Mimpi Swasembada Kedelai

Penulis

Kamis, 12 September 2013 00:42 WIB

Pemerintah semestinya berhenti mengeluh soal melambungnya harga kedelai. Ini kejadian yang selalu berulang saban tahun. Diperlukan lebih dari sekadar janji untuk mengatasi krisis bahan pangan strategis ini. Kementerian Pertanian terbukti gagal memenuhi janji swasembada kedelai. Kementerian Perdagangan pun tak mampu menata impor supaya terjadi persaingan yang sehat dan bebas dari dominasi segelintir pemain.

Sulit untuk tidak bergantung pada kedelai impor. Kebutuhan rata-rata adalah 2,8 juta ton per tahun, sedangkan produksi kedelai lokal hanya mampu memasok sekitar 30 persennya. Ini berkebalikan dari keadaan pada 1992, ketika Indonesia mampu berswasembada kedelai dengan dukungan lahan 1,66 juta hektare. Luas area tanam kedelai tinggal 678 hektare pada 2001, dan nyaris tak pernah beranjak naik hingga sekarang.

Minat petani menanam salah satu palawija ini pudar karena tak kuat bersaing dengan kedelai impor. Pemerintah Amerika Serikat memberikan kredit ekspor kepada importir kedelai di sini dengan bunga rendah. Akibatnya, harga kedelai impor jauh lebih murah. Sebaliknya, atas desakan Dana Moneter Internasional saat krisis ekonomi pada 1998, pemerintah melepaskan insentif untuk petani kedelai. Tak ada lagi kebijakan harga dasar pembelian kedelai seperti pada masa-masa swasembada, yang besarnya 1,5 kali harga gabah. Bertanam kedelai menjadi tak menarik lagi.

Sulit untuk tidak mengatakan bahwa pemerintah seperti tak pernah belajar dari krisis sebelumnya. Langkah-langkah yang diambil terkesan reaksioner dan tidak menyentuh akar persoalan. Kementerian Perdagangan, misalnya, lantas buru-buru menginstruksikan Badan Usaha Logistik mengimpor kedelai.

Cara itu bisa saja cespleng untuk sesaat, tapi penyakit pada tata niaga kedelai tetap bercokol. Ada hal yang lebih penting dilakukan pemerintah, yakni menghukum para spekulan dan pelaku kartel. Dugaan adanya permainan kotor ini disinyalir oleh banyak kalangan, termasuk Bank Indonesia dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sampai heran, "Turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar tahun ini hanya 11 persen, tapi mengapa harga kedelai naik lebih dari 40 persen? Itu pasti ulah spekulan." Pemerintah semestinya tak membiarkan para spekulan mengacaukan ketahanan pangan. Perlu ada sanksi keras untuk mereka.

Kementerian Pertanian seharusnya juga tak cuma mengeluhkan terbatasnya lahan pertanian untuk kedelai. Itu klise. Mereka harus mencari terobosan dengan memanfaatkan 7 juta hektare lahan telantar. Toh, sudah ada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian, yang menjadi dasar hukum.

Advertising
Advertising

Yang juga tak bisa disepelekan, seperti yang dilakukan di banyak negara termasuk Amerika Serikat, pemerintah tak perlu ragu memberikan insentif agar para petani bisa bersaing. Insentif diberikan untuk meningkatkan indeks ketahanan pangan kita, yang saat ini ada pada urutan kelima di ASEAN. Indonesia kalah oleh Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina.

Berita terkait

Tinggalkan Gedung KPK Usai Diperiksa 9 Jam, Dirut PT Taspen Antonius Kosasih Berstatus Tersangka Investasi Fiktif

16 menit lalu

Tinggalkan Gedung KPK Usai Diperiksa 9 Jam, Dirut PT Taspen Antonius Kosasih Berstatus Tersangka Investasi Fiktif

KPK memeriksa Dirut PT Taspen Antonius Kosasih dalam kasus dugaan investasi fiktif. Ada beberapa tersangka lain dalam kasus ini.

Baca Selengkapnya

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

27 menit lalu

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

Jaksa penuntut negara Ukraina memeriksa puing-puing dari 21 dari sekitar 50 rudal balistik Korea Utara yang diluncurkan oleh Rusia.

Baca Selengkapnya

Tanah Longsor di Kota Padang, Dua Warga Dilaporkan Hilang Tertimbun

1 jam lalu

Tanah Longsor di Kota Padang, Dua Warga Dilaporkan Hilang Tertimbun

Tanah longsor terjadi di Padang Sumatera Barat akibat hujan deras mengguyur kota itu sejak Selasa siang. Akses jalan menuju Solok terputus.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

3 jam lalu

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

Vladimir Putin kembali menjabat sebagai presiden Rusia untuk periode kelima selama enam tahun ke depan. Bakal mengalahkan rekor Stalin.

Baca Selengkapnya

Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

3 jam lalu

Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

Efek akut marah-marah pada kerja pembunuh darah, yang mungkin menambah peluang serangan jantung dan stroke.

Baca Selengkapnya

Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Setelah 2 Kali Mangkir, Penyidik KPK Sempat Cek ke Rumah Sakit

3 jam lalu

Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Setelah 2 Kali Mangkir, Penyidik KPK Sempat Cek ke Rumah Sakit

KPK akhirnya menahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor setelah dua kali mangkir dari pemeriksaan. Tidak dilakukan jemput paksa.

Baca Selengkapnya

Lee Do Hyun Sebut Nama Lim Ji Yeon di Pidato Baeksang, Netizen Heboh

3 jam lalu

Lee Do Hyun Sebut Nama Lim Ji Yeon di Pidato Baeksang, Netizen Heboh

Pidato pendek yang dibacakan Lee Do Hyun langsung mendapat respons dari banyak pihak yang dinilai menunjukkan bucin ugal-ugalan ke Lim Ji Yeon.

Baca Selengkapnya

Pemkot Surabaya Rayakan HJKS ke-731

4 jam lalu

Pemkot Surabaya Rayakan HJKS ke-731

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731 pada 31 Mei 2024, dengan tema 'Satukan Tekad Surabaya Hebat'.

Baca Selengkapnya

61 Kepala Daerah Jadi Tersangka Korupsi pada 2021-2023, ICW: Lingkaran Setan Sejak Awal

4 jam lalu

61 Kepala Daerah Jadi Tersangka Korupsi pada 2021-2023, ICW: Lingkaran Setan Sejak Awal

Peneliti ICW mengatakan mayoritas modus korupsi itu berkaitan dengan suap-menyuap dan penyalahgunaan anggaran belanja daerah.

Baca Selengkapnya

Film KHD tentang Ki Hadjar Dewantara Baru Tayang 2026 Mendatang, Ini Alasan Gina S. Noer

4 jam lalu

Film KHD tentang Ki Hadjar Dewantara Baru Tayang 2026 Mendatang, Ini Alasan Gina S. Noer

Gina juga mengatakan, film biopik yang ia garap memang cenderung lama, termasuk film KHD ini.

Baca Selengkapnya