J. Sumardianta
Guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta
Revolusi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengubah banyak hal. Ada tiga pergeseran yang digerakkan TIK: perubahan dari eksklusif menjadi inklusif, pergeseran dari vertikal ke horizontal, dan transformasi individual ke sosial.
TIK, pada tataran pendidikan praktis, mendobrak pembelajaran. Dari individual menjadi kolaboratif; dari pasif menjadi pembelajaran berpikir aktif; dari guru monolog menjadi murid interaktif. Model relasi kuasa guru-murid tidak relevan lagi. Dinding penyekat sosial telah dirubuhkan Internet. Sekolah harus semakin transparan dan inklusif.
Saya punya murid hebat di kelas XI SMA jurusan IPA bernama Wahyu. Saat Wahyu duduk di bangku kelas X, saya mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di tujuh kelas paralel. Mengajar PKn itu gampang-gampang susah. Gampang bila kegiatan belajar mengajarnya inspiratif, susah bila materi yang diajarkan membuat murid bosan.
Pada semester ganjil, saya hendak mengajarkan kompetensi dasar (KD). "Menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme, dan patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara". Kalimat KD ini saja sudah abstrak. Bila diajarkan apa adanya, bakal tidak jelas hasilnya. Kelas bisa menjemukan. Murid terjebak dalam cara berpikir tingkat rendah, yakni menghafalkan materi ajar.
Saya menugasi semua murid membuat video testimoni tentang heroisme kedua orang tua mereka dalam mendidik anak-anak. Diskusi dalam tujuh kelas paralel menyepakati bahwa pahlawan para murid yang sesungguhnya, ya, orang tua mereka. Sukarno, Hatta, dan Tan Malaka memang patriot. Tapi itu bakal menjadi pengetahuan dangkal nasionalisme bila pengajaran terjebak pada materialisme kurikulum.
Tugas membuat video dikerjakan secara kelompok. Siswa yang memiliki peranti digital lengkap membantu siswa yang berperangkat terbatas. Testimoni direkam sendiri-sendiri. Bila tinggal bersama kedua orang tua, saat testimoni direkam, kedua orang tua berada di sisi kanan-kiri murid. Bila orang tua tinggal di luar kota, pernyataan orang tua direkam lewat pembicaraan telepon. Hasil testimoni kemudian diedit bersama dalam kelompok.
Saya merasakan betul dahsyatnya kekuatan sinergis dalam kerja kelompok. Murid, dalam collaborative learning, belajar menyatukan kekuatan. Bukan berkompetisi saling melemahkan sebagaimana umum diperagakan dalam pembelajaran konvensional-individual.
Testimoni Wahyu menggetarkan. Wahyu, saat unjuk kerja video buatannya, menangis tersedu-sedan. Teman sekelas menyoraki dia. Saya hardik mereka untuk berhenti menertawakan Wahyu. Apa salahnya seorang murid menangis saat pelajaran PKn? Saya memperbolehkan murid melepaskan ketegangan emosional yang telah lama mengendap di alam bawah sadar mereka.
Dalam tayangan testimoni, Wahyu hanya bersama ibunya. Ayahnya meninggal karena sakit jantung saat Wahyu masih berusia balita. Ibunya pontang-panting sendirian membesarkan sang anak semata wayang. Wahyu tidak tega ibunya terus-terusan berpindah rumah kontrakan.
Di mana hati diletakkan, di situ proses pembelajaran dimulai. Pembelajaran PKn menyentuh hati Wahyu. Anak ini telah mendapatkan value dari kerja kelompok menyusun video. Saya langsung membidik tujuan hidupnya. Saya bilang ke Wahyu: wujudkanlah impian besarmu! Inilah model pendidikan kontekstual pada zaman Internet. *
Berita terkait
Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis
22 Februari 2021
Di 2021, Lintasarta tetap berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk berbagai sektor industri.
Baca SelengkapnyaSempat Diretas, Ditjen Pajak Targetkan Situsnya Pulih Hari Ini
11 Juni 2018
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menargetkan pemulihan situsnya yang sempat diretas rampung pada hari ini.
Baca SelengkapnyaKominfo Blokir 34 Situs Berunsur Radikalisme Selama April 2018
31 Mei 2018
Kominfo berupaya meminimalkan aksi teror dengan memblokir konten radikalisme.
Baca SelengkapnyaPangsa Pasar Besar, Situs Perbandingan Harga Priceprice.com Diluncurkan
24 Januari 2018
Situs perbandingan harga Priceprice.com diluncurkan di Indonesia. Priceprice.com untuk memudahkan pengguna membandingkan harga barang.
Baca SelengkapnyaSitus Om Senang Mirip Nikahsirri.com Hebohkan Belgia
27 September 2017
Pihak berwenang Belgia akan mengambil sikap tegas terhadap peredaran situs yang diduga menawarkan pelacuran terselubung.
Baca SelengkapnyaGoogle Chrome Bakal Memungkinkan Pengguna Membisukan Situs Web
27 Agustus 2017
Google menguji opsi baru yang memungkinkan pengguna membisukan situs web secara permanen di dalam browser Chrome.
Baca SelengkapnyaIngin Sukses Cari Uang Lewat YouTube? Ada Kiatnya...
10 Agustus 2017
Salah satu cara yang dipilih generasi Millennial untuk mengekspresikan diri adalah mengunggah materi ke YouTube, tapi kenapa tak semua sukses?
Baca SelengkapnyaBagaimana Menyusun Kata Sandi yang Anti Pembobolan?
10 Agustus 2017
Bill Burr, pernah merilis sebuah buku (pedoman) di tahun 2003 lalu berisi kata sandi yang tidak dapat diretas, masih manjurkah?
Baca SelengkapnyaGoogle, Facebook, Spotify Akan Ikut Aksi Dukung Net Neutrality
12 Juli 2017
Perusahaan-perusahaan, seperti Google, Facebook, Spotify, Jumat lalu mengumumkan akan berpartisipasi dalam aksi 12 Juli untuk mendukung net neutrality
Baca SelengkapnyaIngin Vlog Anda Sekondang Kaesang? Hindari Lima Hal Berikut Ini
7 Juli 2017
Vlogging menjadi fenomena tersendiri saat ini. Banyak netizen, dari yang belum tekrenal sampai yang kondang macam Kaesang, meramaikan dunia vlog.
Baca Selengkapnya