Perpecahan Pemimpin PKI

Penulis

Sabtu, 5 Agustus 1978 00:00 WIB

PADA waktu D.N. Aidit berumur 27 tahun, yakni di tahun 1951 ia mengambil-alih kepemimpinan PKI. Bersama dia adalah Lukman, 30 tahun. Sudisman, 30 tahun. Dan yang termuda adalah Nyoto, 25 tahun. Sampai dengan saat kehancuran PKI di tahun 1965-1966, keempat pemimpin komunis itu nampak dari luar sebagai suatu empat serangkai yang kompak. Tapi kenyataan di balik tembok itu agaknya tak selalu demikian. Hancurnya Partai membongkar apa yang selama itu tersembunyi. Di dalam dan di luar sel tahanan, orang-orang komunis atau simpatisan PKI mulai melihat kekurangan para pemimpin besar dan kecil mereka. Salah taktik yang selama ini dianggap tak mungkin dilakukan sang pemimpin, egoisme yang sebelumnya tersembunyi di sementara tokoh, bahkan pengkhianatan serta saling fitnah, adalah hal-hal buruk yang tibatiba menjadi lebih buruk di dalam krisis -- meskipun pukulan nasib dan kekalahan tak jarang menimbulkan kembali sifat yang kuat dan mulia pada manusia. Perpecahan itu kemudian menjadi lebar. Seperti yang ditulis oleh Guy J. Pauker dalam artikelnya The Rise and Fall of The Communist Party of Indonesia, dalam mencoba melakukan reorganisasi, sisa-sisa PKI terbagi oleh perbedaan doktrin. Di bawah Jusuf Adjitorop yang kini berada di Peking, seruannya mengandung pujaan kepada Mao Tse-tung. Tapi sebuah grup lain, yang menamakan diri "Grup Marxis-Leninis PKI", mengutuk para pemimpin PKI yang menurut mereka dikendalikan Peking hingga "bermain judi" dengan "Gerakan 30 September". Di antara Politbiro PKI yang lama sendiri, pukulan setelah 1 Oktober 1965 menyebabkan Sudisman dengan bahasa samar, tapi mudah ditebak, menyesali Aidit. Sebagaimana dikutip Pauker, tulisan Sudisman yang berisi "otokritik" mengecam "gaya kerja", yang telah memberi kekuasaan kepada pimpinan Partai untuk "membangun saluran organisasi mereka sendiri di luar kontrol Politbiro dan Sentral Komite". Dalam kata-kata yang lebih terang, yang dimaksudkannya nampaknya ialah tindakan Aidit membentuk Biro Khusus, dengan ketua Sjam -- seorang yang hanya bisa dekat kepadanya. Di dalam PKI pun rasanya berlaku juga kodrat, bahwa wewenang yang berada di luar kontrol amat mudah mencelakakan orang. Sebab sebuah partai, biar pun itu sebuah organisasi yang doktriner dan menuntut disiplin semacam Partai Komunis, pada akhirnya terdiri juga dari manusia -- dengan moment-momentnya yang lemah. Hanya siapa bisa mengatakan kelemahan Aidit waktu dia di puncak sana, meskipun mungkin dia tak disukai? Bahkan konon seorang penyair Lekra yang merupakan orang setianya, S.W. Kuntjahjo, pernah memujanya dalam syair: "Matanya seperti bulan". Yang menarik ialah bahwa bila yang menang dianggap tak bisa bersalah, orang lain yang surut dalam persaingan dengan mudah dikecam. Konon, yang semacam ini terjadi pada diri Njoto. Kita tak tahu persis bagaimana latarbelakang orang ini. Ia dikatakan lahir di Jawa Timur -- Besuki, Jember atau Blitar entahlah -- di tahun 1925. Ayahnya konon seorang pekerja PKI, di Solo, yang kemudian pada tahun 1925 lari ke Besuki dan menjadi pedagang. Tapi latar belakang ini tak cukup menjelaskan bagaimana tokoh kurus berkacamata dengan wajah guru yang ramah ini, bisa menguasai bahasa Belanda, Inggeris, Rusia, pandai jadi dirigen, main musik, menulis puisi, sarat dengan bacaan, suka makan enak, charmant, dan sangat cocok dengan gaya hidup seorang Bung Karno. Mungkin justru karena itu, karena ia hangat, suka lelucon dan suka wanita, ia harus bentrok dengan orang keras-kaku seperti Oloan Hutapea, anggota CC PKI yang kemudian pelan-pelan menggeser Njoto dari Harian Rakyat. Rex Mortimer, dalam Indonesian Communism under Sukarno, menyebut Njoto dan Hutapea sebagai "musuh pribadi dan politik yang pahit" menjelang tahun 1964. Kabarnya suatu ketika Njoto dituduh jatuh cinta kepada seorang wanita Rusia, seorang penterjemah yang pandai dan cantik -- dan nekad mau meninggalkan isterinya. Partai konon marah besar kepadanya -- sebagaimana konon orangorang PKI lain marah, ketika intelektuil ini berkirim surat dari perjalanan ke Mesir: ia cuma bercerita tentang mengintip perempuan Mesir lagi mandi!

Berita terkait

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.

Baca Selengkapnya

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

28 September 2023

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

Menjelang meletusnya G30S 1965, situasi politik sangat tegang. PKI dan TNI bersitegang soal angkatan kelima.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

5 Mei 2023

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

Pemikiran Karl Marx dituangkan pada sejumlah buku, dua di antaranya adalah Das Kapital dan Communist Manifesto.

Baca Selengkapnya

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

26 Februari 2023

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

Tan Malaka salah satu pahlawan nasional, dengan banyak nama. Pemikirannya tentang konsep bangsa Indonesia diserap Sukarno - Hatta.

Baca Selengkapnya

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

7 Januari 2023

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

PM Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan tak akan menerima LGBT, sekularisme, dan komunisme di pemerintahannya. Ia mengatakan telah difitnah.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

29 November 2022

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

Juru Bicara Tim Sosialisasi RKUHP, Albert Aries mengatakan pasal 188 tidak akan mencederai kebebasan berpikir dan berpendapat.

Baca Selengkapnya

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

29 November 2022

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

Anggota DPR Komisi Hukum Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari, menilai perlu ada tafsir ketat terhadap pasal 188 RKUHP.

Baca Selengkapnya

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

26 September 2022

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

G30S menjadi salah satu peristiwa kelam perjalanan bangsa ini. Berikut situasi-situasi menjadi penyebab peristiwa itu, termasuk dampak setelah G30S.

Baca Selengkapnya

Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

11 Juli 2022

Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

RKUHP juga menyebut penyebaran ideologi komunisme atau marxisme-leninisme juga diancam penjara, kecuali belajar untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Hari Lahir Pancasila Jadi Hari Libur Nasional?

1 Juni 2022

Sejak Kapan Hari Lahir Pancasila Jadi Hari Libur Nasional?

Pemerintah belakangan menetapkan Hari Lahir Pancasila sebagai hari libur nasional. Sejak kapan hal tersebut berlaku?

Baca Selengkapnya