Kelas Atas Tidak Dapat Diubah

Penulis

Sabtu, 23 September 1978 00:00 WIB

INGGERIS, di tahun 1820-an, adaIah negeri yang muram. Sebuah majalah yang bernama The Lion di tahun 1828 misalnya bercerita tentang nasib Robert Blincoe. Bukan kisah khayal, tapi tak kurang mengerikannya. Blincoe adalah seorang anak. Sebagaimana banyak anak melarat di zaman itu, ia bekerja bersama 80 kawannya di pabrik. Dan seperti anak-anak sebayanya yang berumur sekitar 10 tahun, Blincoe bekerja siang malam -- dan dicambuki. Cambuk itu bukan cuma buat menghukum yang bersalah, tapi juga buat melecut kerja lebih keras. Bahkan ketika Blincoe dipindahkan ke pabrik lain di Litton, majikannya punya kemampuan spesial: pandai menjepit kuping buruh anak-anak, hingga kuku jarinya saling bertemu menembusi daging daun telinga. Memang, kekejaman seperti itu merupakan bentuk ekstrim, dan bukan kelaziman. Namun Inggeris, di tahun 1820-an, memang mengandung dasar kebrutalan itu. Buruh terinjak. Si miskin tak punya pelindung. Jam bekerja merentang keras selama 16 jam. Mereka tak bisa punya pilihan lain. Sebab sementara itu mesin-mesin sudah mapan dipergunakan. Teknologi baru ini dengan mudah bisa menyisihkan kaum buruh -- buat digantikan dengan perkakas yang tak pernah mengeluh. Kebutuhan akan kerja menyebabkan terjadinya persaingan antara mesin dengan manusia. Dalam dasawarsa pertama abad ke-19, protes dan kekerasan terhadap teknologi menjalar di mana-mana di Inggeris. Kelas bawah marah. Sastrawan Walter Scott, yang tak termasuk kelas bawah, berduka: "Negeri ini dipasangi ranjau di bawah kaki kita." Keadaan memang mirip itu. Bahkan sampai beberapa puluh tahun kemudian, tatkala di tahun 1848, sebuah pamflet terbit dengan kalimat pertama ini: "Sesosok hantu sedang menghuni Eropa-hantu Komunisme." Penulisnya Karl Marx. Judulnya Manifesto Komunis. Tapi Marx bukan satu-satunya pemberi isyarat buat zaman yang sumpeg itu. Beberapa tahun sebelumnya ada seoran aneh: Robert Owen. Owen lahir di keluarga miskin di Wales di tahun 1771. Melalui proses bekerja pada seorang pemilik pabrik pintal besar, ia pelan-pelan meningkatkan nasib. Tertarik oleh semangat Owen si pemilik pabrik memberinya seperempat bagian saham. Kemudian Owen menikah dengan seorang gadis, anak seorang pemilik pabrik lain. Pabrik itu sedang mau dijual. Dan Owen membelinya. Tapi itu hanya sebagian dari riwayatnya yang gemilang. Di New Lanark, pabrik Owen yang bertingkat tujuh ditandai bukan oleh kemegahan, tapi suara kemanusiaan. Sementara di tempat lain kata "pabrik" hampir identik dengan "penindasan", di daerah dekat Glasgow, Skotlandia itu pabrik milik Owen bersinar sejuk. Di situ ada perumahan buruh. Tak ada anak yang dipekerjakan. Tak ada Robert Blincoe. Mereka bersekolah. Kalau ada yang bekerja, itu pun terdiri dari remaja. Dan mereka tak tinggal sepanjang hari. Di kalangan buruh, disiplin tegak bukan oleh ketakutan. Bawahan bahkan boleh mengadu, bila diperlakukan tak adil. Sebuah sorga di bumi? Mungkin hanya di New Lanark. Robert Owen, yang kemudian mencoba proyek lain yang lebih besar untuk melaksanakan ide-idenya, beberapa kali gagal. Bahwa ia tak pernah putus-asa adalah karena padanya ada sikap naif. Padanya ada kepercayaan bahwa manusia baik, dan penderitaan manusia dapat diakhiri. Mungkin itulah sebabnya Owen termasuk yang disebut sebagai pemikir "sosialis Utopia". Ia, tentu saja, ditertawakan oleh kaum komunis. Sebab, seperti yang ditulis oleh Robert L. Heilbroner dalam The Worldly Philosophers, berbeda dengan kaum komunis, orang "sosialis Utopia" berbicara kepada kelas atas. Mereka berharap dapat membujuk kelas atas bahwa perubahan sosial akan bermanfaat juga bagi kelas atas itu sendiri. Sebaliknya kaum komunis berbicara kepada mereka yang di bawah. Mereka toh tak percaya bahwa kelas di atas itu bisa dirubah, hanya dengan bujukan. Di Rusia di tahun 1917 mereka merubahnya dengan tembakan.

Berita terkait

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

4 hari lalu

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

Goenawan Mohamad mengatakan etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

4 hari lalu

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

Dies Natalis Politeknik Tempo kali ini mengambil tema "Kreativitas Cerdas Tanpa Batas" dihadiri segenap civitas akademika Politeknik Tempo.

Baca Selengkapnya

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

13 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

55 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

59 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

6 Maret 2024

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.

Baca Selengkapnya

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.

Baca Selengkapnya

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya