Sebutan Kaya Dianggap Tidak Sopan

Penulis

Sabtu, 25 November 1978 00:00 WIB

SUDAHLAH, jangan kepingin kaya. Buat apa? Jangan tegang, biar rupiahmu kena kebijaksanaan 15 Nopember -- yang cuma kau cemaskan ribut-ributnya, tapi sebenarnya tak kau pahami betul. Tenang. Pakailah filsafat sedikit. Viva brevis, rupiah lebih brevis lagi. Begitulah nasehat deras seorang kawan kepada seorang kawannya. Yang diberi nasehat diam saja. Kau pasti pernah dengar ucapan Ki Hadjar Dewantara ini, eh salah, Ki Ageng Suryomentaram barangkali, bahwa "Rengeng-rengeng adol dhawet . . . " Yang diberi nasihat, tak faham bahasa Jawa, diam saja. Artinya si penjual cendol di tepi jalan ternyata bisa berbahagia, sementara yang naik mobil itu menangis tertahan. Kekayaan, dengan kata lain, belum tentu menyebabkan . . . apa namanya itu . . bahagia. Yang diberi nasihat, capek dengan kalimat klise, diam saja. Kalau begitu aku teruskan. Yaitu bahwa kodrat manusia bukanlah buat mencari uang, juga bukan buat jadi kaya. Manusia sebagai homo economicus hanya abstraksi dari pemikir kapitalis, atau mereka yang sinis, yang yakin bahwa manusia diciptakan haus harta. Tidak. Bukan. Aristoteles benar. Manusia bukan makhluk ekonomi, melainkan makhluk sosial. Yang diberi nasihat kini melotot. Kau mau khotbahi aku dengan Mao Tsetung! Kau mau bilang bahwa "rangsangan materiil" untuk bekerja buat masyarakat adalah dasar masyarakat kapitalis -- yakni keserakahan! Kau inginkan manusia seperti robot pengabdi! Utopis! Yang memberi nasihat diam sejenak. Lalu ia melanjutkan. Aku cuma mengutip Karl Polanyi. Siapa itu Polanyi aku tak tahu, tapi ia mengatakan bahwa ekonomi pasar telah menciptakan kesalahfahaman, bahwa determinisme ekonomi adalah hukum umum masyarakat manusia. Padahal motif kita, dorongan niat manusia, tak pernah per se bersifat ekonomis. Sayangnya itulah yang kini terjadi kawan. Juga di RRC. Kau mau apa? Aku terus-terang tak kepingin jadi orang kaya. Dunia tetap membenci orang kaya Di Mesir, Nasser katanya pernah membatasi penghasilan orang. Kalau lebih dari batas tertentu, harus diambil buat negara, yang katanya mewakili masyarakat banyak. Apalagi di RRC di bawah Mao. Bahkan di Inggeris orang kaya dipajak hebat-hebatan, sampai penyanyi laris dan bintang film dan milyuner lain lebih baik tinggal di luar negeri. Di Perancis mereka bisa tetap berduit lebih, tapi siapa tahu. Di Itali sudah ada Brigade Merah. Semua benci orang kaya. Bahkan juga William Benton. Siapa itu Benton? Ia seorang kaya yang mengatakan bahwa ia tidak kaya, ketika di tahun 1968 majalah Fortune menyatakannya termasuk orang terkaya di Amerika Serikat. Ia memang pemilik perusahaan yang membiayai dan menerbitkan Encyclopaedia Britannica, dan itu berarti bisnis besar. Tapi Benton rupanya tidak suka kaya. Ia menyatakan jadi kaya di luar kehendaknya. Sejak mula ia, anak seorang profesor, sudah bertekad: akan meninggalkan dunia bisnis begitu hidupnya sudah lumayan enak. Dan betul. Ia mengundurkan diri dari usaha waktu umur 35 tahun. Tapi ia kaya. Tapi ia tambah kaya. Sehabis berhenti dari bisnis, ia ketemu seorang kawan yang kepepet. Perusahaan kecilnya, yang membikin sepatu, perlu tambahan modal sedikit. Benton cuma mau menolong, dan mengasih $5000. Eh, dalam waktu sepuluh tahun, bagian Benton dari perusahaan itu jadi $125.000. Dan waktu ia menyelamatkan Encyclopaedia Britannica dari kebangkrutan dan kemacetan, ia juga mungkin tak menyangka akan sukses. Siapa akan bisa bikin duit dari mengongkosi penerbitan ensiklopedi? Ternyata duit datang ke Benton, terus. Akhirnya ia hidup sederhana, dan menyatakan bahwa hampir seluruh penghasilannya ia peruntukkan buat Britannica. Maka memasukkan dirinya ke dalam kelas orang kaya raya, menurut penilaiannya, bukan saja keliru, tapi tak sopan. Mengapa sebutan kaya dianggapnya tak sopan? Entahlah. Barangkali ia seorang Pancasilais.

Berita terkait

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

2 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

7 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

7 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

9 hari lalu

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Tony Blair dan Prabowo Subianto berdiskusi membahas isu-isu global dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju

Baca Selengkapnya

Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

24 hari lalu

Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

Muhadjir Effendy menyebut program perlinsos ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya

Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

24 hari lalu

Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

Tak hanya Muhadjir, tiga menteri lain juga turut memberikan keterangan terkait bansos di sidang sengketa pilpres hari ini.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Produksi Kakao Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Gorontalo

35 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Produksi Kakao Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Gorontalo

Bantuan Jepang ini, diharapkan bisa menaikkan pendapatan petani berskala kecil dan mengentaskan kemiskinan di Provinsi Gorontalo

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

49 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

53 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

54 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.

Baca Selengkapnya