Mao tse-tung dan kekuasaan

Penulis

Sabtu, 2 April 1977 00:00 WIB

DI TAHUN 1976 Mao Tse-tung menulis sebuah pesan berbentuk sajak. Buat Chiang Ching, isterinya - sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Roxane Witke, setelah wawancaranya yang terkenal dengan wanita itu. "Kata-kata yang sedikit ini mungkin pesanku yang terakhir untukmu", tulis Mao. "Hidup manusia terbatas, tapi revolusi tak mengenal tepi. Dalam perjuangan selama sepuluh tahun terakhir ini aku telah mencoba mencapai puncak revolusi, tapi aku tak berhasil. Kau mungkin bisa mencapai yang tartinggi. Jika kau gagal, kau akan terjun ke dalam ngarai yang tak terukur dalamnya. Tubuhmu akan lumat. Tulangmu remuk". Kita tak tahu bagaimana nasib Chiang Ch'ing kini, kecuali bahwa dia - dalam tata kekuasaan - memang telah jatuh ke ngarai yang ngeri itu. Beberapa tahun yang lalu ia hampir merupakan wanita paling barkuasa di dunia. Kini segala jenis makian dan kebencian dimuntahkan kepadanya. Rasanya jadi jelas apa yang ingin dilukiskan oleh Mao. Jika ia sendiri menyatakan, bahwa ia tak berhasil mencapai "puncak revolusi", ia pastilah bukan si "mahakuasa" di Tiongkok modern. Setiap rakyat memang beramai-ramai memasang gambarnya, mengutip kata-katanya (bagaikan doa) dan menyatakan kepatuhannya kepada sang Ketua -- tapi itu rupanya tak menjamin suatu kesempatan yang penuh bagi Mao. Bukan karena kesetiaan itu pasti palsu. Tapi karena memang tidak ada jaminan bagi siaPapun juga, bahwa kekuasaan bisa bekerja sampai penuh. Mao Tse-tung kemudian menemui ada musuh dalam partainya sendiri. Ia bahkan merasakan bahwa tempat tinggalnya disusupi mata-mata. Dalam cerita Chiang Ch'ing, disebutkan bagaimana Lin Piao, orang yang ditunjuknya jadi calon penggantinya, ternyata kemudian meracuni makanan Mao secara pelan-pelan. Dan kenyataan bahwa Mao tak bisa menjamin masa depan isterinya sendiri, memperlihatkan segi tragik dari kekuasaan itu sendiri. Segi tragik itu ialah tidak cocoknya niat berkuasa dengan tidak pernah mutlaknya kekuasaan itu. Segi tragik itu semakin jelas, bila kita saksikan bagaimana niat ke pusat kekuasaan itu sering mengorbankan banyak hal -- dan betapa kegagalannya bisa berarti kehancuran, hingga "tubuhmu akan lumat", dan "tulangmu remuk". Maka sungguh perlukah orang menempuh jalan yang kejam untuk memperolehnya? Seringkali, sayangnya, kita tidak dapat menjawab masalah itu dengan mudah. Sejarah dapat memperlihatkan hal-hal yang suram dan memaksa orang untuk memandang dingin. Di waktu kecil gadis yang kemudian bernama Chiang Ch'ing itu berjalan pulang dari sekolah. Ada seorang lelaki tua memanggul pikulan. Di tiao ujungnya bergantung kepala manusia, habis dihukum Pancung oleh penguasa, masih mengucurkan darah. Gadis kecil itu pun lari pulang, melemparkan bukunya dan roboh di tempat tidurnya, jadi demam. "Saya kira itu cukup untuk menunjukkan pada anda sesuatu dari masa kecil saya", ujarnya kemudian dengan kalem. Kita tak tahu apakah di matanya tersirat pedang dan darah: lambang yang salah bagi pengertian kekuasaan.

Berita terkait

Kemenhub Jelaskan Alasan Pangkas Bandara Internasional Jadi 17

2 menit lalu

Kemenhub Jelaskan Alasan Pangkas Bandara Internasional Jadi 17

Kemenhub memangkas sejumlah bandara internasional yang dinilai belum memanfaatkan perjalanan internasional.

Baca Selengkapnya

Polisi Ciduk 12 Remaja Diduga akan Tawuran di Jakarta Barat, Sita 5 Celurit dan 1 Pedang

3 menit lalu

Polisi Ciduk 12 Remaja Diduga akan Tawuran di Jakarta Barat, Sita 5 Celurit dan 1 Pedang

Para remaja yang kedapatan hendak tawuran itu dibawa ke Polsek Kebon Jeruk dan Polsek Palmerah.

Baca Selengkapnya

Westlife Hadirkan Christian Bautista sebagai Tamu Spesial Konser di Candi Prambanan

6 menit lalu

Westlife Hadirkan Christian Bautista sebagai Tamu Spesial Konser di Candi Prambanan

Selain Christian Bautista, Westlife akan membawa pertunjukan konsep baru ke dalam konser mereka di Candi Prambanan pada 7 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Kisah Dokter Gigi dari Universitas Gaza, Awalnya Bahagia Kini Hidup Terasa Hampa

6 menit lalu

Kisah Dokter Gigi dari Universitas Gaza, Awalnya Bahagia Kini Hidup Terasa Hampa

Naim berasal dari keluarga dokter dan dokter gigi. Dia hidup gelimang kebahagiaan, namun penjajahan Israel telah membuat hidupnya hampa.

Baca Selengkapnya

5 Tips Atasi Mata Panda

17 menit lalu

5 Tips Atasi Mata Panda

Paparan sinar matahari yang berlebihan juga bisa memperburuk kondisi mata panda Anda.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga 1: Persebaya Surabaya Kalahkan Persik Kediri 2-1

17 menit lalu

Hasil Liga 1: Persebaya Surabaya Kalahkan Persik Kediri 2-1

Persebaya Surabaya berhasil menutup perjalanan di Liga 1 2023-2024 dengan kemenangan atas Persik Kediri.

Baca Selengkapnya

Prabowo Mengaku Disiapkan Jokowi dengan Matang untuk Jadi Presiden

19 menit lalu

Prabowo Mengaku Disiapkan Jokowi dengan Matang untuk Jadi Presiden

Prabowo mengungkapkan hal itu di acara PBNU.

Baca Selengkapnya

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

25 menit lalu

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran membantah banyak wisatawan pulang mendadak dan sebabkan kemacetan pasca-guncangan gempa pada dinihari tadi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

31 menit lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

31 menit lalu

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

OIKN bakal mengembangkan sistem transportasi cerdas di IKN.

Baca Selengkapnya