Belanda Masih Setengah Hati

Penulis

Rabu, 4 September 2013 02:42 WIB

Boleh saja Belanda meminta maaf atas peristiwa pembantaian pada masa Perang Kemerdekaan. Rasa penyesalan ini patut dihargai. Namun masalahnya bukan sekadar soal urusan kemanusiaan, tapi juga sikap politik. Belanda sejauh ini belum meminta maaf atas seluruh kejadian buruk pada masa penjajahan dan belum mengakui Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Permintaan maaf itu akan disampaikan oleh Duta Besar Belanda untuk Indonesia pada 12 September nanti. Ia berencana mengundang 10 janda korban pembantaian oleh tentara Belanda di bawah komando Kapten Raymond Pierre Paul Westerling pada 1946-1947. Mereka akan mendapat santunan 20 ribu euro atau sekitar Rp 300 juta per orang.

Langkah tersebut amat terlambat, sehingga banyak keluarga korban sudah keburu meninggal. Diyakini, pembantaian oleh pasukan Westerling menyebabkan puluhan ribu orang tewas. Belanda juga terkesan menanggapi persoalan satu per satu dan tak berupaya menuntaskan seluruh pelanggaran kemanusiaan. Dua tahun lalu, Belanda meminta maaf pula atas peristiwa Rawa Gede, di Karawang, Jawa Barat, pada 1947, dan memberikan santunan kepada keluarga korban.

Cara Belanda menyelesaikan persoalan seperti itu akan bertele-tele. Soalnya, banyak sekali peristiwa serupa terjadi di Tanah Air pada masa Perang Kemerdekaan. Menurut catatan para pegiat hak asasi manusia, selama kurun 1945-1949 terjadi tak kurang dari 76 kasus kejahatan perang Belanda yang berpotensi untuk dibawa ke pengadilan. Salah satunya, pembantaian di Pasar Kembang, Solo, saat agresi Belanda.

Masalah lain yang lebih mendasar, hingga saat ini Belanda tetap menganggap pembantaian itu dilakukan oleh pemerintah kolonial terhadap warganya. Sikap ini tertuang jelas dalam putusan pengadilan Den Haag mengenai kasus Rawa Gede. Ini berarti Belanda tetap memandang bahwa Indonesia baru merdeka pada 1949 setelah diadakan Konferensi Meja Bundar, bukan pada 1945.

Advertising
Advertising

Sikap politik itu amat disesalkan karena berpengaruh terhadap cara Belanda melihat berbagai peristiwa pada 1945-1949. Perlawanan para gerilyawan di banyak daerah pada kurun waktu itu hanya dianggap sebagai gerakan pemberontak, dan bukan sebuah perang untuk mempertahankan kemerdekaan. Jangan heran bila peristiwa Rawa Gede dan pembantaian Westerling pun bukan dilihat sebagai kejahatan perang, melainkan kejahatan negara atas warganya.

Pemerintah Belanda semestinya tak bersikap setengah hati bila ingin mengubah pandangan atas Indonesia. Para pemimpin dan prajurit yang gugur dalam Perang Kemerdekaan jelas kita junjung sebagai pahlawan. Aneh bila Belanda melihatnya sebagai para pengganggu ketertiban.

Tanpa perubahan pandangan politik, langkah Belanda kurang bermakna. Permintaan maaf atas peristiwa Rawa Gede dan pembantaian oleh pasukan Westerling itu hanya akan menyentuh keluarga korban, dan bukan seluruh bangsa Indonesia.

Berita terkait

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

55 menit lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya

Gempa Bikin Warga Garut Berhamburan dan Trauma, Kaca Jendela Bergetar Kencang

1 jam lalu

Gempa Bikin Warga Garut Berhamburan dan Trauma, Kaca Jendela Bergetar Kencang

Masyarakat Kabupaten Garut, Jawa Barat, dikagetkan dengan gempa bumi yang terjadi pada Sabtu malam, 27 April 2024, sekitar pukul 23.30 WIB.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Menjelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

2 jam lalu

5 Fakta Menjelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Duel timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 akan digelar di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Senin, 29 April.

Baca Selengkapnya

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

3 jam lalu

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

BMKG memperbarui informasi gempa yang mengguncang kuat dari laut selatan Pulau Jawa pada Kamis menjelang tengah malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Ditekuk Newcastle, Sheffield Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

3 jam lalu

Hasil Liga Inggris: Ditekuk Newcastle, Sheffield Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

Sheffield United dipastikan menjadi tim pertama yang terdegradasi dari Liga Inggris (Premier League) musim 2023/24.

Baca Selengkapnya

Real Madrid di Ambang Juara Liga Spanyol, Carlo Ancelotti Segera Lewati Catatan Prestasi Zinedine Zidane

3 jam lalu

Real Madrid di Ambang Juara Liga Spanyol, Carlo Ancelotti Segera Lewati Catatan Prestasi Zinedine Zidane

Real Madrid selangkah lagi menjadi juara Liga Spanyol 2023-2024. Pelatih Carlo Ancelotti segera bisa melewati catatan prestasi Zinedine Zidane.

Baca Selengkapnya

Jelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Pelatih Timur Kapadze Analisis Skuad Garuda

3 jam lalu

Jelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Pelatih Timur Kapadze Analisis Skuad Garuda

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 akan digelar di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, pada Senin malam WIB.

Baca Selengkapnya

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

3 jam lalu

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

Pakar Komunikasi Digital bagikan tips agar masyarakat tidak tertipu oleh konten rekayasa teknologi artificial intelligence (AI) saat belanja online

Baca Selengkapnya

Gempa M6,5 Malam Ini, Guncangan Terkuat di Sukabumi dan Tasikmalaya

3 jam lalu

Gempa M6,5 Malam Ini, Guncangan Terkuat di Sukabumi dan Tasikmalaya

Berikut data dan penjelasan dari BMKG tentang sebaran dampak gempa itu dan pemicunya.

Baca Selengkapnya

Serial Secret Ingredient Dibantu 3 Alih Bahasa

4 jam lalu

Serial Secret Ingredient Dibantu 3 Alih Bahasa

Nicholas Saputra menceritakan berbagai hal menarik soal proses syuting "Secret Ingredient". Salah satunya soal penggunaan beberapa alih bahasa.

Baca Selengkapnya