencitainya usai resmi pensiun.

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Peras Pengusaha yang Mau Investasi Kejati Bali: Baru Pertama Kali Terungkap

25 menit lalu

Bendesa Adat Peras Pengusaha yang Mau Investasi Kejati Bali: Baru Pertama Kali Terungkap

Kejaksaan Tinggi Bali melakulan operasi tangkap tangan terhadap Bendesa Adat yang diduga memeras seorang pengusaha.

Baca Selengkapnya